Heri Akhirnya memutuskan untuk Pulang

1375 Words
"Tapi bagaimana kalau kita tetap disuruh pulang?" tanya Wawan yang terlihat khawatir. Mendapat pertanyaan dari temannya, Heri dan Asep terlihat terdiam seolah Sedang berpikir mencari cara agar mereka tetap tinggal di padepokan Dimas Kanjeng, karena kalau mereka pulang ke rumah masing-masing maka uang yang sedang dilipat gandakan tidak akan berhasil. Mengingat hal itu, Heri menarik nafas dalam dia mengingat kembali dari mana uang yang disetorkan dia dapat, dia tidak bisa membayangkan kalau nantinya uang yang dilipat gandakan tidak berhasil, mungkin istrinya akan meminta pertanggungjawaban atas keputusan yang diambil. Suasana kala itu matahari terasa sangat terik, membakar jiwa-jiwa yang sedang tersinari oleh sinarnya, karena waktu itu adalah waktu istirahat. suara burung terdengar dari arah kejauhan, menambah suasana bingung di hati ketiga Santri Padepokan Dimas Kanjeng. "Emang nggak bisa, kalau kita tetap bertahan?" jawab Heri balik bertanya. "Kayaknya tidak bisa, soalnya ini instruksi langsung dari pimpinan Kepolisian." "Terus kita harus bagaimana?" tanya Asep sambil menatap ke arah Wawan, matanya menunjukkan kecemasan yang tidak bisa dilukiskan. "Ya mungkin cita-cita kita tidak akan terwujud, karena kita meninggalkan Padepokan ini, padahal hanya tinggal menghitung hari untuk memanen hasil kerja keras kita, tapi ada saja gangguan itu, seolah mereka tidak ikhlas melihat kita menjadi orang sukses," jawab Wawan seolah sudah menyerah dengan keadaan. "Tapi kalau kita menyerah, uang yang sudah kita setorkan tidak akan kembali lagi?" ujar Heri yang merasa bingung. "Yah mau bagaimana lagi, kenyataannya sudah seperti ini. Kita tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin kita hanya bisa bersabar dan berharap bahwa guru kita secepatnya dibebaskan." Akhirnya Ketiga orang itu kembali terdiam merenung meratapi nasib yang dirundung kesialan, uang yang disetorkan untuk digandakan sudah bisa dipastikan tidak akan kembali, karena kurangnya syarat yang tidak mereka jalankan. Dari arah pintu gerbang masjid tempat mereka beristirahat setelah melaksanakan salat zuhur, terlihat ada beberapa orang dengan berpakaian seragam mendekat ke arah tiga Santri yang sedang melamun itu. melihat ada yang datang Heri pun membetulkan bersilanya, wajahnya mulai tersenyum seolah mendapat ide. "Selamat siang bapak-bapak, Lagi pada ngapain nih?" sapa polisi yang baru datang dengan wajah ramah, kemudian dia mengeluarkan tangan mengajak Ketiga orang itu untuk bersalaman. "Biasa Pak lagi berdiskusi, Oh iya emang benar Kami para santri disuruh pulang ke rumah masing-masing?" Tanya Heri sambil menatap ke arah orang yang baru duduk bergabung dengannya. "Benar Pak...., karena Pak Taat Pribadi sudah melakukan tindak pidana, jadi tempat ini harus segera disterilkan karena ini adalah TKP kejahatannya." "Mohon maaf sebelumnya pak! boleh nggak kalau Kami bertiga tetap tinggal di tempat ini, karena kami sedang menunggu hasil panen." "Hasil panen penggandaan uang ya Pak?" tanya pak polisi sambil menatap ke arah Heri. "Benar pak, hanya tinggal menghitung hari uang kami akan berlipat ganda menjadi satu miliar." Jawab Heri dengan penuh keyakinan. "Mohon maaf, Kayaknya tidak bisa, soalnya tempat ini harus segera disterilkan agar memudahkan penyidikan. dan harus bapak ketahui, bahwa Pak taat Pribadi tidak bisa menggandakan uang, itu semua hanya trik belaka jadi sebaiknya Bapak pulang ke rumah masing-masing, Bekerjalah sesuai kemampuan, jangan mengharapkan yang tidak pasti." "Guru kami tidak pernah berbohong Pak, Mungkin itu hanya orang-orang yang sirik saja yang berkata seperti itu," sanggah Wawan seolah tidak suka ketika gurunya yang sudah jelas-jelas pembohong itu dijelekkan. "Tidak, kepolisian tidak pernah sirik dengan apa yang menjadi milik orang lain. tapi Pak Taat Pribadi Memang begitulah adanya, dia tidak bisa menggandakan uang, dia tidak bisa menarik jimat Dari Alam Gaib, dia tidak punya Bank gaib seperti yang diberitakan oleh santri-santrinya. yang jelas Pak taat hanyalah seorang penipu, jadi mohon kerjasamanya agar bapak-bapak segera meninggalkan tempat ini, dan untuk uang yang sudah disetorkan bapak bisa membuat laporan penipuan kepada Kepolisian." Mendapat penjelasan dari Pak Polisi Ketiga orang itu terlihat menarik nafas dalam, saling membagi tatap karena walaupun sudah dijelaskan mereka tetap tidak percaya bahwa gurunya itu hanyalah seorang penipu, mereka tetap menganggap bahwa gurunya adalah orang pintar yang serba bisa. "Kalau Bapak mau pulang sekarang pihak kepolisian dan pemerintah setempat sudah menyiapkan ongkos untuk pulang, dan kalaupun Bapak tidak mau pulang maka secepatnya Bapak harus keluar dari Padepokan ini!" lanjut pak polisi dengan nada tegas dia ingin sepecepatnya menyelesaikan tugas untuk mansterilkan tempat kejadian perkara. Wawan, Heri dan Asep mereka saling menatap kembali seolah sedang saling bertanya tentang keputusan yang hendak mereka ambil, karena tadi mereka sudah sepakat tidak akan meninggalkan Padepokan sebelum waktu yang ditentukan tiba, waktu di mana mereka akan memanen hasil uang gaib. "Ya sudah kalau seperti itu, saya ucapkan terima kasih atas kerjasamanya dan saya himbau secepatnya Padepokan ini dikosongkan paling lambat besok pagi tempat ini harus steril, Kalau Bapak mau pulang Kami sudah siapkan bis untuk mengantar bapak ke kampung halaman dan bapak bisa melapor ke pihak pengaduan yang berada di pintu gerbang Padepokan. Terima kasih!" ujar pak polisi sambil bangkit dari tempat duduknya seolah memberikan waktu untuk ketiga orang yang sudah ditipu untuk berpikir, untuk mengambil keputusan selanjutnya. Setelah memberikan instruksi, Pak polisi pun melanjutkan kembali pekerjaannya menemui santri-santri lain yang masih tetap bertahan di padepokan untuk menyampaikan himbauan agar mereka segera pulang ke rumahnya, karena apa yang sedang mereka tunggu tidak akan terjadi Soalnya orang yang mereka anggap pintar sekarang sudah mendekam di penjara. "Bagaimana kalau sudah begini?" tanya Asep sambil membagi tatap ke arah kedua sahabatnya. "Bingung...! kalau tetap di sini, kita pasti akan diusir. tapi kalau kita pulang maka uang kita akan hilang?" jawab Heri yang masih Kukuh dengan pendiriannya. "Keduanya bukan pilihan yang menguntungkan bagi kita, tapi kita tetap harus memilih diantara kedua pilihan yang sangat pahit itu, kalau kita tetap di sini nanti kita takut terbawa-bawa masuk penjara.c" "Maksudnya bagaimana?" tanya Asep sambil menatap ke arah Wawan. "Uang bisa kita cari kembali, tapi kebebasan akan susah kita dapatkan. kalau kita terbawa masuk ke dalam masalah yang sedang dihadapi guru kita, mendingan sekarang kita ikuti kemauan pihak kepolisian, kita pulang ke rumah masing-masing sambil menunggu uang kita diantarkan ke rumah, karena menurut Kanjeng Prabu walaupun kita berada di manapun, uang yang seharusnya milik kita akan sampai kegenggaman tangan kita," jawab Wawan memberikan keputusan, dia tetap memanggil gurunya dengan sebutan Kanjeng Prabu karena gurunya itu sudah mendeklarasikan bahwa dia adalah pimpinan kerajaan. Mendengar penjelasan dari sahabatnya, Heri pun manggut manggut salah setuju dengan apa yang di utarakan oleh Wawan kemudian dia pun berbicara. " Benar kita mendingan pulang dulu sambil menunggu suasana kondusif kembali, kalau nanti guru kita sudah keluar dari penjara Kita kumpul kembali di sini." "Kalau kamu bagaimana Sep?" tanya Wawan sambil menatap ke arah Asep. "Kalau saya ngikut kalian berdua saja karena saya tidak bisa memutuskan, maklum saya masih muda. "Ya sudah kalau seperti itu kita kemasi bareng-bareng kita, lalu kita mendaftar ke Posko pengaduan untuk mendapat uang ongkos gratis, lumayan kan buat tambah-tambah di jalan," jelas Wawan sambil bangkit dari tempat duduknya kemudian dia meregangkan otot-otot yang terasa kaku Setelah lama duduk berdiskusi. Akhirnya Asep dan Heri pun mengikuti apa yang dilakukan oleh temannya kemudian mereka masuk ke asrama untuk mengemasi barang-barangnya masing-masing, setelah mengemasi barang-barang mereka menghadap ke Posko pengaduan untuk mendapatkan tambahan ongkos buat pulang. Selesai data dirinya dicatat, Ketiga orang itu mendapat ongkos sesuai dengan jarak yang mereka tempuh membuat hati ketika orang itu merasa sedikit terhibur di tengah-tengah kebimbangan yang melanda, tapi ketika mereka disuruh untuk melaporkan penipuan gurunya, Mereka menolak karena mereka masih yakin bahwa Dimas Kanjeng Taat Pribadi tidak menipunya. Sesudah mendapatkan ongkos, mereka bertiga berangkat menuju Terminal untuk mencari bis sesuai jurusan Tempat yang mereka tuju, namun sebelum mereka naik ke bis mereka berkumpul terlebih dahulu. "Perjuangan kita belum selesai, Ini adalah awal dari Kesuksesan kita, jangan sampai menyerah! kita harus tetap percaya terhadap guru kita," ujar Heri memberi semangat. "Benar dan kalau suasana Padepokan sudah kondusif, ditambah guru kita sudah dibebaskan kita harus secepatnya berkumpul kembali, agar uang yang kita gandakan bisa berhasil." jawab Wawan membenarkan. Ketiga orang itu pun berpelukan untuk saling menguatkan. tinggal bersama dengan waktu yang lumayan lama membuat kedekatan mereka semakin terjalin, sehingga mereka menganggap bahwa Ketiga orang itu adalah saudara dan mereka berjanji kalau salah satu dari mereka ada yang sukses tidak akan melupakan satu sama lain, karena mereka sudah berjuang bersama. Selesai berpelukan, akhirnya ketika orang itu berpisah Heri menaiki bus yang bertujuan ke Jawa sebelah timur sedangkan Wawan dan Heri menaiki jurusan yang sama menuju Jawa sebelah barat , meski tempat tinggal mereka tidak berdekatan tapi bus yang mereka satu jurusan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD