Chess

840 Words
Hari ini hari yang paling melelahkan di SMA Nusantara. Setelah melakukan semesteran, maka siswa maupun siswi mempunyai kegiatan olahraga untuk dipertandingkan melawan kelas lainnya. Kelas Athala sedang sunyi senyap membahas agenda dan perwakilan untuk mengikuti pertandingan- pertandingan tersebut. Diantaranya: futsal, catur, badminton campuran, dan tenis meja tunggal. Bagi yang tidak ikut ,maka wajib untuk menjadi sporter fufsal. "Jadi siapa nih yang mewakili catur PA dan PI nya? "Ucap Dinda sebagai wakil ketua kelas. "Lo, aja Din. Disini ceweknya gak bisa olahraga. Paling disuruh OR pada duduk moncot sambil ghibah ria. "Ucap Ayu pada Dinda diangguki semua siswa. "Gak bisa gitu dong, gue udah ambil badminton sama Rendi. Lainnya, gimana kalo Zahwa aja. Lo Pinter kan, Zah? " "Gak, gak mau. Gue gak terlalu bisa main. Oper aja sama yang lain. "Ucapnya menyentak sambil menggeleng. "Emmm, gue bisa main sih. Tapi gak terlalu Pinter, gimana kalo gue aja yang mewakili sama Arjuna. Ya.. Tapi gue gak bisa janji buat menang. " "Sip. Jadi setuju gak, kalo yang mewakili catur putri itu Athala?"Semua mengangguk tanda setuju. Juga rasa lega diantara mereka segera sirna. Rapat mereka telah berakhir, namun tak Ada satupun guru yang datang. Pada akhirnya mereka memilih konser dikelas ataupun makan- makan layaknya cafe, atau sekedar tidur. Kali ini ada yang beda dengan suasana dibangku Resya dan Athala. Ada Yoga, Irfan dan juga Lando yang tengah berkerumun dan ikut berghibah ria dengan Athala dan Resya. "Eh, Ga. Gabung yuk sini. Kita lagi ngobrol ringan."Ajak Yoga pada Raga yang ingin keluar kelas. Ia memutar tubuhnya kembali menuju bangku Resya dan Athala. Athala melihat kearah Resya yang mulai diam menatap Raga, sedangkan lawan yang ditatapnya memasang raut datar. "Kemana aja lo? " "Biasa. Lo ngikut gak nanti, temenin gue ke warung kopi. "Ajak Raga pada Yoga dan diangguki lawan bicaranya. "BTW, lagi ngobrolin apa? " "Itu, orang mabok putus sarafnya ditengah Jalan. "Ucap Yoga bercerita penuh semangat. "Whahahahahahaha, iya iya... "Raga tertawa terpingkal-pingkal mendengar celoteh Yoga dan ikut meneruskan bercerita. Athala yang sedang menyaksikan hal tersebut terheran-heran. Ia melihat ekspresi teman-temannya yang kelewat tolol membuatnya sedikit meringis meski tak tahu apa yang dibicarakan. Sedangkan Resya mengangguk atau bahkan ikut merasakan sensasi dalam Yoga dan Raga bercerita. Kadang raut heran, penasaran, atau bahkan tertawa. "Res, gak nyangka ya sekarang lo punya temen Alim nan polos. "Tanya Raga setelah lama berbincang. Sedangkan Yoga, Irfan dan yang lainnya sudah pergi menuju kantin. "Emang tampang gue Polos ya? "Tanya Athala pada keduanya. Resya menganggukkan tanda setuju. Athala menghela nafas kasar, ia paham apa yang dimaksudkan keduanya. "Jaman sekarang polos itu beda tipis ya sama bego? "Kali ini Raga yang mengangguk. "Res, tugas gue belum selesai udah diminta sama guru SBK, lo mau bantuin kan? Entar gue kirim kerumah lo. "Ucap Raga to the point. "Gausah. Kalo mau gue bantuin, langsung aja lo bawa tugasnya, gausah kerumah gue malem-malem. Gaenak sama tetangga gue. " "Kalo nurutin omongannya tetangga, kapan bisa sukses? "Tanya Raga meremehkan, sedangkan Resya yang tengah diam. "Ga, inget. Kita tinggalnya di Indonesia, lo paham kan tradisinya orang sini? " "Hmm, gue kira Indonesia itu bukan bagiannya bumi. "Jawab Raga sok tolol. "Serah lo kata, semerdeka lo aja." "Great. Eh, katanya temen lo ini orangnya Pinter. " "Napa? Bantuin lo? Prinsip gue sama, gue mau bantuin asal lo bawa kesini. Lagian apa lo tau alamat rumah gue? "Jawab Athala. "Rezita Serena Athala, bener gak? "Tanya Raga diangguki Athala. "Yaudah kalian lanjutin ngobrolnya, asal jangan kaya toa. Gue tau temen lo ini orangnya alay nan lebay. "Ucap Raga melirik Athala, sedangkan gadis yang disindirnya menatap pria itu melotot. "Kenapa!!! Lo sewot hah?!"Pekik Athala sambil mengejek. "Nah kan, kek kaleng gembreng diseret. Childish! "Ucap Raga sambil menggosokkan tangannya kedaun telinga. "Uweeeee.... Mamaaaak..... Raga nakal... "Rengek Athala yang mendapat jitakan Raga. "Berisik bawel!! "Ucap Raga sambil meninggalkan bangku Resya, sedangkan Athala yang mencebikkan bibirnya tidak terima. "Awas lo! Gue bales. "Tunjuk Athala pada Raga. Hari ini sungguh membuat Athala kelelahan. Ia pulang kerumah dan segera memberi kabar pada orang tuanya. "Ayaaaaah.... Ibu.... Tau gak, aku diikut sertakan mewakili kelas untuk perlombaan catur putri lusa disekolah... "Ucap Athala antusias, sedangkan ayahnya menatap datar dan ibunya yang memasang raut tidak percaya. "Serius? Emang kamu bisa? "Tanya ayah Athala bertanya namun sedikit terdengar meremehkan. "Untuk menjalankan bidak mungkin aku bisa. "Cicitnya. "Hmmm.. Latihanlah dengan giat. " "Apa ayah bisa membelajariku trik -triknya?" "Ayahmu masih sibuk Athala, lain Kali saja kalau sedang lenggang pasti diajarkan. Sekarang latihan sendiri dulu. " "Tapi aku ingin-" "Athala, dalam bermain catur, tidak ada yang namanya trik untuk menang. Karena cara kerja catur sulit untuk ditebak dan setiap lawanmu mempunyai pergerakan sendiri. Jadi, giatlah latihan. "Ucap ayah Athala membungkamnya. Dengan langkah gontai Athala menyalakan mesin komputernya dan mulai latihan bermain catur dari level rendah hingga tinggi. Pergerakannya selalu terhenti pada level 7, ia sudah sangat frustasi dan lelah untuk berfikir. Konsentrasinya terkadang pecah mendengar suara gelak tawa di ruang tamu. Ia meringis dari kejauhan melihat adiknya dan kedua orang tuanya bercengkrama. "Gue rasa kok udah kayak hama aja dikeluarga sendiri. Ah, biarin ajalah. Penting nganggep gue ada. "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD