----------------
Kirei mematut diri di depan cermin. Berlenggak lenggok melihat pantulan dirinya sendiri. Mengagumi kecantikan diri.
"Anak Ibu cantik banget malam ini. Mau ke mana, nih, Sayang?" tanya Bu Tiwi--ibunya Kirei--yang telah berdiri di ambang pintu kamar anaknya itu.
Kirei terperanjat. "Ah, Ibu ngagetin Kirei aja. Oya, Kirei lupa bilang sama Ibu kalau hari ini Fani ulang tahun. Jadi Kirei harus datang ke acaranya, Bu," jawab Kirei sembari melempar senyum manis ke arah ibunya.
"Oalah, Nak Fani ulang tahun, toh? Kenapa gak kasih tahu Ibu sebelumnya? Kan Ibu bisa titip kado buat dia."
Kirei dan Fani merupakan sahabat dari SMA. Fani merupakan anak dari salah satu pengusaha terkaya di kota ini. Namun, ia tidak pernah membeda-bedakan dalam berteman.
Meskipun Kirei berasal dari keluarga sederhana, Fani tidak malu berteman dengan Kirei. Bahkan mereka sudah seperti saudara.
"Gak apa-apa, Bu, yang penting Ibu doain Fani yang terbaik aja," ucap Kirei.
"Ya sudah, kalau gitu titip salam aja buat Fani, ya. Bilang juga sama Fani ucapan permintaan maaf Ibu karena tidak bisa hadir di acara istimewanya."
"Iya, Bu."
*****
Kirei duduk di kursi--teras depan rumah. Sesekali melirik ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
TIT ... TIT ....
Seketika senyum Kirei mengembang melihat sang pujaan hati--Jordan--datang dengan mengendarai Honda Mobilio.
Kirei bergegas menuju Jordan yang telah turun dari mobil. "Ayo, Mas, kita berangkat! Kok, kamu malah turun dari mobil?" tanya Kirei.
"Iya, Sayang ... sebentar, Mas mau pamit dulu ke dalam sama Ibu. Masa bawa anak gadisnya yang cantik ini gak minta izin dulu?" Jordan tersenyum simpul.
Kirei menggigit pelan lidahnya sendiri sambil menepuk jidat. "Ups ... maaf. Aku lupa hehehe ...."
Jordan Abraham. Lelaki tampan berparas blasteran. Tegas. Berhati baik. Merupakan anak dari salah satu orang terkaya di kota ini--Tuan Abraham--yang merupakan pemilik dari Abraham Company.
Namun, Jordan tidak pernah mengandalkan kekayaan orang tuanya untuk bertahan hidup. Ia selalu ingin berdiri di kakinya sendiri. Oleh sebab itu, dia bekerja di perusahaan lain.
Jordan merintis kariernya dari bawah hingga sekarang ia menjadi seorang manager pemasaran di perusahaan eksport rotan.
Meskipun anak orang kaya, Jordan selalu hidup sederhana. Selain itu, Kirei pun tidak mengetahui jika sebenarnya Jordan berasal dari keluarga kaya raya.
*****
Acara ulang tahun Fani digelar di sebuah hotel bintang lima yang sengaja telah di-booking oleh orang tua Fani.
Tidak main-main. Bukan hanya aula yang disewa untuk acara, melainkan seluruh gedung, termasuk seluruh kamar yang tersedia di hotel itu.
Yaa, bisa dibilang kalau acara ulang tahun ini merupakan acara pesta formal karena sebagian besar tamu undangannya merupakan kolega bisnis dari papanya Fani.
Acara yang digelar juga bukan hanya sekadar pesta ulang tahun, tetapi juga acara pertunangan antara Fani dan Arga.
Bisa dibilang ini merupakan penyatuan dua perusahaan raksasa di kota ini karena Arga Brata juga merupakan pewaris tunggal dari Brata Coorporation.
*****
Jordan memakai setelan jas hitam sedangkan Kirei mengenakan dress berwarna merah marun. Sungguh pasangan serasi nan sempurna. Tampan dan cantik.
"Selamat ulang tahun Fani sayang." Kirei memeluk sahabatnya itu.
"Selamat ulang tahun ya, Fan," ucap Jordan.
"Makasih, Rey, Mas Jordan. Hmmm ... Ibu mana, Rei?" tanya Fani. Ia celingak-celinguk mencari keberadaan ibunya Kirei.
Huft. "Hehehe ...."
"Kenapa cengengesan? Pasti Ibu sengaja gak kamu ajak ya, biar bisa berduaan dengan Mas Jordan, kan?" selidik Fani.
Sontak Kirei memukul lengan Fani. "Sst, jangan kencang-kencang ngomongnya."
Fani hanya menggelengkan kepala dengan tingkah sahabatnya itu.
Untung saja Jordan tidak dengar karena kebetulan ia pun disapa oleh temannya.
*****
Acara ulang tahun dan pertunangan Fani berjalan dengan lancar dan begitu mewah.
Usai acara digelar, semua tamu dipersilakan untuk menempati kamar hotel yang sebelumnya telah disediakan. Tak terkecuali dengan Kirei dan Jordan.
"Rei, kamu tidur bareng aku ya? Mas Jordan tidur sendiri di kamar sebelah," ucap Fani.
"Siap, Bos! Tapi aku mau ngobrol dulu sama Mas Jordan di kamarnya, yaaa ... hehehe," jawab Kirei.
Kening Fani mengernyit. "Tapi jangan lama-lama, oke!"
Kirei mengerlingkan mata dan bergegas menuju ksmar Jordan.
****
Malam semakin larut. Fani telah pergi ke alam mimpi. Namun, Kirei masih berada di kamar Jordan. Mereka berdua merupakan tipe manusia humoris dan selalu saja bercanda di setiap suasana. Oleh karena itu, mereka cocok.
Seperti malam ini, mereka bermain petak umpet layaknya anak kecil. Mata mereka masing-masing ditutup dengan kain dan harus mencari satu sama lain. Ah, benar-benar kekanakan.
DUK!
"Aduuuh, sakiiit!" Kirei merintih kesakitan karena kepalanya menabrak pojokan dinding.
Jordan membuka penutup matanya dan langsung menghampiri Kirei. Panik.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Jordan.
"Ini kepalaku kejedot dinding, Mas. Benjol 'ni kepala," rajuk Kirei.
"Coba sini lihat!" Jordan memeriksa kening Kirei. "Hahaha makanya kalau jslan hati-hati."
"Iiih ... Mas Jordan malah ngeledekin aku."
Kirei memukul tubuh kekar Jordan. Jordan menghindar dan berlari. Alhasil, mereka berdua kejar-kejaran di dalam kamar.
"Yeee, gak kena, gak kenaa," olok Jordan.
"Awas, ya, aku tangkap kamu. Aku bikin jadi perkedel."
Mereka terus saja berlarian berputar-putar sambil melempar bantal dan selimut sehingga barang itu berserakan di mana-mana.
SREEETTT ....
Kirei tersandung kursi dan .... "Aaaaaaaaa!!"
BUG!
Gadis itu menabrak tubuh Jordan dan mereka pun jatuh tepat di atas tempat tidur dengan posisi Jordan di bawah dan Kirei di atas d**a bidang Jordan.
Sejurus mereka pun terdiam. Saling memandang lekat satu sama lain.
Entah dorongan hasrat dari mana. Wajah mereka menjadi lebih dekat, lebih dekat dan ....
"Hmmmm ...."
Bibir Jordan mendarat di bibir ranum Kirei. Berawal dari kecupan lembut yang kemudian menjadi ciuman panas bagi kedua insan itu.
"Emmm, Mas ... hmmmm." Kirei berusaha melepaskan ciuman itu, tapi entah mengapa semakin ingin melepaskan, maka semakin ingin meneruskan.
Lelaki bertubuh atletis itu sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Lubuk hatinya ingin memberontak, tetapi gairah telah menguasai sampai ke ubun-ubunnya.
Jordan ingin menuntut lebih dari Kirei. tangannya menelusup ke dalam dress merah marun yang dikenakan oleh gadisnya.
Mendapati area vitalnya disentuh Jordan, sontak Kirei terperanjat dan melepaskan ciumannya.
"Ah, jangan , Mas ... geli," rajuk Kirei dengan mengatur napas.
Jordan yang telah dikuasai oleh birahi, hanya tersenyum simpul, menggoda. "Gak apa-apa, Sayang. Mas janji akan tanggung jawab."
"Tapi, Mas, aku--"
Belum sempat Kirei melanjutkan ucapannya, bibir gadis itu telah dilahap kembali oleh Jordan. Lelaki tampan itu seolah tak ada puasnya mengulum bibir Kirei. Gadisnya pun akhirnya ikut terbawa suasana. Menikmati.
Dengan lembut, Jordan membuka seluruh pakaian yang dikenakan oleh Kirei. Kini, terpampang jelas pemandangan indah di depannya.
Tubuh Kirei sangat sempurna. Sintal dan putih bak porselen. Membuat laki-laki mana pun tidak akan tahan jika melihatnya.
Jordan melepas satu per satu pakaian yang ia kenakan.
"Aaaaaaa!" Kirei menjerit.
"Ssst, kenapa teriak, Sayang?" tanya Jordan.
"I-itu ... besar banget, Mas."
Jordan tertawa melihat tingkah Kirei yang menutup wajahnya dengan satu tangan, tetapi masih bisa melihat barang miliknya. Bahkan masih sempat-sempatnya menunjuk.
Dengan gemas, Jordan memeluk tubuh Kirei. Menciumi setiap inci wajah gadisnya. Bagian leher tidak luput dari sapuan bibir Jordan.
Sementara itu, Kirei hanya bisa mendesah dan meracau tak keruan.
Pada saat Jordan akan menuntut lebih, Kirei pun sempat sadar dan menolak.
"Jangan, Mas, aku takut!" cegah Kirei, "kita b******u aja, tapi jangan lebih dari itu," lanjutnya.
Birahi Jordan sudah tak bisa dibendung. Ia berusaha keras membujuk Kirei. Sudah kepalang tanggung. Tak mungkin mundur begitu saja. Memang, laki-laki sebaik apa pun tidak akan tahan jika harus berdua-duaan dengan gadis cantik.
Bersambung .....