Part 03 Kesan Buruk

703 Words
Sebelum Acara di mulai, semua panitia dan yang ikut andil dalam Surabaya carnival berkumpul untuk melakukan meeting sebelum acara. Anindiya bersama rekan-rekannya pun ikut serta dalam meeting yang di lakukan untuk kesuksesan acara nanti. Anindiya datang dengan cuek langsung duduk di tempat duduk yang di sediakan. “Maaf, mbak. Ini mau rapat. Yang tidak berkepentingan di larang ada di tempat ini,” ucap salah satu panitia acara. Anindiya mengerutkan dahi mendengar perkataan panitia acara yang barusan berbicara. Sepasang mata dari tadi mengawasi Anindiya dengan tersenyum simpul. “Maaf, mbak. Dia salah satu tim saya. Make up artist profesional yang WO saya miliki. Di juluki tangan dewi. Dengan kepiawaian tangannya, ia bisa merias seseorang menjadi berbagai karakter yang di inginkan para pemakai jasa WO kami. Perkenalkan namanya Anindiya Carmel,” ucap mbak Retno memperkenalkan Anindiya. Semua mata terheran-heran memandang penampilan Anindiya yang berantakan. Tidak terlihat seperti make up artist profesional. “Maaf sebelumnya saya tidak tahu kalau mbak Anindiya adalah seorang make up artist profesional. Saya semakin penasaran dengan keahlian yang mbak miliki. Karena mbak tidak terlihat seperti make up artist pada umumnya yang berpakaian modis dan terlihat sangat cantik karena riasan wajahnya,” ucap salah satu panitia acara yang tadi melarang Anindiya untuk duduk. “Sudah biasa orang yang baru pertama kali bertemu saya menyepelehkan saya karena dandanan saya yang terkesan cuek,” ucap Anindiya dengan santai. “Jangan gampang percaya dengan omongan orang sebelum kamu sendiri melihat hasilnya,” ucap Damian dingin. Anindiya menatap ke sumber suara. Ia benar-benar geram melihat wajah pria yang tadi sudah ia tabrak. “Baik akan saya buktikan kemampuan saya. Tolong jaga omongan anda sebelum berbicara,” ucap Anindiya sambil berdiri dari tempat duduknya pergi meninggalkan meeting yang mau di mulai. Mbak Retno menghela nafas kasar melihat Anindiya marah dan pergi. Tidak seharusnya juga orang menyepelehkan kemampuan seseorang. Mbak Retno membiarkan Anindiya pergi. Ia tahu bagaimana sifat dan watak Anindiya. “Apa-apaan dia itu. Belum kenal aku seperti apa, dengan seenaknya sendiri menyepelehkan kemampuan yang aku miliki. Dasar pria bodoh. Tampang saja boleh cakep. Tapi kenyataannya otaknya tidak jauh beda dengan keledai,” batin Anindiya. Anindiya menghentak-hentakkan kakinya karena kesal mendengar perkataan Damian tadi. “Carmel,” sapa seorang wanita cantik sambil menghampiri Anindiya. Anindiya mencoba mengingat-ingat siapa wanita yang ada di depannya saat ini. Kok sampai tahu nama panggilan kecilnya. Karena cuma orang-orang terdekat saja yang memanggilnya Carmel. “Siapa kamu?” tanya Anindiya. “Aku Karenina. Anak dari rekan bisnis papa kamu. Yang dulu sering main ke rumahmu,” ucap Karenina sambil tersenyum hangat. “Maaf aku tidak mengenalimu. Seingatku dulu kamu perasaan gendut badannya. Sekarang berubah 180 ° menjadi seperti barbie,” ucap Anindiya jujur. “Kau ini terlalu jujur. Gara-gara aku gendut, banyak yang menghinaku. Jadi aku memutuskan untuk merombak tubuhku dengan jalan operasi plastik di Singapura. Oh iya, ngomong-ngomong kenapa wajahmu kelihatan bete banget kayak gitu? Apa ada yang membuat kesal salah satu crazy rich Surabaya ini? Sepertinya dia ingin mati,” ucap Karenina. “Jaga bicaramu di sini. Aku di sini lagi kerja. Tidak ada yang tahu kalau aku salah satu crazy rich Surabaya juga,” ucap Anindiya sambil menoleh kiri kanan. Takut ada yang tahu ucapannya barusan. “Kau ini aneh. Orang lain pingin sepertimu, malahan kamu menutupi jati dirimu sendiri,” ucap Karenina heran dengan jalan pikir Anindiya. “Kau sendiri ngapain di sini?” tanya Anindiya. “Aku salah satu brand ambasador di Surabaya carnival ini,” ucap Karenina dengan bangga. “Sudah sana pergi, nanti teman-temanku bertanya-tanya kenapa aku sampai bisa nengenalmu,” usir Anindiya. “Jahat sekali kau ini, kita baru bertemu lagi kau sudah mengusir ku dari hadapanmu,” ucap Karenina dengan memasang wajah kesal. “Nanti kita lanjut lagi hubungi saja nomer telphoneku,” ucap Anindiya. “Dasar gila, bagaimana aku mau menghubungimu, nomer ponselmu saja aku tidak punya,” ucap Karenina. “081256xxxxxx,” ucap Anindiya. Setelah memberi nomer ponselnya kepada Karenina. Anindiya mengusir Karenina pergi dari hadapannya. Ia sadar, kalau di terusin ngobrol dengan Karenina, bisa-bisa rahasianya selama ini akan terbongkar. Anindiya tidak ingin sampai apa yang ia tutupi selama ini terbongkar karena kebodohan nya sendiri. Mungkin bukan sekarang Anindiya memberitahu tentang kebenaran dirinya pada teman-temannya. Ia tidak ingin sampai mereka menjauhi Anindiya karena sebuah status ekonomi. Anindiya bahagia seperti ini. Merasakan kebahagiaan tanpa ada rasa canggung satu sama lain. Ia berharap semoga teman-temannya tidak meninggalkannya setelah mereka mengetahui kebenarannya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD