Demam, meski kata itu terdengar seperti penyakit yang ringan dan bisa dianggap biasa saja, bahkan terlalu banyak orang yang menganggap sepele mengenai penyakit yang satu ini. Sudah jelas, pemikiran hal itu benar-benar keliru, efek buruk dari demam ini jangan dianggap remeh, seseorang yang mengalami demam bisa sampai berakhir dengan kehilangan nyawa.
Bevrlyne yang ditinggalkan sendirian di rumah merasa amat tak nyaman dengan kondisinya. Ia tidak membuang kompres yang Caitlin pasangkan lagi pada keningnya. Beberapa waktu sebelumnya ketika Caitlin hendak membawanya ke rumah sakit, Bevrlyne menolak keras sehingga ia mau tidak mau harus menurut ketika ibunya memutuskan memberi perawatan di rumah.
Caitlin juga sempat menyuapinya makan pagi tadi, meski tidak banyak, tapi ada yang masuk ke dalam perutnya. Setelah memberinya obat, maka Caitlin akhirnya berangkat bekerja. Tentu saja ia terlambat lebih dari setengah jam ketika dirinya tiba di sekolah.
Saat ini, Bevrlyne merasa panas dingin dalam waktu yang sama, tubuhnya terasa linu dan sangat tak nyaman, entah berguling ke kiri, berguling ke kanan, terlentang atau bahkan tengkurap. Kepalanya sendiri terus berdenyut, ia benar-benar merasa sakit dan pusing dalam waktu bersamaan ketika kepalanya digerakkan.
Demam yang dirinya alami tidaklah ringan sehingga rasa tidak nyamannya juga tidaklah sepele. Ia bahkan tidak bisa beranjak dari tempat tidurnya dikarenakan kepalanya dan sekujur tubuhnya terus menyiksa.
“Ya ampun, kenapa bisa aku langsung demam hanya karena serangan itu?” gumamnya pelan. Ketika ia membahas hal ini, ingatannya segera kembali berputar pada kejadian malam atau dini hari itu, kejadian di mana ia dan Velgard tiba-tiba diselimuti oleh cahaya terang lalu tak lama kemudian mereka sudah berada di tempat lain, tempat asing yang memiliki pemandangan yang begitu indah dan sangat mengagumkan.
Bevrlyne hanya menemukan pemandangan kota yang seluar biasa itu hanya di dalam film saja. Soalnya, selain di dalam film, tak ada tempat di dunia ini yang memiliki pemandangan yang sedikitnya mirip dengan kota yang ia lihat. Terlebih di sana terdapat seekor monster besar yang terbang di langit.
Bevrlyne merasa agak takut dengan wujud monster itu, tapi untuk sekarang, ia masih berusaha mencerna mengenai kejadian yang dirinya bersama saudaranya alami waktu itu.
“Lagi pula, bukankah kita hanya melihat visi? Kenapa bisa serangan yang kudapatkan begitu nyata rasanya.” Ia mengeluh pelan. Ia juga kembali mengingat dengan rasa sakit yang dirinya terima ketika monster itu berhasil menyerang tubuhnya.
Tentu saja, hanya dengan melihat wujud monster yang telah menyerangnya, Bevrlyne bisa mengasumsikan bahwa kota yang ia dan saudaranya lihat merupakan bagian lain dari planet bumi. Maksudnya, keberadaan tempat itu tidak berada di planet bumi, kota itu berada di suatu tempat lain, entah dimensi lain, atau di sebuah planet lain yang tidak diketahui keberadaannya oleh manusia.
“Ini buruk, padahal aku harus mencari tahu mengenai pengguna kekuatan lainnya. Bagaimana bisa aku malah berakhir sakit seperti ini.” Bevrlyne lagi-lagi mengeluh ketika demam yang dideritanya terasa menghambat banyak hal. Yang sekarang ia pikirkan berlaih mengarah pada kejadian ketika kemarin di mana Velgard memperlihatkan kejadian kecelakaan bus sekolah yang ditumpangi oleh murid-murid dari Easterwod high school.
Bevrlyne tahu bahwa ada pengguna kekuatan yang melakukan keajaiban itu sehingga semua murid bisa selamat dari kecelakaan parah itu. Ia dan Velgard harus mencari tahu mengenai identitas pengguna kekuatan itu, mereka benar-benar memerlukan bantuan dari pengguna kekuatan lain sebelum kekuatan yang mereka miliki saat ini muncul lebih kuat lagi.
Apabila kekuatan yang muncul lebih kuat dari yang terakhir, maka kenungkinan besar ia dan Velgard bukan hanya mengekspos tentang kekuatan mereka, tapi juga mereka akan melukai orang-orang di sekitar, tidak mustahil juga bahwa akan ada yang meninggal akibat kekuatan itu.
Bevrlyne sangat sadar bahwa kekuatan yang ada di dalam tubuhnya begitu liar, ia harus menjinakkannya agar sesuatu yang tidak diharapkan bisa dihindari untuk terjadi. Tidak, ia tidak ingin tangannya dilimuri darah dengan hasil merenggut kehidupan seseorang, itu adalah perbuatan salah dilihat dari sisi mana pun.
Ketika dalam pemikiran buruk atas kemunculan kekuatannya yang tak pernah terkendali, suara ponsel miliknya segera membuyarkan lamunan tersebut. Bevrlyne langsung kembali pada dunia nyata saat mendengar suara dering ponsel yang memberi tahu ada pesan yang masuk.
Maka Bevrlyne langsung meraih ponselnya lalu melihat bahwa yang mengirim pesan adalan Erina. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Erina adalah salah satu dari segelintir orang yang memiliki hubungan baik dengan Bevrlyne. Wajar apabila Erina mengirim pesan padanya, terlebih setelah tahu bahwa hari ini ketika Bevrlyne tidak masuk sekolah, pastilah ia akan menanyakan keadaan Bevrlyne.
Di dalam teks pesan yang diterima oleh Bevrlyne berisi kata-kata yang cukup panjang, intinya adalah Erina menanyakan apakah Bevrlyne baik-baik saja, ia sedikit khawatir karena tidak melihat adanya Bevrlyne di sekolah, ia malas apabila harus bertanya langsung pada Velgard yang keberadaannya susah dicari.
Bevrlyne langsung membalas bahwa ia baik-baik saja, hanya sedikit tidak enak badan sehingga ia lebih memilih beristirahat di rumah untuk satu atau dua hari lamanya. Di sini Bevrlyne masih belum tahu bahwa cerita yang terjadi kemarin sudah berubah entah disebabkan oleh apa dan oleh siapa.
Ketika mendapat balasan itu, Erina membalas bahwa dirinya akan menjenguk setelah pulang sekolah nanti. Bevrlyne tentu langsung memperbolehkannya. Percakapan melalui tulisan digital itu segera berakhir tidak lama setelah mereka berbasa-basi sedikit lagi.
Setelah selesai bertukar pesan, Bevrlyne menaruh ponselnya di atas bantal lalu berusaha untuk bangkit dari posisi tidurannya. Pertama ia mengubah posisi tubuhnya menjadi menyamping, lalu menggunakan kedua tangannya untuk mendorong tubuh agar terangkat.
Bevrlyne segera beranjak duduk, meski kepalanya serasa dipukul keras membuatnya merasa sakit dan pusing sampai terasa seperti diputar-putar sangat kencang, ia memaksakan diri.
Sudah beberapa jam ia berada di atas ranjangnya, saat ini jelas waktu sudah menunjukan lewat tengah hari. Sebenarnya tidak ada alasan khusus bagi Bevrlyne untuk beranjak dari ranjangnya, ia tidak merasakan lapar, tidak juga merasa ingin membuang beban di toilet.
Meski begitu, ia merasa amat bosan karena sudah beberapa jam harua merebahkan tubuhnya di sana. Tempat tidurnya memang empuk dan nyaman untuk digunakan, tapi ketika berada dalam keadaan seperti ini, Bevrlyne merasa bahwa kepala dan punggungnya akan terasa sangat sakit apabila ia lebih lama lagi tiduran di atas ranjangnya.
“Aku tidak suka keadaan seperti ini,” gumamnya kesal. Dengan bantuan meraba-raba ranjang, lalu berjalan secara hati-hati, ia akhirnya bisa menyentuh kursi tempatnya belajar, kursi yang dilengkapi roda itu segera ia duduki.
“Bahkan hanya untuk duduk saja di sini memerlukan usaha keras, ya ampun, aku belum pernah mengalami demam yang separah ini sebelumnya.” Bevrlyne menggerutu tak senang.
Menggunakan kedua kakinya, ia membuat kursi meluncur menuju ke arah jendela, itulah yang menjadi tujuan awalnya. Bevrlyne ingin melihat pemandangan di luar rumah, suasana kamar benar-benar membuat dirinya bosan. Faktanya, meski Bevrlyne bukan gadis muda yang suka bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, ia juga bukanlah gadis muda rumahan yang lebih betah dan lebih memilih berdiam diri di rumah daripada bermain di luar. Maka dari itu, ketika sakit demam seperti ini, ia amat merasa bosan karena harus terkurung di dalam rumah sendirian.
Ketika sudah tiba di depan jendela dengan kaca yang sudah dibuka, ia sedikit menyungging senyum tatkala merasakan embusan udara yang nyaman, lalu matanya menangkap pemandangan halaman belakang yang begitu tenteram dan nyaman.
Halaman belakang sebenarnya tidak ditumbuhi apa-apa, hanya berupa lahan kosong yang ditumbuhi rerumputan saja, tidak lebih dari itu. Tapi entah mengapa hal seperti itu saja sudah membuat perasaan atau suasana hati Bevrlyne lebih baik.
“Huh, aku harap demamku akan segera hilang. Aku tidak punya banyak waktu untuk berdiam diri seperti ini ketika aku sudah tahu bahwa ada pengguna kekuatan lain selain aku dan Velgard.” Ia bergumam sendiri sambil memandang ke luar. Cahaya matahari yang tampak sudah terang dan terasa panas membuat pemandangan halaman belakang tampak lebih jelas.
Hari sudah siang dan bisa dikatakan ini adalah jam makan siang, bagi orang sakit yang tidak memiliki nafsu makan, Bevrlyne tak sedikit pun memikirkan mengenai makan siang atau perutnya yang dibiarkan kosong.
Ia benar-benar ingin secepatnya sembuh. Andaikan saja ada kekuatan yang muncul tiba-tiba yang mana itu membuat dirinya bisa sembuh dari demamnya seketika. Meski itu hanyalah suatu pemikiran yang ada di dalam kepala Bevrlyne, ia tetap berharap bahwa kekuatan yang muncul berikutnya adalah sesuatu yang sangat berguna seperti bisa menyembuhkan diri sendiri atau orang lain. Kekuatan yang bisa merusak tidak selalu tampak keren, pada saat tertentu kekuatan itu tampak mengerikan. Sebisa mungkin Bevrlyne tidak ingin melihat kekuatan yang bisa menghancurkan bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Ia hanya bisa berharap bahwa kejadian dirinya kemarin yang hampir membunuh Helena adalah kejadian buruk terakhir kali yang menimpanya. Ia benar-benar tidak ingin lepas kendali lagi lalu membunuh seseorang tanpa sebab.
Ia akan menyesal dan menyalahkan diri selama sisa hidupnya apabila itu sampai terjadi.