"Kau marah?" Daisy merasakan gerakan mobil terhenti. Empat rodanya menarik diri untuk diam. Tetapi, deru mesin masih terdengar samar di telinganya. Mesin belum mati. Karena pendingin masih terasa sejuk di dalam mobil. "Tidak." Daisy memutar mata bosan. "Pembohong." "Kau mau tahu bagaimana rasanya diabaikan? Ya seperti ini," balasnya dingin. Ini menjuru pada sikap ketus Daisy selama beberapa kali pria itu mampir ke kafenya. "Yah, terserah." Daisy menarik napas panjang. Bergerak melepas sabuk pengamannya saat merasakan ada tangan lain menarik lengannya untuk diam, memaksanya untuk tetap bersandar pada jok mobil yang terasa seperti karpet berbulu kucing yang lembut. "Aku tidak marah," akunya. Daisy melihat kedua manik gelap itu bersinar dingin. Jelas gelisah bercampur kalut. Apa yang pr

