chapter 4 - Run Run

2056 Words
Tiffany cepat akrab dengan anaknya Jhon, gadis itu tak menyangka bahwa Janson sangat imut serta lucu wajahnya seperti copyan seorang Jhon di waktu muda, Janson dengan polosnya mengikuti arahan Tiffanny, ia memberikan sedikitnya gerakan pemanasan serta pembelajaran. Tak jauh dari sana Jhon tengah berbincang dengan pelatih Efendy mentor nya selama belajar beladiri, orang Asia itu terlihat keras namun cukup ramah terhadap siapapun termasuk dengan dirinya yang bagaimana pun adalah orang asing, bagi pria Kroasian itu Efendy seperti sosok ayah yang jauh di negara nya. " Jadi anak mu yang membuat kau tak dapat kemari, Jhon" " Maafkan aku, pak" " Why should you apologize? kalaupun aku jadi kau aku juga akan memilih anak ku yang lucu itu, lagian kau di sini sebagai pelanggan" entah apa yang lucu Jhon tertawa kecil menangapi Efendy, pria itu hanya khawatir dengan dirinya yang dianggap anak asuh nya, mereka mengamati keakraban antara Tiffanny dan Janson, anak itu terlihat tak takut lagi bertemu orang asing dan tak perlu takut dengan kesulitan bahasa Indonesia, mereka mayoritas dapat mengerti bahasa asing. . Hari sudah semakin sore Tiffanny selesai mandi serta berganti pakaian di tempat yang tersedia di Dojo. Ia mendapatkan ajakan makan malam dengan ayah satu anak itu, biasa. Jhon ingin menyombong sedikit punya anak tampannya, mereka menaiki mobil mereka masing-masing, Tiffany hanya membuntuti mobil Jhon serta anaknya. Pilihan mereka berkahir pada restoran cepat saji, dengan senang makanan pesanan mereka datang ke meja seloyang pizza ukuran besar dengan satu bucket ayam tepung tambahan soda dingin cukup membuat mereka termasuk orang tak sehat, mau dikata apa ini keinginan si kecil. " Kalau ketahuan pak Efendy bisa K.O kita" canda pria satu anak itu Janson, anak itu sedang asik menikmati hidangan nya tanpa ingin ikut campur dengan percakapan bahasa asing baginya, sesekali Jhon mengelus rambut lurus anaknya. " Sekalian aja, kalau tau makan berlemak sebelum tanding selamat mendapat teguran keras" pringat nya, lalu mereka juga memakan hidangan yang sudah di dahulu anak kecil itu. "Ngomong, ngomong. Kau tak muncul di stasiun televisi swasta? Bukankah kau di kontrak panjang" celetuk Jhon memecah keheningan antar mereka. " Aku tak suka di sana, mereka seperti punya dendam dengan ku jika aku kalahkan" " Why?" " Kalau di acara pure buat para atlet semuanya akan menjadi kawan ataupun tak kenal jika di luar, tapi di televisi pasti ada oknum yang mau terlihat keren dan orang yang seperti itu hanya ingin kemenangan Karena jauh dari kata suportif, apalagi penyelenggara mereka cuman butuh penonton, yah itu saja sih yang buat aku mundur aja, sekalian mau fokus ke acara buat mewakili Indonesia" Tutur nya panjang lebar, Jhon mengangguk menyetujui terkadang banyak oknum besar yang tak adil. Suara rintik hujan di luar terdengar kian mulai deras, tiga orang itu melihat dari dalam jendela restoran, mulanya mereka berniat pergi sebentar ke mall terdekat namun hujan membuat kasur terlihat empuk bagi Tiffanny. Malam itu mereka berpisah meninggalkan restoran setelah selesai makan, mobil Jhon berpisah mulai dari persimpangan jalan, mata bule itu melihat spion mobil, melihat hal ganjil " Mobil siapa itu?" Paniknya, melihat ada hal aneh dengan kendaran membuntuti Tiffany, sejurus kemudian ia mengikuti mobil ditumpangi Tiffanny dengan mobil yang mencurigakan, bersyukurlah Janson, anak itu tertidur dengan tenang tanpa terasa terganggu. . Honda merah itu melaju menembus derasnya hujan, sepi. Begitulah kondisi jalanan yang ia tempuh, suara decitan mobil terdengar jelas Tiffanny mengerem secara mendadak, jika safety belt nya tak dipakai ada kemungkinan ia akan terlempar menabrak stir, alasannya kenapa ia mendadak memperhatikan kendaraan kini di tengah jalan terlihat seseorang manusia dengan jas hujan Ponco miliknya menghalangi jalan, orang tak di ketahui itu mendekati mobil Tiffanny, mengetuk kaca jendela, sedikit was-was walaupun ia adalah atlet beladiri ia juga takut jika yang mendekati dirinya adalah hantu, mengingat betapa sepi jalannya. " Ada apa ya, mas" terlihat bahwa itu lelaki muda setelah ia dapat melihat ketika kaca mobilnya ia turunkan " Mbak, maaf kalau menganggu bisa minta tolong pinjam dongkrak kalau ada mbak" senyumannya ramah, ingin Tiffanny pergi secepatnya namun ia juga tak tega melihat pemuda Kisar duapuluhan itu mati menggigil di derasnya hujan, ia juga melihat mobil terpakir epik di pinggir jalan diyakini milik si pemuda tadi, "bisa kok, aku ambilkan sebentar ya" Tiffany dengan cepat mengiyakan permohonan orang asing itu, toh. Ia ingin cepat pulang Sial, batinnya, baru ingat tak punya jas hujan ataupun payung untuk situasi penting, mau lewat dalam mobil badan ukuran dewasa itu akan kesulitan, dengan cepat ia keluar mobil mengambil barang dari bagasi mobil langsung menyerahkan dongkrak miliknya pada pemuda asing yang entah siapa namanya, walau basah kuyup ia kembali masuk ke mobil di lihatnya pemuda itu mengotak Atik mobilnya seperti pada umumnya namun lama-lama Tiffanny merasa aneh pemuda itu sama sekali tak Menganti ban mobilnya tak terlihat pula ada ban milik pria itu bocor Hinga memerlukan dongkrak memperbaiki nya Tiffanny mulai was-was dan merasa ada yang tidak beres pemuda itupun sepertinya kebingungan mengulur waktu. Mobil merah itu mulai mendekati si pria muda tadi tepat di sampingnya "Kau bisa ambil saja dongkrak ku, aku harus pulang" teriaknya dari dalam mobil setelah jendela nya ia buka setengah, pria itu nampak kaget dan panik, "jangan dulu mbak, ini saya belum selesai saya ngak enak kalau di kasih begitu saja, bentar lagi selesai kok" mohon nya, ia mulai mendekati jendela samping kemudi. " Maaf, aku buru-buru" tegasnya dengan masa bodoh ia akan menutup kaca jendela 'Brakkk' kaget tentu saja orang asing itu berusaha memecahkan jendela dengan tang, sekejap mata Tiffanny tancap gas melaju sebelum kaca jendelanya beneran hancur tak lama ia melihat dari derasnya hujan terlihat mobil yang pernah mengikuti dirinya mengejar Tiffanny dapat di terka dari kecepatan mobil itu. " Ada apa sih ini kenapa bisa begini?" Paniknya, ia berfikir hidupnya sudah lurus dan tak cari musuh kecuali di arena jika tanding, mau menghajar pun ia tak mau ambil resiko apakah pria itu membawa senjata tajam lainnya. Mobil itu milik siapa, sial? Dor! Tembakan yang diyakini diarahkan untuknya, meyakinkan ia kini tengah jadi target pembuahan entah siapa dalangnya. Aksi kejar-kejaran bak filem Jackie Chan Movie, Tiffanny tak mungkin mengalahkan orang bersenjata kan? Mobil hitam itu memburu mobil Tiffany yang tengah melaju kencang Tangan dari sosok pengemudi itu keluar dari jendela dengan memegang pistol jenis Glock 17, dengan gaya ala koboi nya serampangan menembaki mobil Tiffanny, wanita cantik itu menatap kalut, kalau, kalau. Peluru itu mengenai nya, Dorr! Ia yakin itu peluru terakhir, jika di ingat ia menghitung ada lima belas butir peluru, ujuk jenis pistol buatan Australia itu habis, dan itu yang kelima belas. Suara keras peluru itu di susul suara ban pecah, Tiffanny Seketika memucat ketakutan, mobilnya samasekali tak dapat di kendalikan menabrak kanan kiri pembatas jembatan, dengan kuat Tiffanny memepet mobil hitam itu mengiring mereka ke tepi pembatas dan- Bruakk Suara dentuman keras kedua mobil itu terjun bebas keluar batas jalan, dan suara benda berat tercebur dalam air terdengar menyusul kemudian, Tiffanny masih sadar akan kondisinya kini, ia dengan cepat berusaha melepas sabuk pengamannya, sialannya, benda itu mancet kendati demikian ia tetap berusaha melepas benda itu, mobil sudah terisi air dimana-mana, ia yakin mobilnya sudah tengelam jauh ke dalam, bersyukur ia dapat terlepas dari sabuk pengaman yang menghambat tubuhnya, kaca yang dipecahkan oleh pria jas hujan Ponco cukup memudahkan Tiffanny memecahkan hingga cukup lebar baginya keluar dari sana. Wanita pintar itu dengan cerdik melepaskan dari bahaya, tapi tidak dengan keterbatasan seorang manusia, nafasnya tak sampai untuk berenang ke permukaan air, tubuhnya melemas samar-samar ia melihat cahaya dari permukaan dan seseorang berenang ke arahnya. kenapa dia yang menembaki diriku? siapa yang menginginkan kematian ku, ah. aku akan segera menyusul ayah, tapi bagaimana dengan ibu ku? maaf yah, Tiffanny belum bisa jadi anak baik. *** Kelopak mata ku terasa berat, Suasana langit kamar kenapa putih? Ah. Aku di rumah sakit, aku sudah mengalami tragedi memilukan, eh. Tunggu dulu ini bukan rumah sakit. Kepala wanita itu seketika menoleh keseluruhan ruangan di tempati nya, ruangan nya memang serba putih, namun gak ada rumah sakit memiliki ranjang berkelambu dengan meja ukiran kayu di samping terdapat beberapa buah sarat akan nutrisi di atas nya, tak ada jarum infus ataupun nakas rumah sakit. Aku dimana ?. " Tolong, dok. Bantu anak saya untuk sadar kembali" pinta seorang wanita dengan baju kebaya ala kraton Jawa, dengan senyum lembut pria itu menangapi kekhawatiran seorang ibu, "saya akan bekerja sebaik mungkin nyonya" mereka kini berdiri di depan pintu tinggi sebuah ruangan tempat anak bangsawan tersebut membaringkan tubuhnya, mereka memasuki ruangan itu terperanjat kaget mendapati anak perempuan yang sudah beberapa hari pingsan sekarang tengah bangun dari ranjang, bahkan anak itu terlihat kebingungan. "Nduk, kamu sudah bangun" dengan sigap wanita dewasa itu memeluk anaknya, terlihat sekali Tiffanny bengong kebingungan Ini orang siapa? Main teater kejawen ya? Wajah gadis berkulit kuning Langsat itu bak orang bodoh mendapati seorang wanita cantik walaupun terlihat tak muda dengan pria dewasa berwajah ke bule-bulean dengan kumis melengkung tebal mirip Santa Claus beserta setelan baju putih dikenakan nya, Tiffanny agak sangsi melihat pria asing itu kumisnya seperti sapu ijuk. "Nirmala, kamu gak apa-apa kan? Tolong dok, periksa anak saya" Dokter? Tiffany melongo pada pria tadi, persis bapak-bapak satpam kalau Tiffanny boleh jujur, pria tadi memeriksa dari denyut nadi pergelangan tangan serta membuat Tiffanny terpaksa membuka lebar matanya. "Nirmala baik-baik saja. Kondisinya sudah jauh lebih baik tapi mungkin akan butuh pemulihan" ujarnya memperkirakan diagnosa untuk pasien nya. " Tunggu, tunggu. Sebentar ya, kalian itu siapa? Saya ngak lagi ikut drama musikal kan? Masa iya drama musikal tema Jawa entar malah nembang dong, agak keren-an dikit lah" celetuknya mengantisipasi kemungkinan yang ada, tentunya ia tak yakin setelah di kejar-kejar dan di tembaki hidupnya langsung isekai, kan konyol. " Kamu ngomong apa sih nduk, ibu ngak ngerti" kedua orang dewasa di buat kebingungan oleh tingkah Tiffanny apalagi logat dipakai Tiffanny sangat tak lazim bagi mereka. " Sepertinya Raden ayu mengalami cidera otak, mengakibatkan kelupaan akan ingatan nya, akibat jatuh dari kuda, saya rasa butuh waktu untuk membuat Raden ayu Nirmala ingat lagi" "Ya sudah ngak papa, yang penting anak saya sudah sehat" syukur sang ibu memeluk tubuh kurus anaknya Lah, Nirmala siapa sih? Kenapa mimpi ku jadi anak keraton, kalau ini mimpi pasca koma, ya tolong gitu, ala-ala bangsawan Elisabeth atau jadi ratu " Dari tadi saya di panggil Nirmala, memang muka saya persis anak ibu yang namanya Nirmala" Sontak wanita tadi di buat menangis Hinga orang yang mengaku dokter tadi berusaha menegakkan, memangnya apa yang salah, pikir Tiffany masih kebingungan. Setelah kedua orang dewasa itu pergi meninggalkan dia sendirian dan berjanji akan mengirimkan abdi dalem untuk menjaganya serta membawa makanan untuknya, Tiffany berdiri dari ranjang mendekati cermin rias di ruangan itu, pantulan dari sana membuat dia melongo, mengerjapkan mata serta mengucek kelopak mata, sama sekali tak membuahkan hasil, tetap sama. Gadis muda dengan kulit kuning Langsat, mata bulat, bibir mungil serta hidung mungil tak semancung dirinya, tinggi nya bahkan diperkirakan tak sampai seratus enam puluh centil, ini bukan tubuh nya, bukan tubuh milik Tiffanny. Jadi ini tumbuh siapa? Di tengah kepanikan, informasi yang dapat di tangkap otaknya yang tiba-tiba tumpul adalah; ini bukan tubuhnya, nama pemilik tubuh itu adalah Nirmala, dan ia adalah anak Baron atau bangsawan Jawa. Okay, itu info yang dapat ia proses kini, di tengah kekalutan nya mondar mandir suara ketukan pintu mengintrupsi kegiatan berfikir nya " Siapa di luar?" Tanya Tiffanny atau kita pangil sekarang Nirmala. " Ini saya, Ndoro ayu, Surti" Siapa lagi si Surti ini? " Iya silakan masuk" balasnya mempersilakan orang di luar itu untuk masuk keruangan, sosok gadis muda dengan kulit sawo matang, manis. Rambut di Gelung khas wanita Jawa dengan pakaian keben seadanya mata sayu membuat gadis muda itu bak gadis lugu di tangannya terdapat nampan berisikan makanan serta air dan minuman yang di yakini itu jamu. " Ini di makan sekarang?" Tanya Tiffanny yang kini berada di tubuh Nirmala putri anak bangsawan, ia rada sangsi memakan hidangan berisi daging ayam dengan sayur yang Tiffany tahu di tempatnya di sebut lalapan. Wajah anak bernama Surti terlihat bingung dengan pertanyaan kunjungannya, apalagi nada serta lihat bicaranya terdengar asing, " tentu, Ndoro ayu, ini untuk kesehatan Ndoro ayu" jelasnya dengan mantap karena begitulah para Mbok-mbok abdi dalem di dapur berkata. Dengan rasa malas Tiffany memakan sajian tersebut, ia mungkin makan sayuran rebus ataupun sayur untuk menjaga staminanya namun lalapan seperti daun ketela dan olahan kelapa bukan hal yang terlalu Tiffanny sukai, di samping itu ia harus mencari kebenaran dari sosok yang kini tubuhnya ia singgahi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD