4. Syarat Pernikahan

1280 Words
Calon mertuaku mulai angkat bicara setelah beberapa menit kami terdiam. Beliau menatapku dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Apakah anak yang kau kandung benar-benar cucuku? selidiknya. Aku dan Rei sontak kaget dengan pertanyaan itu. Kami saling adu pandang, dia juga menatapku dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Dasar b******k, ibu sama anak sama saja, bahkan mas Rei juga ragu padaku, apakah dia tidak sadar kalau dia yang memecahkan perawanku? Apakah dia tidak sadar kalau dia yang tidak bisa menahannya waktu itu? Batinku sambil menahan air mataku. "Tante kenapa bicara seperti itu, aku melakukan itu hanya dengan Rei tan, aku tak pernah berpikir sedikitpun tentang laki-laki lain!" Tuturku sambil menyeka air mataku. Bagaimana bisa aku percaya bahwa itu anak Rei, bisa saja kamu melakukannya dengan lelaki lain, siapa yang tahu itu? Tidak ada kan? hanya kamu yang tau, bisa saja kamu hanya memperalat anakku" serasa di cabik-cabik hati ini mendengarnya. Bahkan Rei tak sedikitpun berniat membelaku. "Aku tak serendah itu tante, aku bukan perempuan murahan yang seperti tante pikirkan" jawabku sedikit menaikkan nada. Jiwa penurutku mulai hilang. Mak lampir ini makin membuatku kesal. "Aku tidak mengatakan kalau kau itu murahan, kau sendiri yang merasa demikian. Tapi kalau kau bukan murahan, kau tidak akan hamil sekarang. Tapi nyatanya kau bisa hamil bahkan sebelum menikah. Apakah itu bukan w************n? Lalu itu apa? p*****r?" Katanya setengah berteriak. Aku mulai mendidih dibuat mak lampir ini. Dia bukan calon mertuaku, tapi mak lampir yang menjelma jadi manusia. Rasanya ingin ku cabik-cabik mulutnya itu, sebelum aku menjawab, "Sudahlah ma, itu anakku, aku hanya meminta restu mama dan papa. Jangan membuat masalah semakin kacau ma. Tolong restui kami, aku mohon sama mama" Rei angkat bicara. Mendengar itu calon mertuaku hanya diam. Beberapa menit setelahnya, "Baiklah, mama merestui kalian. Tapi ada syaratnya" katanya sambil tersenyum licik. "Apa syaratnya ma?" tanya Rei penasaran. Aku hanya memilih diam sebagai pendengar. "Semua urusan pernikahan kalian, mama yang atur. Kalian tidak boleh ikut campur. Kalian hanya perlu terima beres. Cukup fitting baju dan datang ke pernikahan. Selebihnya biar mama yang urus. Dan satu lagi, kalian hanya perlu mengeluarkan biaya. Tidak keberatan kan?" "Tentu tidak mah, justru ibu bukan syarat, tapi itu sangat membantu untuk kami, trimakasih mama sudah repot-repot. Aku pikir tadi mama akan minta syarat yang aneh-aneh. Dan soal biaya, itu sudah pasti urusan kami, karena kami yang akan menikah." jawab Rei polos. Masalah selesai. Rei memutuskan untuk mengantarku pulang karna hari sudah malam. Aku mencium punggung tangan om Riko. "Dia pamit ya om, semoga om cepat sembuh" kataku tulus "Iya nak, hati-hati ya nak" jawabnya sambil mengelus kepalaku. Aku ingin mencium punggung tangan tante Renata. Tapi tante Renata dengan sigap menepiskan tanganku. "Apa-apaan sih kamu ma, maksud bak Claudia itu baik. Dia menghormati mama, tapi mama seperti itu" kata om Riko marah "Itu bukan urusan papa. Mama gak sudi di sentuh w************n seperti dia" ketus tante Renata gak mau kalah. "Udah om, gapapa. Dia pamit ya om" kataku sambil tersenyum paksa. "aku pulang dulu ya Ros" lanjutku melihat Rosa. "pulang sana, bila perlu jangan datang lagi kesini. Gak ada yang undang kamu kesini. Dasar jelangkung murahan." ketusnya. "Rosa, jaga bicaramu. Bagaimanapun dia kakak iparmu" protes om Riko "Papa diam aja deh, sibuk ajaa. Lebih baik papa urusin tuh kaki papa, biar cepat jalan dan gak nyusahin" Rosa tak mau kalah. "Rosa, jaga bicaramu. Kamu udah keterlaluan." kali ini Rei yang marah. Rosa hanya menunduk dan ngoceh-ngoceh sendiri. Rei dengan cepat membukakan pintu untukku. Rasanya seperti permasyuri. Ah hayalku terlalu tinggi bukan, hehe. Dari pintu tante Renata dan Rosa menatapku dengan tatapan permusuhan. Aku tidak peduli, aku hanya melemparkan senyum paksa. Di dalam mobil aku lebih banyak diam. Aku memikirkan perkataan tante Renata. Aku heran kenapa tiba-tiba tante Renata bersikap baik dan mau membantu. Lamunanku buyar ketika Rei menyentuh pundakku "Hei sayang, kamu kenapa sih? Kok melamun?" tanyanya menyelidik. "Aku memikirkan perkataan tante. Kenapa tante tiba-tiba begitu baik. Apa jangan-jangan tante..." aku menggantung kalimatku. "Jangan-jangan apa? Udah deh, kamu gak usah mikirin yang aneh-aneh. Kamu harusnya bersyukur, mama mau merestui kita dan mau bantuin kita mengurus pernikahan. Bukannya berfikiran negatif sama mama aku." Rei kesal. "Bukan begitu sayang, tapi aku cuma.." "Udah gak usah di bahas lagi. Pokoknya semua udah di urus mama. Kamu gak usah mikirin yang aneh-aneh apalagi nuduh mama aku yang gak-gak. Aku gak suka" potong Rei. Aku mengangguk meski hatiku menolak. Sesampai di kontrakan, Rei memilih langsung pulang. Sepertinya dia marah sampai-sampai tidak mau mampir. Aku membersihkan diri dan memilih untuk tidur. Saat aku akan menutup mataku. Aku mendengar ketukan pintu. Tokkk.. Tokkk.. Tokkk "Siapa?" tanyaku. Tak ada jawaban. Kembali lagi pintu di ketuk. Tokkk.. Tokkk.. Tokkk Aku memberanikan diri untuk membuka pintu. Tak lupa aku mengambil sapu di tanganku. Cekrekkk.. Aku mengangkat sapu ingin memukul orang yang mengetuk pintu. Karna aku berfikir itu pasti penjahat. Tapi dengan sigap dia menangkapnya. "Apa yang kau lakukan? Apa kau akan memukulku? Tanya orang itu. Aku terbelalak, "Rei?" "Iya ini aku. Aku tadi pergi membeli makanan dan buah untukmu. Aku tau kau pasti suka lapar tengah malam. Karna makanan yang kamu makan untuk berdua." aku masih menatap Rei tak percaya. Rei langsung masuk membawa beberapa kantong di tangannya "Kenapa menatapku seperti itu? Dan kenapa kau memukulku pakai sapu?" lanjutnya. "Aku pikir kau penjahat. Makanya aku membawa sapu untuk berjaga-jaga" jawabku jujur. "penjahat? Memangnya ada orang yang suka mengetok-ngetok pintumu? Apa kau sering punya tamu disini?" selidik Rei. "Tidak pernah, makanya aku takut. Cuma kamu yang datang kesini. Aku gak berfikir kamu akan balik lagi." "Lagian kamu mau lindungin diri pakai sapu. Mana mempan" "Tadi aku mau ngambil golok, untung saja tidak jadi. Mungkin kalau jadi kamu udah di cincang jadi sop" "Apa kamu bilang?" dia melototiku "Ahh aku bercanda. Memangnya aku kanibal yang memakan manusia?" candaku. "Siapa yang bilang kamu pemakan manusia? kamu bilang tadi mau cincang jadi sop" bantah Rei. "Lah itu kan sop manusia. Kalo udah di sop berarti buat di makan. Berarti kanibal. Benarkan?" aku gak mau kalah. "Yaudah terserah kamu saja. Debat sama kamu gak akan ada habisnya. Yaudah aku pulang dulu ya sayang. Ingat, kalau ada yang ketuk pintu jangan di buka" "Kalo itu kamu gimana yank?" "Kalo aku ya di buka dong sayang. Kalau ada yang ketuk gak ucap salam dan gak ada suara, gak usah di buka. Itu pasti orang jahat" "Tadi kamu gak ucapin salam dan gak ada suara yank, berarti kamu orang jahat dong?" tanyaku polos. "Ko calon suaminya di bilang penjahat sih? Yaudah lain kali aku ucapain salam. Pokoknya ingat kata-kata aku ya sayang. Jaga diri dan calon anak kita. Sampai kita bisa serumah, nanti gantian aku yang jagain kalian. Yaudah, aku balik dulu ya" Rei mencium keningku. Aku hanya mengangguk. Setelah Rei pergi, aku memilih untuk melanjutkan tidurku. Seminggu telah berlalu. Tak terasa sebentar lagi aku dan Rei akan menikah. Aku membuka ponselku, ada notif pesan masuk dari nomor tak dikenal. "Siap-siaplah, kita akan ke butik Y untuk fitting baju pengantin. Kita ketemu disana. Ingat, aku paling tidak suka menunggu, apalagi w************n sepertimu" isi pesannya. Sudah pasti itu dari tante Renata. Aku takut tante Renata akan melakukan sesuatu padaku. Entah kenapa, semenjak bertemu dan melihat tante Renata, aku merasa tidak enak, aku selalu berprasangka buruk. 'oh Dia, kau begitu jahat. Mertuamu saja kau curigai' batinku. "Baik tante" hanya itu balasan ku. Aku takut jika bertanya kenapa tidak di beritahu sebelumnya? Kenapa langsung fitting? Dan banyak pertanyaan lagi, itu sama aja aku membangkitkan singa yang sedang tidur. Aku memilih untuk bersiap-siap supaya tidak telat, kalau tidak nanti taring dan tanduk lampir itu akan keluar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD