"Aku tidak—," "Tidak salah lagi?" Kairo menyembur dengan tarikan napas panjang. Pria itu menggeleng dramatis. Seakan baru saja menonton drama terlaris sepanjang tahun. Antara pemain sepak bola paling diminati dengan gadis dari kaum jelata. Ini bukan kisah dongeng, tapi alurnya menyentuh kalbu. "Cih," Rose mendecih. Dan Daisy mencari tempat duduk. "Kau berkencan, kan? Kupikir, kau masih menyukai Zico?" "Aku hanya penggemar. Bukan benar-benar menyukai dalam arti lain," bisik Daisy dan Rose memutar mata malas. "Lagipula, Zico tidak menunjukkan ketertarikan padaku." "Oh, ya? Lalu, Drew menunjukkannya? Dan astaga, Daisy. Kalau aku tidak lupa, dia itu masuk ke salah satu klub pembunuh hati perempuan. Apa artinya? Yap. Buaya darat." Daisy menghela napas. Mengangkat tangannya menyerah karena

