Bertemu Dengan orang Yang Dicari

1437 Words
"Ketika kita bisa melaksanakan tugas kita sebagai ciptaan Allah, maka Allah pun akan melaksanakan tugasnya dengan memberikan rezeki yang tak terhingga." "Apa tugas kita terhadap Allah?" tanya Heri sambil menatap ke atas di mana orang tua itu berdiri. "Ya beribadah, tapi beribadahnya harus menggunakan ilmu." "Apa Anda bisa membuktikan dengan beribadah kita bisa mendapatkan rezeki yang banyak dan tak terhingga?" "Astaghfirullahaladzim...! dasar manusia matre. Tapi baiklah kalau kamu ingin mengetahui ketika kita beribadah terhadap Allah kita bisa mendapatkan rezeki yang tak disangka-sangka," jawab pria yang menggunakan gamis hitam sambil jongkok di hadapan Heri. Kemudian dia pun mengambil gelas yang berisi uang lalu diputar-putarkanlah gelas itu. Heri terus memperhatikan kegiatan orang yang berada di hadapannya, ingin mengetahui apa yang akan terjadi. lama-kelamaan uang yang berada di gelas berubah menjadi berwarna merah yang awalnya hanya uang recehan. Melihat kejadian yang tidak masuk akal membuat Heri melongo menatap kagum terhadap orang yang baru ia temui, namun orang itu seolah acuh seperti tidak memperdulikannya, kemudian laki-laki yang belum diketahui namanya itu pun bangkit dari tempat berjongkoknya, meninggalkan Heri yang masih tidak percaya dengan penglihatannya. Heri mengambil gelas yang ditinggalkan, kemudian dia mengambil isinya yang sudah berubah menjadi uang Rp100.000, dengan segera dia pun memegang uang itu untuk memastikan keasliannya. Setelah dilihat, diraba dan diterawang Heri merasa yakin bahwa uang yang berada di tangannya itu adalah uang asli. "Ya Allah...., ternyata orang itu adalah Wali dia bisa mengubah uang 2000-an menjadi uang Rp100.000," gumam Heri sambil memindai keadaan sekitar mencari-cari keberadaan orang yang sudah pergi entah ke mana. "Haduh Kenapa tadi aku berprasangka buruk terhadapnya, ke mana sekarang dia pergi?" ujar Heri setelah bangkit kemudian dengan tergesa-gesa dia pun berjalan menuju ke sebelah utara, karena dia masih ingat kedatangan orang yang dianggapnya sebagai wali dari sebelah Selatan. Heri terus berjalan bahkan sampai berlari ingin segera mengejar orang yang sudah merubah uangnya, namun setelah lama berjalan dia pun tidak menemukan, hanya rasa capek yang ia dapat karena berjalan dengan begitu cepat. "Haduh Dasar bodoh, bodoh....! dari dulu Aku mencari orang pintar seperti itu, sekarang sudah ketemu aku biarkan hilang begitu saja. memang bodoh dan sial nasibku ini.....!" gerutu Heri sambil berjalan mendekat ke bangku yang berada di trotoar, dia menyandarkan tubuhnya sambil mengatur nafas yang memburu. Matanya terus memindai keadaan sekitar, berharap dia bertemu dengan orang yang dicari. Namun sayang pandangannya hanya dipenuhi oleh mobil-mobil dan bangunan-bangunan yang berjajar rapih di samping kanan kiri jalan, matahari semakin lama semakin turun di sebelah barat, burung-burung terdengar dari atas pohon yang berada di trotoar "Haduh sial...., memang sial.....! Kenapa tadi aku tidak langsung menghentikan orang itu. apa dia bisa tahu kalau hatiku sangat terganggu oleh keberadaan dirinya yang sok agamis, sehingga dia pun merasa kesal terhadapku. Haduh..., ke mana aku harus mencarinya?" gumam Heri yang menyesali keteledorannya. Masih merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi, Dia pun mengeluarkan kembali uang yang berada di saku bajunya, ternyata uang itu masih tetap utuh Rp100.000. membuat penyesalan Heri semakin mendalam karena dia sudah lama mencari orang hebat yang bisa merubah uang recehan menjadi uang ratusan ribu, tapi sekarang malah disia-siakan begitu saja. Heri terus meratapi nasibnya yang merasa kurang beruntung karena sudah menyia-nyiakan kesempatan yang begitu baik, sehingga terdengar suara orang bersholawatan dari arah Masjid membangunkan hati Heri yang sudah lama tertidur dalam kemalasan. Entah mengapa setelah bertemu dengan orang yang sudah menghilang, tiba-tiba saja dia ingin pergi ke masjid untuk melaksanakan kewajibannya sebagai manusia. "Iya benar....! kayaknya aku harus beribadah, mungkin Wali tadi sedang mengujiku, Apakah aku bisa menuruti permintaannya. karena dulu saja Sunan Kalijaga tidak langsung diterima sebagai murid, dia harus menjaga kali dulu sebelum bisa bertemu kembali dengan Sunan Bonang." Putus Heri sambil bangkit dari tempat duduknya namun dia tidak langsung berjalan, setelah memperhatikan keadaan tubuhnya yang sangat dekil. "Masa iya aku harus pergi ke tempat ibadah dengan pakaian seperti ini, nanti orang-orang bukannya menerima, tapi mengusirku .., Haduh Bagaimana ini mana Aku sudah tidak punya baju ganti lagi," ujar Heri sambil mengangkat tangannya kemudian mencium ketiak yang sangat bau karena hampir sudah sebulan dia tidak pernah mandi. Heri pun terduduk kembali merasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan, tapi tiba-tiba wajahnya terlihat sumringah ketika mengingat uang yang baru saja ia dapat pemberian oleh orang yang dianggapnya sebagai wali. "Iya kenapa susah-susah. aku beli sarung dan Koko saja menggunakan uang ini. tapi belinya harus di toko baju bekas," putus Heri sambil bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia pun berjalan Kembali menuju ke arah utara karena di daerah itu ada toko yang menjual baju bekas. Beruntung ketika Heri datang toko itu belum pada tutup, sehingga dia masih bisa membeli baju bekas itu. Bahkan dia membeli beberapa setel Karena harganya sangat murah tapi masih layak untuk digunakan. Setelah mendapat barang yang ia cari, Heri berjalan kembali Mencari masjid untuk ikut melaksanakan salat Meski waktu salat magrib sudah terlewat, tapi kala itu hati Heri yang sudah mencair dia tetap akan melaksanakan salat magrib meski tidak berjamaah. Sesampainya di masjid dengan segera dia pun masuk ke toilet untuk membersihkan badannya yang sangat dekil. karena sudah beberapa minggu tidak pernah mandi Heri lumayan lama berada di toilet itu karena tubuhnya ingin bersih kembali. Selesai membersihkan badannya, pengemis yang sudah mau Insaf itu menggunakan baju yang baru saja ia beli, tubuhnya terasa sangat segar dan semangat baru mulai bersemi kembali, seperti tumbuhan kering yang tersirami oleh air hujan Magrib itu Heri melaksanakan salat dengan sangat khusyuk, setelah beberapa bulan dia tidak melakukan kewajibannya. selesai melaksanakan salat magrib dia mengangkat kedua tangannya lalu berdoa. "Ya Allah, terima kasih Engkau telah mempertemukanku dengan wali-Mu, tapi jangan sebentar seperti itu. hamba berharap hamba bisa bertemu kembali dengan orang suci itu," salah satu doa yang dipanjatkan oleh Heri. Setelah berdoa dia pun tetap duduk di dalam masjid, membaca wirid-wirid yang dulu pernah Ia pelajari sambil menunggu waktu Isya datang. tak lama diantaranya waktu yang ditunggu pun datang, diawali dengan suara muadzin masjid yang dari Toa yang dipasang di menara. Heri mengikuti salat berjamaah, setelah melakukan salat dia pun menemui ketua DKM masjid untuk meminta izin agar diperbolehkan menginap di teras masjid. "Iya nggak apa-apa kalau di terasnya, mohon maaf bukannya saya tidak memperbolehkan bapak untuk menginap di dalam, karena di dalam masjid sekarang banyak benda-benda yang berharga," jawab Pak DKM menyetujui keinginan Heri. "Iya nggak apa-apa Pak, saya mengerti dengan kondisi yang sekarang Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih atas kebaikan bapak." "Sama-sama! Ya sudah kalau begitu saya pulang dulu." jawab DKM sambil pergi meninggalkan Heri yang berdiri di teras masjid. Lampu-lampu yang berada di dalam sudah dimatikan, bahkan kipas angin pun sudah tidak berputar, namun masih ada lampu-lampu yang berada di teras dan di halaman masjid yang tetap menyala. setelah kepergian pengurus Masjid Heri pun membaringkan tubuh dengan berbantalkan kantong yang berisi baju bekas yang tadi ia beli. "Semoga saja dengan aku kembali ke masjid, aku bisa bertemu kembali dengan wali yang sangat baik hati itu. Aku tidak menyangka kalau uang yang dia berikan itu uang asli dan bisa dibelanjakan. memang benar-benar hebat orang itu, bisa mengubah uang 2000-an menjadi 100.000. alangkah bahagianya kalau aku bisa bertemu kembali dengannya aku tidak akan membuang kesempatan yang baik itu aku akan belajar ilmu kepadanya, agar kehidupanku menjadi kaya raya. bodoh memang benar-benar bodoh, Dari dulu aku mencarinya, setelah bertemu Aku kehilangan jejak." gumam hati Heri sambil memindai plafon teras masjid, khayalannya mulai terbang kembali dengan masa yang akan datang masa-masa yang indah yang sempat hilang dari khayalannya. "Benar...! Barang siapa yang bertungguh-sungguh maka dia akan menemukannya. seperti aku yang sekarang yang sudah berjuang banting tulang bahkan harus merelakan harga diriku jatuh menjadi seorang pengemis, Tapi kalau aku sungguh-sungguh ingin bertemu dengan, wali maka aku pun dipertemukan. tapi apakah aku masih bisa bertemu dengan orang itu?" gumam Heri yang masih diliputi penyesalan. "Ya biarkan saja, nanti juga kalau sudah waktunya pasti akan dipertemukan kembali sekarang aku harus rajin beribadah agar Wali itu mau bertemu kembali denganku," ujar Heri sambil menarik nafas dalam membuang pikiran-pikiran buruk yang hinggap di kepalanya. Khayalan indah yang biasa dibuat oleh Heri mulai kembali hadir mengganggu pikirannya, di mana dia membayangkan kalau Heri sudah berubah menjadi orang kaya, maka kehidupannya akan dihormati orang lain, bahkan istrinya pun akan bertekuk lutut mengikuti semua kemauannya. Membayangkan hal-hal Indah, kedua sudut bibir Heri pun mulai terangkat kembali, senyum yang sudah lama hilang kini hadir menghiasi wajah yang sudah mulai keriput itu. sehingga lama-kelamaan matanya mulai tertutup, khayalannya mulai berpindah ke alam impian. Malam itu Heri tidur dengan nyenyak, karena dia berada di tempat yang bersih ditambah Dia memiliki selimut untuk Menghadang Dinginnya malam dan kejamnya nyamuk. Keesokan paginya, setelah melaksanakan salat subuh dia pun mencari sarapan untuk memulai hari yang sudah dipenuhi dengan harapan-harapan indah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD