05. Sebuah Rencana

707 Words
Mata Bianca menyipit memandang dua sosok di luar sana. "Ganteng tapi ya?" "Ganteng sih ganteng, cuma karena gue udah punya pengalaman 10 kali diselingkuhin, gue jadi enggak percaya sama cowok," ujar Bianca sembari melirik Kimi. "Gue ... enggak mau Moma sakit hati dan jadi permainan itu cowok semata. Enggak bisa. Laki-laki yang baik di dunia ini cuma Popa." "Bi, masih banyak sebenarnya laki-laki baik di dunia but, lo belum ketemu aja sama salah satunya." "Gue harus cium dia." "What? Beneran?" tanya Kimi dengan mata yang nampak membulat. "Enggak Bi! Dia calon bapak lo anjir." "Iya gue tahu, tapi gue lakuin ini buat Moma." "Enggak, enggak, untuk pertama kalinya gue enggak setuju lo make kemampuan kissixsenses lo ini Bi." "Lihat aja." Biancar menegakan posisi tubuh. "Lo mau kemana sekarang?" "Nyamperin mereka." "No, lo lagi kaosan ketat sama celana pendek." "Bagus dong, kita tahu apakah mata om-om itu bakalan jelalatan atau enggak ke badan gue." Kimi tak habis pikir dengan apa yang Bianca putuskan. "Bi, udahlah, biarin Moma yang handle semua ini." "No, Kimi." Bianca menahan langkah. "Gue enggak mau Moma dipermainkan." Setelahnya tanpa pikir panjang, Bianca langsung bergerak untuk turun dari kamar. Menemui Moma yang baru saja diantar oleh Ezra. Mereka berdua nampak menatap Bianca saat wanita itu memunculkan diri. "Astaga! Bibi! Kamu ngapain pakai baju pendek gitu keluar rumah segala? Enggak sopan." Bianca tak menjawab ucapan Moma dan malah menatap Ezra dalam-dalam. Lelaki itu sempat melirik ke arahnya sesaat sebelum membuang muka nampak tak tertarik. Really? Dia tidak tertarik kepada Bianca? Bianca bukan model yang datar depan belakang. Tentu saja, ia masih memiliki sparepart yang cukup bagus dan mengesankan setiap mata laki-laki. Namun entah kenapa, tidak dengan Ezra. Dan kini harga diri Bianca ... agak sedikit tercoreng rasanya. Seolah ia jadi tak menarik lagi di mata laki-laki manapun. "Bi!" Mendengar panggilan Moma, Bianca mengalihkan pandangan. "Masuk ke dalam Bi, malu sama Mas Ezra." "Kenapa harus malu? Bianca kan pakai baju. Lagian Bianca ke sini karena mau ketemu Moma," alasan Bianca sembari sesekali kembali mencuri pandang. Sialnya, Ezra masih menghindari tatap dari Bianca dan tubuhnya. Apakah laki-laki ini benar mencintai Moma. "Kalau gitu, saya masuk dulu ke rumah ya?" "Ih Mas, makasih sudah mengantar ya? Nanti mampir untuk makan malam, saya bakalan masakin beberapa menu buat Mas." "Enggak perlu, saya bisa makan di luar aja." "No! Selama belum dapet ART, kamu makan di sini saja Mas. Lagian, Mas kan sudah mengijinkan saya untuk ikut ke mobil buat berangkat kerja." Dengan seksama, Bianca memerhatikan percakapan itu. "Oke, makasih banyak ya." "Sama-sama. Saya masuk ke dalam kalau gitu." Tangan Bianca pun ditarik oleh Moma. ^^^^^^^^ "Kamu tuh ya, enggak tahu malu di depan Mas Ezra." "Moma, do you love that guy?" Pertanyaan Bianca sukses menghentikan langkah Moma. Dapat Bianca lihat kalau wajah sang ibu kini memerah malu. Ah, Bianca tahu kalau Moma memang menyukai laki-laki itu. "No, Bi." "Please, don't lie, Moma." "I tell you, no, Bibi." "Kenapa?" "Apa sih kamu kepo banget sama urusan orang." Moma mencoba mengalihkan pembicaraan. "Pokoknya sana masuk kamar, Moma mau masak. Eh, Kimi? Kamu di sini?" "Iya Mom, dari tadi pagi." "Oh my God, i miss you!" "Ma, Om Ezra orang baik kan?" "Bi, kamu enggak lihat kalau Moma lagi peluk Kimi?" "Bianca cuma nanya Mom." Bianca melipat kedua tangan di d**a. "Kalian hubungannya apa sih?" "Bi! Ah, enggak seru banget. Mama mau ganti baju dulu di kamar. Kimi, kamu lebih baik nginep biar kita bisa makan malam sama-sama." "Iya dong Moma. Aku juga kangen masakan Moma." "Okey, Moma nanti masak yang enak-enak ya?" Setelah mendapati kepergian Moma, Kimi langsung menarik tangan Bianca. "Ada anjir! Mereka ada hubungan!" "Kan! Apa kata gue juga." Bianca mengembuskan napas. "Moma menghindari percakapan yang lo tanyain tentang Mas Ezra itu, gue jadi curiga. Terus gimana tadi? Mas Ezra itu mantengin lo apa kagak?" "No." Bianca meloloskan napas. "Gue juga bingung kenapa dia enggak natap gue. Apa karena kita lagi di depan Moma ya?" "Bisa jadi, dia pasti mau jagain perasaan nyokap lo." Untuk sesaat, Bianca dan Kimi sama-sama terdiam. "Gini aja." Kimi menelan ludah. "Saran gue emang sesat ya Bi, but, coba lo pakai baju pendek gini pas lagi berduaan doang sama Mas Ezra." "Gimana caranya gue bisa berduaan doang sama dia?" "Masuk ke rumah Mas Ezra, apalagi?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD