Kemarahan yang Tersulut

1080 Words
Jace memegang bola pada posisi snap, semua sudah siap pada posisi, ketika peluit berbunyi menandakan pertandingan dimulai, bola langsung dioper pada Velgard lagi. Teriakan penonton terdengar lagi. Velgard berhasil mendapatkan bola lalu mundur beberapa langkah, berusaha melihat penerima yang tadi dia targetkan. Kedua tim saling bertubrukan saling mendorong untuk menjatuhkan satu sama lain, mereka beradu kekuatan fisik, tidak semuanya beradu karena beberapa berhasil menyelinap. Velgard yang melihat hal itu segera mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang, ia segera melemparkan bola pada pemain yang bertugas menerima bola sebelum tim lawan menggagalkan aksinya. Bola berhasil melambung, salah satu anggota tim merah berhasil menangkap bola lalu berlari sekencang mungkin memasuki zona lawan. Sama halnya seperti yang Velgard lakukan, ia terus berlari menerobos pertahanan tim lawan. Sayangnya, pada saat itu dua orang berhasil menyergapnya sehingga ia terjatuh dengan dua tubuh pria menindihnya. Peluit segera berbunyi tanda Bola mati, kesempatan down gagal. Sorak dari para penonton Easterwod kali ini yang terdengar keras. Mereka yang saling mendorong sudah berhenti, pemain yang ditindih dua orang juga sudah berdiri lagi. Semua pemain kembali pada posisi masing-masing. “Bagaimana? Kesempatanmu tidak akan tersisa,” ucap Tom saat bertatapan dengan Jace. Hanya mereka saja yang belum pergi ke kelompok masing-masing. “Ini baru permulaan, kau jangan senang dulu hanya karena baru berhasil menggagalkan serangan.” Jace membalas optimis. “Kita lihat saja, siapa yang akan menang.” Setelah percakapan itu, mereka pergi pada kelompok masing-masing sambil menenteng helm pelindung. Jace menepuk pundak temannya yang sebelumnya ditindih, menanyakan keadaannya. Setelah dikonfirmasi baik-baik saja, maka Jace membahas strategi yang akan dilancarkan berikutnya, mereka mengubah formasi untuk melancarkan strategi sekarang. Jace menunjuk setiap orang untuk berganti posisi, tentu saja ia dan Velgard tetap pada tempat karena mereka sudah memiliki tugas, Edgar yang akan menjadi penerima bola, Jace juga sudah membahas mengenai rute pelarian dan pemain pendukung yang akan menerima operan bola apabila Edgar terdesak. Velgard memperhitungkan jarak antara dirinya dan Edgar, sepertinya itu jarak yang terlalu jauh, ia harus memusatkan kekuatan dan ketepatan agar bola bisa diterima atau ditangkap dengan baik. Jace juga sebelumnya menanyakan kesanggupan Velgard untuk melakukan lemparan jauh, Velgard tentu memgangguk karena ini memang sudah merupakan tugasnya. Setelah menyelesaikan penyusunan strategi, mereka kembali pada posisi masing-masing, mereka yang melepaskan helm pengaman segera mengenakannya. Semua sudah siap melanjutkan pertandingan. Seperti biasa, Jace akan memainkan bolanya terlebih dulu ketika orang-orang bersiap pada posisi snap, kali ini Jace melempar-lempar bola ke atas sambil bertatapan dengan Tom. “Sudah selesai me ngobrolnya?” tanya Tom sambil tersenyum menyeringai. “Kenapa kau bertanya? Penasaran dengan apa yang kita obrolkan?” balas Jace yang juga memasang ekspresi yang sama. “Tidak juga, aku yakin kalian hanya mengulur waktu, bukan membahas strategi.” “Kau akan menarik kata-katamu setelah ini.” Ketika kedua tim sudah siap, peluit tanda pertandingan dimulai segera berbunyi, Jace berseru keras sambil mengoper bola. Tim penyerang langsung terpisah. Edgar sudah berada pada posisi strategis yang susah dihalangi. Ketika Velgard mendapat bola, terjadi lagi seperti sebelumnya, beberapa orang berhasil menyelinap. Ada seorang dari pihak lawan yang menerobos, Velgard kenal jika itu adalah Mike, pria itu tersenyum ketika tidak ada yang menghadangnya untuk menerobos maju. Mike berlari menuju ke arahnya, tapi Velgard lebih memfokuskan untuk mencari penerima bola, pada detik berikutnya, ia melihat salah satu anggota timnya bebas dari musuh dan siap menerima bola. Melihat hal itu tanpa membuang waktu, Velgard mengambil ancang-ancang lalu melemparkan bola ke arahnya, Mike menghentikan langkahnya saat melihat bola yang dipegang itu langsung terbang. Bola dengan berbentuk oval itu melambung di udara, si penerima bergerak pada lokasi pendaratan bola lalu berhasil menangkapnya, ia lalu berlari menerobos garis pertahanan musuh. Mike tampak tak puas dengan hal itu. Ia terlambat untuk menghentikan upaya Velgard mengoper bola. Ekspresinya benar-benar keras dan geram, ia tidak terima bahwa aksinya gagal. Tanpa Velgard duga, Mike yang sudah berhenti berlari, ia malah melanjutkan larinya kemudian langsung menubruk Velgard sampai jatuh menggunakan bahu kuatnya. Punggung Velgard membentur tanah berumput dan napasnya agak sesak karena benturan tersebut. Mike segera berdiri memasang wajah puas saat melihat hasil perbuatannya. “Loser.” Ia mengarahkan jari tengah pada Velgard. Tentu saja lagi-lagi amarah menguasai Velgard ketika ia diperlakukan seperti itu. Cepat-cepat Velgard beranjak berdiri lalu menghambur ke hadapan Mike. Para pemain, wasit dan penonton fokus pada pertandingan perebutan bola sehingga tidak ada yang memperhatikan apa yang terjadi di antara keduanya. “Apa maumu, hah?” Ia membalas mendorong Mike hingga membuat pria itu terjengkang beberapa meter ke belakang lalu punggungnya membentur tanah berumput. Dorongan itu ternyata lebih kuat dari yang diperkirakan oleh Velgard, ia tak berencana melakukannya sekeras itu. Mike tampak sangat marah karena balasan dari Velgard. “Dasar sialan.” Mike beranjak berdiri, dengan emosi ia berlari menyerang hingga Velgard jatuh lagi. “Pecundang sepertimu lebih baik menyingkir saja. Jangan sok hebat dan kuat jika tak bisa membuktikannya. Aku akan memberikan contoh dengan meniduri adikmu, baru kau akan tahu seperti apa rasanya itu hebat.” Mike meludah pada wajah Velgard lalu menyeringai jahat. “f**k you.” Mata kiri Velgard menyala berwarna biru, dengan jarak lima meter, ia melompat menerkam Mike. Padahal posisinya masih terlentang, tapi ia menyerang Mike dengan melompat menubruk pria itu, Velgard menindih tubuh Mike yang memiliki ekspresi yang kaget. Tak membuang waktu, Velgard yang amarahnya sudah tersulut, ia melepaskan helm yang Mike gunakan, lalu tangannya meninju hidung pria itu. Sekali pukulan langsung membuatnya berdarah. Tapi tampaknya Velgard tak memiliki belas kasihan meski sudah melihat darah, ia melanjutkan pukulan pada wajah Mike. “Wait ... stop.” Mike meminta berhenti, tapi Velgard terus memukulnya sampai pingsan. Ia benar-benar marah atas pria ini. Dengan buas ia memukuli pria itu tanpa ampun meski yang dipukuli sudah pingsan. Anggota tim merah yang ada di sana melihat hal itu, mereka segera berlari lalu menangkap tubuh Velgard, tangan-tangan dalam jumlah banyak segera menarik menjauhkan Velgard dari Mike yang sudah tak bergerak dengan wajah lebam dan berdarah, pria itu sudah tidak sadarkan diri. Anggota tim merah yang berhasil melewati garis musuh dan mencetak poin lagi segera terabaikan akibat insiden itu. “Berhenti, Vel. Jangan lakukan itu!” Edgar berseru keras menahan tubuh Velgard, anehnya meski Edgar memiliki tubuh lebih besar dari Velgard, kekuatannya seperti bertolak belakang. “Are you crazy? Kau mau membunuhnya?” Jace membenturkan helm mereka hingga membuat kesadaran Velgard pulih lagi. Ia sadar ternyata dirinya terus meronta meski ada empat orang berbadan besar mengunci gerakannya. “Apa yang telah kulakukan?” tanya Velgard dengan sangat pelan. Ia tak menyangka bahwa emosinya kali ini membuat seseorang yang dibencinya sampai babak belur. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD