Aku terdiam, pun Mas Arif yang sama-sama bingung. Kami duduk mengamati Mbah Parto yang sibuk menatap langit. Mulai gelap, sinar orange kemerahan tersebar di langit, pun burung-burung mulai berterbangan ke sana ke mari. Bibi datang tergesa-gesa, ia turut menemani Mbah Parto di sini. Firasat semakin tak enak, bagaimana jika keluarganya tak tahu sama sekali? "Urusan Mbah di dunia sudah selesai. Kamu dan suamimu aman, gak ada yang bakal ganggu lagi. Percayalah, Mbah lega begitu kalian kembali bahagia," ucapnya terdengar menyedihkan. Spontan aku memeluk tubuh ringkih itu. Terasa dingin dan setan jantung yang melemah. Tangannya pun bergetar. "Mbah mau ke mana? Jangan pergi, kami sayang sama Mbah," bujukku tak terasa air mata menetes. "Insya Allah, kita ketemu di surga Allah kelak, Nak. Ar

