Tak terasa, waktu sudah berlalu beberapa lama, Bevrlyne sudah berada di tempatnya sudah cukup lama menikmati waktu tenangnya. Meski ia bisa melihat keadaan di luar, tetap saka rasa nyaman karena ia sakit tidak bisa dimungkiri. Meski begitu, ia masih senang karena bisa menikmati waktu tenangnya yang bisa dikatakan sangat membosankan sampai beberapa detik kemudian ada ketukan pintu dari bawah sana.
Karena suara itu, ketenangan Bevrlyne langsung buyar seketika. Ia menoleh ke arah pintu kamar itu meski tahu bahwa yang diketuk adalah pintu yang ada di bawah.
“Bev! Kau masih di rumah?!” seru seseorang yang menjadi pelaku dari ketukan pintu itu. Bevrlyne kenal bahwa itu adalah suara milik Erina, ia senang mendengar bahwa gadis itu benar-benar datang untuk menjenguknya.
“Aku datang untukmu!” terdengar seruan lagi.
“Masuk saja, pintunya tidak dikunci!” sahut Bevrlyne tanpa repot-repot untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis itu. Bevrlyne tentu harus agak keras berbicara karena suara dari lantai atas ke lantai bawah tidak terlalu keras terdengar meski rumah yang menjadi tempatnya bernaung hanya sebatas rumah minimalis.
“Aku tahu, aku sudah di dalam!” balas Erina yang suaranya sudah sedikit lebih dekat dan lebih jelas dari sebelumnya. Bevrlyne tak repot-repot untuk membalas lagi, ia hanya memutar kepala untuk kembali memfokuskan perhatiannya ke luar jendela.
Tak lama setelah Erina berbicara, terdengar suara langkah kakinya yang menaiki tangga menuju kamar ini, Bevrlyne sendiri sudah kembali mengalihkan perhatiannya menuju halaman belakang.
Tak berselang lama, pintu kamar terbuka, Erina melangkah masuk.
“Jika aku tidak salah, ini adalah kamar Velgard, bukan? Atau aku yang salah ingat.” Erina berbicara sambil menutup pintu. “Soalnya saat kunjungan terakhirku, aku masuk kamar sebelah, bukan yang ini.” Setelah pintu tertutup, ia berbalik badan untuk menghadap ke arah Bevrlyne berada.
“Oh, dan kenapa ada dua ranjang di sini?” tanyanya sambil menunjuk ke arah dua ranjang yang saling bersebelahan, saat ia masuk, pasang matanya memang tidak tertuju pada keadaan kamar sehingga ia baru melihat dua ranjang itu setelah selesai menutup pintu.
“Itu milikku dan yang satunya milik Velgard. Dan ya, kau tidak salah tempat karena aku memang sekarang tidur di sini.” Bevrlyne langsung menjawab kedua pertanyaan Erina sekaligus.
“Kalian tidur satu kamar? Ow, sempit sekali kamar ini.” Erina melangkah mendekat sambil mengamati keadaan sekitar kamar itu.
“Aku mengalami gangguan tidur, Velgard sedikit membantuku dengan keberadaannya.” Bevrlyne mengutarakan alasan mengapa mereka bisa berbagi kamar yang sama.
“Oh, aku baru tahu kau mengalami itu, pantas saja akhir-akhir ini ada perubahan padamu.” Erina membalas setelah selesai memandang sekitar, ia kembali fokus tertuju pada Bevrlyne lalu segera menaruh barang bawaannya di atas meja belajar di mana di atas sana masih terdapat beberapa ruang untuk menyimpan barang.
“Benarkah? Separah itukah?” balas Bevrlyne yang bertanya. Ia tak menyangka bahwa perubahan yang dirinya alami bisa terlihat begitu jelasnya oleh orang lain, padahal dirinya sudah sebisa mungkin menyembunyikan itu semua dengan bersikap seperti biasa.
“Ya.” Erina mengangguk. “Omong-omong, sudah berapa lama kau mengungsi?” tanyanya merasa agak penasaran, pertanyaannya memang terdengar bukan hanya sekadar basa-basi saja.
“Sekitar satu bulan yang lalu. Masalah tidurku juga mulai teratasi setelah berada di sini.” Bevrlyne menjawab. “Bukan berarti kamarku ada hantunya, pembawa s**l, punya suasana horor atau semacamnya, aku hanya merasa jauh lebih baik ketika ada saudaraku di dekatku, itu saja. Kau tahu hubungan saudara kembar itu agak berbeda dengan hubungan saudara biasa.”
“Begitu rupanya. Aku tahu soal itu, saudara kembar biasanya jauh lebih dekat,” ujar Erina menanggapi. Ia sendiri langsung duduk di atas meja belajar sambil memperhatikan apa-apa saja yang ada di sana.
“Omong-omong, Terima kasih sudah datang sungguhan. Kupikir kau hanya bercanda saat mengatakan akan menjengukku.” Bevrlyne langsung mengganti topik, ia tersenyum saat mengatakan itu, sama sekali tidak menyembunyikan rasa senangnya karena ada seseorang yang datang untuk menjenguknya.
“Jangan mengatakan itu, mendengarnya saja aku jadi merasa seperti orang jahat.” Erina menegur dengan cemberut. “Untung saja hari ini aku tidak banyak kelas. Aku segera datang saat tahu kalau kecelakaan kemarin membuatmu sampai sakit.”
Membuatnya sampai sakit? Apa mungkin dirinya yang menghajar beberapa murid, merusak toilet dan hampir membunuh Helena malah menyebabkan dirinya sakit? Bevrlyne agak bingung dengan perkataan yang Erina lontarkan. Ia sakit bukan disebabkan oleh kejadian kemarin, tapi oleh sesuatu yang lain.
Maka dari itu, Bevrlyne menggelengkan kepala lalu segera mengklarifikasi. “Sebenarnya aku sakit bukan gara-gara kemarin. Lagi pula ini hanya demam.”
Kini Erina yang tampak heran saat mendengarnya.
“Demam? Itu jadi tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi kemarin.” Ia berbicara. Setelahnya, Erina kemudian memperhatikan kondisi Bevrlyne yang memang dilihat dari sisi mana pun tampak tak memiliki cedera bekas kejadian kemarin, wajahnya pucat dan ia tampak lemas, ini benar-benar gejala dari demam.
Setelah tahu itu, Erina tak mau ambil pusing mengapa dan alasan dari apa yang menyebabkan Bevrlyne bisa sakit. Ia hanya merasa lega bahwa Bevrlyne tidak mengalami cedera parah.
“Yang terpenting aku lega karena kau tidak mendapat cedera apa-apa gara-gara terjatuh di toilet.” Akhirnya ia mengatakan kelegaannya serta mengatakan apa yang ada di dalam ingatannya. Di sini Bevrlyne kembali dibuat terkejut atas perkataan Erina.
“Terjatuh di toilet? Aku?” tanyanya lalu ia menunjuk dirinya sendiri. Erina mengangguk sebagai balasan.
“Sejak kapan aku terjatuh di dalam toilet? Apa maksudnya ini?” tanya Bevrlyne dalam benaknya ia masih belum menangkap keanehan yang terjadi.
“Kau tak mengingatnya?” balas Erina yang langsung bertanya saat melihat ekspresi Bevrlyne yang tampak kebingungan dengan apa yang dirinya katakan.
“Mengingat apa?” ucap Bevrlyne yang malah balas bertanya dengan masih menampilkan ekspresi yang masih sama seperti sebelumnya.
Menanggapi itu, Erina menarik napas pelan lalu berasumsi bahwa Bevrlyne tidak tahu apa-apa. Ia bertolak pinggang lalu berdiri.
“Huh, sepertinya kau tidak mengingat yang kemarin terjadi.” Itulah yang diasumsikan oleh Erina saat melihat tanggapan yang Bevrlyne berikan saat ini.
“Apa yang terjadi memangnya?” Bevrlyne kembali bertanya, kali ini ia menjadi penasaran. Pasalnya, ia merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda atau mungkin berubah di sini. Sesuatu yang harus dirinya ketahui.
“Begini, kemarin ketika aku keluar dari kelasku, aku mendapat berita bahwa kau mendapat masalah di kelasmu. Lalu setelah kau meninggalkan kelas kau langsung mengalami kecelakaan, kau terjatuh di dalam toilet wanita sampai pingsan. Apa saudaramu tidak menceritakannya? Padahal kemarin dia yang membawamu pergi.” Erina menuturkan apa-apa saja yang terjadi menurut ingatannya. Tentu saja itu bukan cerita yang sebenarnya.
“Aku tahu dia yang membawaku, tapi kupikir yang di toilet itu bukan jatuh.” Bevrlyne menggeleng menyangkal perkataan Erina karena ia memang tak merasa mengalami kejadian itu.
“Semua orang melihatnya, bahkan Helena. Kau berdarah waktu itu, maka dari itu aku sangat khawatir ketika pagi ini kau tidak terlihat, kupikir cederamu jauh lebih parah dari yang terlihat.”
Ketika mendengar ini, Bevrlyne barulah sadar bahwa orang-orang yang kemarin melihat apa yang dirinya perbuat di dalam toilet, mereka bukan hanya dihilangkan ingatannya, tapi mereka juga diberi ingatan palsu yang mana ingatan itulah yang saat ini Erina percaya.
“Aku sangat lega karena alasan kau tidak sekolah adalah karena mengalami demam.” Erina lanjut berbicara. Sementara Bevrlyne yang menyadari semuanya di mana memang ada campur tangan orang lain, ia tak bisa mengatakan apa-apa untuk membalas.
“Ah, ya.”
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Erina yang kembali duduk di ujung ranjang. Kali ini ia menanyakan keadaan Bevrlyne.
“Masih belum terasa baik, aku masih sakit di sana sini.” Bevrlyne menjawab agak lemah.
“Dan kau tidak berada di atas ranjangmu?” tanya Erina yang merupakan bahasa lain. Secara tak langsung sebenarnya ia bertanya mengapa Bevrlyne yang saat ini merasa keadaannya belum membaik malah duduk-duduk di depan jendela, padahal seharusnya gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang karena itu lebih baik untuk dilakukan seseorang yang sedang sakit.
“Aku bosan terus merebahkan badan, lagi pula kepala dan punggungku sakit.” Bevrlyne berucap sambil cemberut. Ia memberi alasan mengapa dirinya tidak mau berada di atas ranjang.
“Huh, dasar. Omong-omong aku membawakan buah-buahan untukmu.” Erina segera menunjuk ke arah barang bawaan yang sebelumnya ia taruh di atas meja belajar. Ia baru membahas hal itu setelah beberapa lama mereka mengobrol.
“Padahal aku hanya demam saja, tidak sampai seperti ini.” Bevrlyne tampak keberatan karena rasanya terlalu istimewa Erina membawakannya sesuatu.
“Sudahlah, aku sudah telanjur membawanya, jangan ditolak.” Erina kemudian berbalik lalu berjalan menuju meja belajar.
“Aku tidak akan menolak niat baik darimu. Terima kasih banyak.”
“Tak perlu dilebihkan, ini hanya buah-buahan.”
Erina mengambil sebutir anggur lalu memakannya, setelahnya ia mengambil apel lalu ia duduk di atas meja.
“Oh iya, apa kau bisa menceritakan tentang apa yang terjadi padaku kemarin?” tanya Bevrlyne yang meminta cerita lebih rinci. Bevrlyne meminta ini sengaja karena ia ingin mengetahui sejauh mana cerita yang telah diubah.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kau bisa sampai terjatuh lalu kepalamu berdarah? Aku tak mengerti dengan apa yang sedang kau perbuat sampai bisa berakhir seperti itu.”
Bevrlyne hanya tersenyum. “Aku juga tak tahu dengan apa yang kulakukan, semua terjadi begitu saja dan berakhir tak tahu apa-apa.”
“Aneh, kupikir kau marah karena dikeluarkan dari kelasmu lalu marah-marah tak jelas sampai jatuh.”
“Itu terdengar konyol.” Bevrlyne membalas tak setuju.
“Memang.”
“Dan kau tak mau bercerita? Jujur saja aku benar-benar tidak ingat dengan apa yang terjadi padaku.” Bevrlyne terdengar menuntut meminta Erina untuk menjelaskan semuanya lebih lengkap lagi.
Karena permintaan itu, Erina tidak punya pilihan selain berbicara.
“Singkatnya seperti ini, kau pergi ke toilet dalam waktu lama setelah diusir, lalu setelahnya ketika kelas usai ada seseorang yang melaporkan kalau kau pingsan di toilet. Saat aku tiba di sana, sudah banyak orang. Aku sendiri melihat di dalam toilet ada kau yang tergeletak di lantai, bersama dengan Helena dan teman-temannya yang tampak syok.” Erina mempersingkat ceritanya, sebenarnya ini hanya mengulang kata-katanya saja yang tadi.
“Ada mereka juga?”
“Ya. Tentu saja aku tahu kalau dia sering mengganggumu, aku sudah menyangka bahwa apa yang terjadi padamu adalah ulah mereka. Tapi meski sudah dipaksa sekalipun, mereka tetap mengatakan bahwa kau yang pingsan bukanlah mereka penyebabnya. Mereka tidak melakukan perbuatan itu.” Erina menjeda sesaat sebelum kemudian ia lanjut berbicara. “Aku sendiri percaya, soalnya Helena tidak pernah benar-benar menyakiti tubuhmu, hanya melakukan beberapa keonaran dan kenakalan saja.”
Bevrlyne sendiri setuju dengan apa yang Erina katakan, Helena hanya menyebalkan saja, perempuan itu tidak pernah benar-benar menyakitinya secara fisik. Hanya menghina, mempermalukan dan melakukan lelucon yang keterlaluan padanya.
“Ya, memang dia seperti itu.”
“Helena mengaku kalau mereka hendak memberi perhitungan padamu, tapi yang mereka dapati adalah kau yang sudah tak sadarkan diri.”
“Begitu rupanya.”
“Ya, setelah itu tak lama kemudian Velgard datang lalu sedikit marah-marah karena terjadi salah paham. Setelah dijelaskan, ia tak mengatakan apa-apa lagi selain langsung pergi dari sana membawamu entah ke mana.”
“Jadi itu yang aku alami kemarin.”
“Ya, maka dari itu kupikir kau mengalami cedera parah karena lukamu.” Erina kembali mengulang kalimatnya.
“Itu tidak memberiku luka apa-apa, bahkan kepalaku sudah sembuh.” Bevrlyne menyahut sambil memperlihatkan keningnya, ia sendiri tak tahu bagian kepala mana yang terluka apabila mengikuti alur cerita yang ada di dalam kepala Erina.
“Yah, itu membuatku terkejut, kupikir aku akan melihatmu dengan kepala dan tubuh lainnya yang diperban, ternyata yang kulihat kau baik-baik saja, selain pucat dan berkeringat.”
“Kau tahu, aku merasa ini demam paling parah yang kualami.” Bevrlyne langsung mengalihkan topik percakapan, ia tidak ingin apabila Erina membahas lebih, ia malah harus terpaksa berbohong untuk menanggapinya.
“Begitukah? Omong-omong kompresnya masih dingin kah?” tanya Erina yang segera berjalan mendekati Bevrlyne.
Bevrlyne langsung memeriksa kompres yang menempel pada keningnya. Setelah itu ia kemudian menjawab sambil menggeleng. “Kupikir tidak.”
“Kalau begitu kemarilah, aku akan membantu menggantinya.” Erina sudah membawa kompres baru, Bevrlyne yang ditawari itu tidak e menolak.
“Kau tahu, setelah berita yang menimpamu menyebar luas, tak lama setelah itu kita mendapat kabar besar yang membuat sebagian besar murid sangat kecewa.” Erina kembali membahas topik baru. Ia berbicara sambil mengganti kompres pada kening Bevrlyne.
“Apa itu tentang pertandingan football yang dibatalkan?” tebak Bevrlyne yang tentunya sudah tahu akan masalah ini.
“Ya. Kau sudah tahu rupanya.”
“Velgard memberi tahu aku setelah dia selesai mengerjakan tugas tambahan yang diberikan oleh penyihir itu.” Bevrlyne membalas memberitahu alasan ia bisa tahu masalah itu.
“Ah, benar juga, aku dengar dia mendapatkan hukuman itu. Cerdas juga otaknya karena bisa menyelesaikan tugas hukuman itu.” Erina jelas memuji kecerdasan Velgard. Semua murid tahu bahwa hukuman yang diberikan Sarah Jordan selalu tidak tanggung-tanggung.
“Begitulah dia.”
“Oh iya, apa kau sudah tahu alasan kenapa pertandingan dibatalkan?” Erina kembali membahas topik mengenai masalah football yang pertandingannya dibatalkan.
“Aku mendapat kabar dari Jace Miller kalau anak-anak Easterwood mengalami kecelakaan.”
“Nah, yang kudengar juga seperti itu.”
Setelahnya, mereka mulai terlarut dalam obrolan panjang sehingga sisa waktu yang Bevrlyne lalui benar-benar tidak membosankan karena kedatangan Erina. Bahkan setelah selesai membahas mengenai kecelakaan tim sekolah Easterwod, Erina tidak kehabisan topik sehingga mereka terus mengobrol untuk waktu yang lama.
***
Velgard pulang sekolah lebih awal, meski Jace mengajaknya untuk melakukan pertemuan rahasia antar lelaki untuk membahas perkembangan dari kegiatan halloween yang akan berlangsung beberapa minggu lagi, Velgard memutuskan untuk izin tidak bergabung lalu segera pulang untuk melihat keadaan Bevrlyne.
Ketika sudah tiba di dalam rumah, ia tak menyangka bahwa sudah ada tamu yang menjenguk Bevrlyne. Velgard tahu bahwa Bevrlyne tidak memiliki banyak teman yang memungkinkan ada seseorang yang akan menjenguknya.
“Oh, aku tak tahu ada tamu.” Itulah yang dirinya katakan saat mendapati adanya Erina di dalam kamar itu. Bevrlyne dan Erina segera memutar badan memandang ke arahnya.
“Hai.” Erina menyapa sambil tersenyum.
“Kau sudah pulang,” ucap Bevrlyne.
“Aku sengaja buru-buru pulang untuk memberimu makan.” Velgard langsung mengutarakan alasan mengapa ia pulang masih agak siang. Sebenarnya, apabila tidak ada tugas, ketika kelas usai lebih awal, maka Velgard akan sengaja bermain terlebih dulu bersama dua sahabat karibnya itu.
“Perhatiannya.” Bevrlyne pura-pura teranjung membuat Velgard tak nyaman.
“Diamlah.” Ia menyergah. “Aku akan membawa makanan untukmu.” Velgard segera berbalik hendak turun menuju dapur.
“Itu tidak perlu, sebenarnya.” Bevrlyne berucap membuat Velgard menghentikan langkahnya, ia menoleh memandang Bevrlyne.
“Hm?”
“Aku sudah makan, bahkan sudah makan obatnya.” Bevrlyne segera menjawab pertanyaan yang tidak diajukan sama sekali. Ia tahu maksud dari ekspresi Velgard saat ini.
“Oh, kupikir kau akan menolak seperti tadi pagi.” Velgard melontarkan ejekan sambil berbalik badan sehingga ia sekarang bertatapan langsung dengan Bevrlyne dan Erina.
Mendapat ejekan itu, Bevrlyne tak terima, apalagi pagi ini Velgard sama sekali tidak bersamanya. “Apa? Jangan sok tahu, mom yang memberiku makan, bukan kau.”
“Tapi suara rengekanmu terdengar sampai bawah. Makanya aku tahu.” Velgard menekankan.
“Aku tidak merengek.” Bevrlyne tetap menyangkal. Erina sendiri menjadi penonton perdebatan keduanya.
“Oh, lalu apa yang kau teriakan tadi pagi kalau bukan rengekan manja pada mom?”
“Jangan meledekku, aku tidak seperti itu.
“Terserahlah, yang penting bagus kau sudah makan.” Setelah itu Velgard berbalik badan kemudian meninggalkan kamar setelah mengatakan itu. Ia tak mengatakan hal lebih. Sementara kedua gadis itu memandang kepergiannya.
Ketika Velgard sudah menutup pintu lalu berjalan meninggalkan tempat, Erina dan Bevrlyne tersenyum sampai terkikik pelan menggapai tingkah Velgard.
“Sepertinya dia cukup perhatian pada adiknya.” Erina berucap memberi tanggapan atas perilaku Velgard sebelumnya. Ia beralih menoleh memandang Bevrlyne.
Bevrlyne mengangguk mengiyakan. “Kadang-kadang dia bersikap baik, kadang-kadang juga menyebalkan.”
“Nah, karena Velgard sudah pulang dan aku rasa aku sudah terlalu lama di sini, maka aku akan pulang saja.” Karena merasa sudah cukup lama berada di sana, Erina segera berpamitan untuk pulang.
“Sudah mau pulang saja? Kupikir kau akan di sini sampai malam.”
“Tidak, aku ada beberapa urusan yang harus kulakukan juga.”
“Oh oke. Terima kasih banyak atas waktunya.” Bevrlyne yang memaklumi membiarkan Erina pergi.
“Cepatlah sembuh.” Erina mengatakan itu sebagai kata-kata terakhirnya sebelum kemudian ia memeluk Bevrlyne. Setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan ruangan itu.
Beberapa menit setelah kepergian Erina dari rumah, tak lama kemudian Velgard kembali, ia membuka pintu lalu masuk. Tampak pada tangan kirinya ia membawa makanan ringan yang sedang dirinya makan, ia sendiri masih mengunyah ketika berjalan menuju ranjangnya berada.
“Aku tak menyangka kau benar-benar ada yang menjenguk.” Velgard berkomentar agak mengejek.
“Dia perempuan baik.” Bevrlyne membalas dengan nada acuh tak acuh, sama sekali tak memedulikan ejekan dan arti dari kata-kata yang Velgard keluarkan.
Karena adiknya tidak terprovokasi dengan perkataannya, Velgard merasa bosan dan ia tidak melanjutkan, sebagai gantinya ia mengganti topik percakapan lain.
“Jadi, sepanjang hari kalian mengobrol?” tanyanya sambil duduk di lantai.
“Tidak selama itu.” Bevrlyne menggeleng. “Tapi ya, mungkin sekitar satu jam lebih. Dia teman terbaik untuk mengobrol.”
“Tapi dia sudah mengatakan semuanya yang terjadi di sekolah bukan?” ujar Velgard yang sepertinya sudah menebak bahwa Erina datang untuk membahas apa yang terjadi pada Bevrlyne.
“Ya.”
“Maksudku termasuk tentang dirimu.” Bevrlyne membuat ucapannya lebih spesifik.
“Ya, dia juga menceritakan itu.” Bevrlyne kembali mengiyakan. Mendengar itu, maka Velgard lega karena ia tidak perlu menceritakan ulang mengenai kejadian yang terjadi hari ini di sekolah, suatu kejadian yang mana ia baru tahu bahwa orang-orang yang sebelumnya dikira hanya kehilangan ingatan mengenai kejadian di toilet, mereka ternyata memiliki ingatan lain yang sudah ditanamkan oleh seseorang.
“Jadi, kau juga sepemikiran denganku? Tentang ingatan itu.” Velgard meminta pendapat atau meminta klarifikasi mengenai perkiraan Bevrlyne.
“Jika kau berpikir bahwa bukan kekuatan kita yang membuat semua orang hilang ingatan, tapi ada seseorang yang merupakan pengguna kekuatan lain di sekolah yang menjadi pelaku dari semua itu, lalu orang itu membuat ingatan baru pada orang-orang. Maka aku akan menjawab ‘ya’. Rasanya aku tak bisa percaya karena ternyata lebih dari satu pengguna kekuatan lain selain kita yang ada di kota ini.” Bevrlyne berbicara cukup panjang yang mana ini memang adalah yang Velgard pikirkan juga.
“Kau benar.” Velgard membalas sambil tersenyum.
“Dan yang kali ini juga sama sekali tak memiliki petunjuk, bukan?” balas Bevrlyne yang lanjut membahas mengenai pengguna kekuatan yang baru saja mereka ketahui. Pengguna yang sama misteriusnya dengan murid yang sekolah di Easterwod High School.
“Ya. Tapi aku memiliki firasat bahwa pengguna kekuatan di sekolah akan datang pada kita lalu membongkar identitasnya tanpa harus kita cari.”
“Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanya Bevrlyne agak tak nyaman mendengarnya.
“Aku sudah memikirkan sepanjang hari ini, lalu aku mengambil kesimpulan bahwa pengguna kekuatan yang satu ini telah melindungi rahasia kita dengan mengubah ingatan semua orang bahkan memperbaiki kerusakan yang kau perbuat.” Velgard memaparkan apa-apa saja yang selama ini dirinya pikirkan sehingga menghasilkan kesimpulan seperti itu.
“Melindungi kita?” ulang Bevrlyne.
“Ya.” Velgard mengangguk. “Kau tahu kenapa dia melakukan itu?” tanyanya, Bevrlyne menggeleng tak tahu.
“Karena aku yakin bahwa dia kenal pada kita, dan tak lama lagi dia akan menemui kita. Alasannya adalah untuk membuat pengguna kekuatan bisa tetap rahasia, tetap tak diketahui oleh semua manusia yang ada di dunia ini.”
Atas perkataan itu, setidaknya ada satu perbedaan yang mereka dapatkan dari pengguna kekuatan anak Easterwod high school, yang satu ini mereka tidak perlu mencarinya, karena pengguna kekuatan yang di sini pasti akan menemui mereka cepat atau lambat.
Apabila orang ini merupakan pengguna kekuatan yang sama seperti Bevrlyne dan Velgard, maka orang ini juga seharusnya tahu bahwa apa yang Bevrlyne alami adalah berasal dari kekuatan yang tidak terkendali, kekuatan yang mengamuk liar. Pengguna kekuatan yang ini seharusnya sudah tahu bahwa Bevrlyne dan Velgard memerlukan bantuan darinya sebelum hal buruk tanpa sengaja terjadi.
***