Bingung

1281 Words
Suasana sore itu terasa terik,karena matahari masih memperlihatkan wujudnya dengan sempurna, apalagi tak ada awan yang menghalangi membuat suasana terasa gerah ditambah keadaan di terminal yang bercampur dengan polusi, melengkapi penderitaan orang yang sedang patah hati. Heri sudah duduk di bangku bis dengan begitu nyaman, punggungnya disandarkan, matanya menatap ke arah luar memperhatikan orang yang berlalu Lalang menaiki bus masing-masing, tapi ada pula orang yang sedang menawarkan jualannya. Heri menarik nafas dalam, masih merasa tidak percaya dengan apa yang menimpanya, karena sudah hampir setahun dia tinggal di padepokan Dimas Kanjeng untuk belajar ilmu kebatinan, sekaligus berusaha memperbaiki taraf kehidupan yang amburadul, karena dia termasuk salah satu kepala rumah tangga yang pemalas, Dia ingin mendapatkan untung dari pekerjaan yang enteng, sehingga tidak sadar kalau keinginan yang tidak masuk akal dimanfaatkan oleh orang lain, sampai harus mengalami penipuan. Di dalam hati kecilnya, sebenarnya Heri sudah memiliki pendirian bahwa dirinya sudah ditipu oleh gurunya, uang yang ditawarkan sebesar 10 juta tidak akan pernah kembali lagi, soalnya sudah jelas gurunya ditangkap oleh pihak kepolisian karena kasus pembunuhan dan penipuan, Tapi mulutnya seolah enggan mengakui karena dia tidak mau merasa kecewa, dari angan-angan yang sudah melambung tinggi. Suasana semakin lama semakin sore. matahari yang tadi memancarkan teriknya sudah bersembunyi kebalik ubun-ubun gunung, namun suasana di terminal bis tetap ramai, terdengar suara orang-orang yang sedang menawarkan jualannya di sahutii dengan kendek-kendek tour yang menawarkan jasanya. Lama menunggu, akhirnya mobil yang dinaiki oleh Heri mulai melaju meski dengan perlahan meninggalkan terminal. membuat hati Heri semakin teriris karena dia merasa sedih perjuangan yang sudah ia lakukan berbulan-bulan tidak membuahkan hasil, hanya membuang waktu dan tenaga ditambah uang yang sangat banyak menurut perhitungannya. Heri menyandarkan kembali punggungnya ke sandaran kursi, matanya mulai dipejamkan khayalnya terbang ke kampung halaman membayangkan Bagaimana istrinya yang sedang marah, karena uang penjualan sawah sudah hilang tak berbekas, karena sudah disetorkan terhadap Sang Guru. mengingat kenyataan yang seperti itu Heri pun menarik nafas dalam tidak sanggup membayangkan getirnya berhadapan dengan istri, padahal Awalnya dia sangat sombong kalau dia akan menampar istrinya menggunakan gepokan uang, kalau istrinya masih tetap cerewet dia akan mengganti dengan istri yang lain. "Ya Allah apakah aku sudah benar-benar benar ditipu oleh Kanjeng Prabu, karena banyak orang yang menyatakan begitu, tapi kalau benar beliau seorang penipu kenapa uangnya sangat banyak, Bahkan dia bisa membuat Padepokan yang begitu luar biasa megah. Terus bagaimana kalau beneran Kanjeng Prabu sudah menipuku, uang yang aku setorkan berarti sudah hilang. haduh Bagaimana dengan si Darmi, pasti dia akan mengomel kalau tahu uang hasil penjualan sawah sudah tidak ada," gumam hati Heri sambil menatap ke luar Jendela mobil dia merasa bingung dengan apa yang sedang dialami. Keadaan waktu terus melaju seolah tidak mau berhenti meski untuk menemani sejenak kesedihan Heri, waktu mulai merangkak setelah Lembayung senja menghilang kini terlihat langitpun sangat gelap seperti gelapnya harapan Heri sekarang. Mobil yang ditumpanginya terus melaju membelah kegelapan malam, lampu-lampu jalan terlihat sangat terang namun tidak mampu menerangi pikiran Heri yang sedang kalut. dia mencoba memejamkan mata namun ketakutan, kebingungan, kesedihan, yang hinggap dalam dirinya. sehingga dia tidak merasa ngantuk sedikitpun, Yang ada dia terus berpikir bagaimana menjalani kehidupan selanjutnya. Karena kehidupannya mungkin akan kembali ke kehidupan semula di mana dia dicap sebagai suami pemalas. Lama di perjalanan tidak diceritakan, kira-kira pukul 02.00 akhirnya bus yang ditumpangi oleh Heri berhenti di salah satu Terminal. dengan segera kondektur pun memberitahu para penumpangnya bahwa mereka sudah sampai ke tempat tujuan. dengan gontai dan sedikit terkantuk Heri pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia keluar dari dalam bis menuju salah satu penjual kopi, untuk menghangatkan perutnya yang terasa dingin. Setelah sampai dia pun memesan satu gelas kopi kemudian dia mengambil goreng pisang yang baru diangkat oleh penjual, di tempat itu terlihat ada beberapa orang yang sedang duduk sambil menikmati makanan masing-masing, pakaian mereka sangat rapih mungkin mereka juga baru turun dari bis masing-masing. "Hebat ya....! sampai bisa menipu puluhan ribu orang seperti itu, padahal hanya modal video sama trik sulap orang-orang sudah mengagumi bak mengagumi seorang Dewa," ujar salah seorang pengunjung melanjutkan obrolan sambil dia memasukkan makanannya ke dalam mulut. "Yah namanya juga orang sudah terlena dan percaya dengan orang, sehingga otak mereka dibutakan tidak mampu membedakan mana yang betulan orang pintar, mana yang hanya pura-pura pintar. Padahal kalau benar ada orang yang bisa menggandakan uang, mereka akan menikmati sendiri karena sikap manusia yang rakus, tidak mungkin Mau mengajak orang lain untuk sukses bersama, pasti mereka akan menikmati kesuksesan itu sendirian," Timpal salah satunya lagi. "Iya, padahal daripada mengharapkan yang tidak pasti mendingan jualan gorengan seperti saya, walaupun untungnya kecil tapi ini bisa dipastikan sangat halal dan sangat nyata," jawab penjual kopi sambil menaruh gelas di hadapan Heri yang sejak dari tadi diam memperhatikan. Tanpa berbicara Heri pun mulai meneguk kopinya, dia tidak ikut mengobrol meski dia tahu bahwa yang sedang mereka obrolkan adalah gurunya. Dalam hatinya dia ingin membela gurunya tapi kenyataannya sangat tidak menguntungkan karena gurunya sudah benar-benar dinyatakan bersalah. "Tapi susah mas! kalau orang sudah terbujuk rayu dengan kekayaan, jangankan hanya mengorbankan uang mengorbankan nyawa mereka pasti akan lakukan, dan mereka tidak akan memikirkan halal ataupun haram. Buktinya ketika penangkapan orang itu polisi sampai menurunkan ratusan personel dengan persenjataan lengkap takut Ada gesekan dengan para pengikutnya." "Benar, kalau orang sudah percaya sudah yakin susah untuk diingatkan, bahkan menurut berita yang tadi saya dengar masih banyak pengikutnya yang tetap bertahan, mereka masih yakin bahwa uang yang mereka setorkan akan datang dengan berlipat-lipat ganda. tapi kepolisian dan pihak yang berwenang di sana sudah menyuruh para pengikutnya itu untuk pulang, karena mereka tidak akan berhasil menemukan apa-apa." Timpal yang satunya lagi sambil menyeruput kopi. Orang-orang yang berada di kios penjual kopi itu terus bercerita tentang kejadian yang sedang viral, bahwa ada salah satu pimpinan Padepokan yang ditangkap akibat dituduh penipuan. Heri yang sejak dari tadi mendengarkan hatinya mulai sedikit tergoyahkan, Awalnya dia sangat percaya terhadap kesaktian gurunya, tapi setelah mendengar obrolan orang-orang yang berada di tempat itu dia mulai sadar dan merasa sedih karena apa yang dikhawatirkan sudah benar-benar menimpanya, rasanya dia ingin berteriak sekencang mungkin meratapi nasib yang sudah terjadi. Hati Heri terasa panas, badannya mulai menggigil sehingga dengan segera dia pun mengeluarkan uang untuk membayar makanan yang sudah ia makan. kemudian dia pun pergi tidak mau mendengarkan orang-orang yang sedang menertawakan kebodohannya yang sudah percaya dengan orang yang dianggapnya pintar dan berilmu tinggi, yang kenyataannya hanyalah seorang penipu belaka. Setelah menjauh dari tempat penjual kopi, Heri terus berjalan menuju Jalan Raya di mana angkot baru Lalang di sana, Meski keadaan sudah lewat tengah malam karena Terminal berada di pusat kota. Heri melipatkan tangannya dimasukkan ke ketiak, di punggungnya tergantung tas yang sudah agak dekil, matanya menatap ke arah jalan menunggu angkot yang lewat. Setelah lama menunggu akhirnya kendaraan yang ia tunggu datang menghampiri. "Donorojo Mas?" tanya Heri memastikan sebelum dia masuk ke dalam angkot itu. "Iya!" jawab sopir angkot dengan berteriak. Setelah memastikan bahwa kendaraan yang dianiaki adalah jurusannya, dengan segera Heri pun menurunkan tas dipindahkan ke arah depan kemudian dia masuk lalu duduk di samping sopir, karena dia ingin menyalakan rokok tidak kuat menahan suasana yang semakin terasa dingin. "Rokok Mas!" tawar Heri sambil menyimpan bungkusan rokok di dashboard mobil. "Aduh Matur suwun Mas! Kebetulan udaranya sangat dingin," jawab Sopir itu sambil mengambil bungkusan rokok lalu mengeluarkan satu batang. "Iya keadaan kampung kita tidak begitu berubah ya!" jawab Heri sambil menghempaskan asap di mulutnya. "Iya beginilah keadaan di kampung perubahannya sangat lamban. emang pulang dari mana?" "Biasa pulang Merantau dari Wonosari Mas, kerja kuli bangunan." "Wonosari yang kasus itu bukan?" "Iya Mas dekat dengan tempat saya bekerja," jawab Heri berbohong "Aduh bagaimana itu kok bisa orang-orang tertipu hanya dengan diiming-imingi Uangnya bisa dilipat gandakan?" tanya sopir angkot matanya tetap fokus ke arah jalan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD