Kantor Hari Pertama

1300 Words
Bermodal kemeja dan rok beli di pasar dengan harga menawar sekuat tenaga. Serta sepatu pantofel yang ia cari keliling toko seharian demi dapat harga paling murah, Elea akhirnya bisa berpenampilan sempurna. Setidaknya sempurna menurutnya. Jadwal interview pukul 09.00 WIB ia sudah tiba di kantor itu pukul 08.00 WIB saking takut terlambat. Duduk di lobi celingukan kesana-kemari. Elea gugup. Tangannya dingin dan bibir terasa berat untuk bertanya. Sesekali ia lirik arloji berwarna silver di tangannya. Detik terus berlalu. Ia ingat-ingat lagi pesan di telepon yang menghubunginya kemarin. 'Gedung permata lantai lima belas,' batin Elea. Matanya lalu mulai menjelajah mencari pintu lift. Tidak ada. Sejauh sapuan pandangan mata ia belum menemukan pintu itu. "Neng, mau interview?" Suara sapaan seseorang membuat Elea yang sedang mengedarkan pandangan matanya sontak sedikit kaget. Ia langsung menengadah menghadap wajah pria berseragam putih celana hitam itu. "I-iya Pak," jawab Elea sambil bangkit dari duduknya. "Di gedung ini ada beberapa perusahaan Neng, Neng mau kemana tujuannya?" "Oh, eng … ini Pak," Elea memperlihatkan map coklat yang ia bawa. "Oh, kalau ini Neng lewat lorong sana, terus naik lift." tunjuk pria itu. Ternyata pintu lift yang Elea cari sejak tadi ada setelah melewati lorong. "Baik Pak, terimakasih banyak Pak," Tanpa buang waktu lagi Elea segera mengayunkan langkah. Ia berjalan sambil tertunduk. Kanan dan kirinya orang berlalu-lalang. Rupanya para karyawan yang berkantor di gedung ini sudah mulai berdatangan. Tiba di depan lift Elea tidak langsung menekan tombol dan naik. Ia malah bengong. Sekali lagi menoleh ke kanan dan kiri seperti orang takut salah alamat. Beberapa karyawan lain berbisik sambil saling lirik menertawai sikap Elea yang kelihatan aneh. "Eh, mau ikut naik gak? Kalau gak kita tutup." ujar salah seorang karyawan yang sudah berdiri di dalam lift. Elea celingukan bingung tidak sadar kalau ia yang diajak bicara. "Saya?" tanyanya sambil menunjuk wajah sendiri. Yang ada di dalam lift bukan menjawab malah langsung menutup pintu dan menekan tombol untuk naik ke lantai atas. Elea langsung mengelus d**a. Ia tidak menyangka kalau orang kantor sikapnya seperti itu. Bayangan-bayangan mulai bermunculan. 'Jangan-jangan di kantor ini orangnya lebih galak daripada di cafe kemarin,' batin Elea. "Hei, mau ke lantai berapa? Mau bareng?" Seseorang menyapa Elea. Ia terdiam beberapa detik sebelum menjawab. "Kok diam?" gadis dihadapan Elea memasang senyum lebar. Wajahnya kelihatan ramah. "I-iya, mau ke lantai lima belas." jawab Elea lirih sambil menunduk. "Apa? Lantai berapa?" gadis itu tidak dapat mendengar suara Elea dengan jelas. “Lima belas.” Ulang Elea dengan suara lebih lantang. “Duh, gak usah kenceng amat kali suaranya,” gadis itu sekarang malah menutup telinga. “Safira.” Ia ulurkan tangan. “Yang paling cantik, paling manis, paling baik di lantai lima belas. Catet!” lanjutnya. Elea langsung melongo. Tidak menyangka dibalik wajahnya yang ayu ternyata bisa kocak juga. Ia pikir gadis bernama Safira ini akan bersikap angkuh dan super jaga gengsi seperti yang lain. “Aku Elea,” perlahan Elea berani memperkenalkan diri. “Sini, aku lihat.” Safira meraih map di dari tangan Elea. “Hmm, jadi kamu calon admin HRD yang baru?” Elea mengangguk. “Iya,” Bak atasan senior Safira membolak-balikan map itu lalu memperhatikan penampilan Elea dari atas sampai ke bawah. “Lumayan.” ucapnya. Elea diam menarik senyum dengan terpaksa dan tak berani menyahut. “Jangan kaku gitu, di kantor ini tuh orangnya asik-asik semua. Jadi gak usah kaku dan sungkan.” Safira menekan tombol untuk membuka pintu lift lalu menarik tangan Elea untuk cepat ikut masuk. “Lulusan apa?” tanyanya setelah berada di dalam lift. “Manajemen SDM.” Jawab Elea. “Boleh juga,” Safira mengembalikan map itu pada Elea. “Nanti jangan gugup. Manager HRD di sini orangnya baik banget kok, santai aja,” Pintu lift terbuka. Mereka melangkah keluar bersamaan. Elea langsung mengedarkan pandangan. Banyak meja dan banyak pintu yang bertulis nama ruangan masing-masing. “Good luck ya,” Safira menepuk bahu Elea. “Tuh, ruang HRD di ujung sana. Ruanganku yang sebelah situ. Nanti kalau diterima kabar-kabar ya, kita bisa jadi teman rumpi di kantor ini.” Safira mengeluarkan sebuah kartu nama dari tas miliknya. “Nih simpan.” Ia sodorkan kartu nama itu pada Elea. “Ingat ya, kalau diterima, jangan lupa chat aku.” Elea menerimanya meski wajahnya kebingungan. Ia mengangguk dan menyimpan kartu nama itu dalam tasnya. “Orang di sini sebenarnya baik, tapi kalau sama anak baru suka pada iseng, jadi kamu kabarin aku kalau kamu masuk kerja besok. Gini-gini aku senior di sini.” bisik Safira. Anak ini lama-lama kelihatan banyak gaya. Elea pasrah dan mengangguk saja. Setidaknya lumayan ada satu orang yang sudah pasti mau jadi temannya di kantor yang asing ini. Mereka akhirnya berpisah. Elea memberanikan diri masuk ke ruangan yang ditunjukkan Safira tadi. Tidak ada siapa-siapa di dalam. Ada kursi tunggu. Semacam meja dan sofa selain meja kerja karena ruangan ini memang cukup luas. Bingung dan tidak ada orang yang bisa ditanya, akhirnya Elea memutuskan untuk menunggu di sofa itu. Duduk diam dengan mata terus tertuju ke arah pintu. Jaga-jaga kalau Manager HRD yang akan menginterview dirinya datang. Ia sudah mengatur ancang-ancang untuk segera memberi salam agar tidak dikira orang asing yang masuk sembarangan. Lima belas menit menunggu, akhirnya terdengar langkah sepatu pantofel mendekat. Suara daun pintu terbuka. Elea sigap berdiri membungkukkan badan memberi salam. “Selamat pagi Bu,” Wanita yang disapa kaget dan memandang Elea dengan heran. “Kamu siapa?” tanyanya. “Saya Elea Noorin Bu, yang melamar di kantor ini untuk mengisi posisi admin HRD.” Bibir Elea bergetar karena gugup. “Oh, bagus kamu jam segini sudah datang. Kamu lulusan Manajemen SDM kan? Saya gak mau ribet susah dan panjang lebar, kita langsung kerja aja. Tunggu di sini dulu. lima menit lagi masuk ke ruangan saya untuk saya jelaskan apa saja yang menjadi tanggung jawab kamu nantinya.” Mata Elea melebar nyaris tidak percaya. Ternyata ia langsung diterima tanpa tes macam-macam. Dalam hatinya langsung mengucap syukur. Ingin bersorak kegirangan tapi ia tahan. “Baik bu,” ucapnya lalu kembali duduk. Sesuai perintah tadi, setelah lima menit berlalu Elea dipanggil masuk ke ruang Manager HRD. Ia duduk dan bersiap dengan buku catatan miliknya yang ia siapkan dari rumah. Hampir tiga jam ia hanya mengangguk dan mencatat semua yang dijelaskan oleh Manager HRD. Saat jam makan siang hampir tiba, Elea akhirnya diperbolehkan pulang. Ia baru diperintahkan mulai bekerja besok pagi. “Jangan terlambat. Pertahankan budaya berangkat pagi. Jangan waktu interview saja on time nya ya, giliran sudah jadi karyawan tetap semaunya.” Bu Manager HRD memberi pesan sebelum Elea pulang. Elea mengangguk tanda paham dan segera pamit keluar dari ruangan itu. Ia berjalan menyusuri lorong dengan langkah yang sedikit dipercepat. Sebentar lagi jam makan siang. Artinya banyak orang yang akan menggunakan lift. Elea tidak mau bertemu orang-orang berwajah angkuh seperti tadi pagi lagi. “Woi!” Seseorang menepuk bahu Elea dari belakang saat ia menunggu pintu lift terbuka. “Cie, dari ekspresi wajahnya sih kelihatannya kabar baik nih, diterima kan?” Ternyata Safira membuntuti Elea saat melihat Elea keluar dari ruang HRD. “Hehe, iya,” Elea masih canggung dan malu-malu. “Yess! Akhirnya aku punya teman ngerumpi baru,” Safira bersorak kegirangan. Elea yang ada di hadapannya hanya terdiam bingung. ‘Padahal baru kenal tadi pagi kenapa sikapnya begitu sok akrab begini?’ batin Elea. “Nah, besok mulai masuk kerja ‘kan? Besok pulang kantor aku traktir kamu nonton di bioskop, ok!” Elea garuk-garuk kepala heran. Ternyata di kota besar ada orang yang aneh seperti ini. baru kenal langsung sok akrab dan mau mentraktir. Sementara yang lain, bertemu saja pura-pura tidak melihat. “Udah, gak usah bingung. Sana pulang, besok wajib jadi teman ngerumpi aku, ok!” Elea hanya bisa nyengir sambil berlalu masuk ke dalam lift. Di dalam lift ia geleng-geleng. Sepertinya dunia barunya di kantor ini akan lebih penuh warna sekaligus penuh tantangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD