Kantor Kepala Sekolah.
Velgard sudah berganti pakaian, ia memakai pakaian sebelumnya, bukan seragam tim footballnya. Di sampingnya ada Bevrlyne. Keduanya hanya menunduk dengan ekspresi kosong tanpa adanya tanda jika mereka adalah makhluk hidup, kecuali ada pergerakan dari apa yang dihasilkan pernapasan mereka.
Atas apa yang telah dirinya perbuat di lapangan, kali ini Velgard langsung dihadapkan pada kepala sekolah. Di dalam ruangannya sana, Bevrlyne sudah sejak tadi duduk berdiam diri. Melihat kedatangan saudaranya, Bevrlyne tampak jauh lebih terkendali dari sebelumnya, meski tetap saja ini tak membuat situasi menjadi lebih baik.
Sebelumnya, ketika Velgard lepas kendali, hal sama terjadi pada Bevrlyne yang entah kenapa tiba-tiba mengamuk tanpa sebab. Untunglah di sana sang kepala sekolah sigap mengatasinya, terpaksa kepala sekolah itu membuat Bevrlyne tidak sadarkan diri lalu membawa gadis itu pergi sebelum kemudian memerintahkan agar Velgard juga dihadapkan dengannya.
Sementara Velgard yang masih memikirkan apa yang telah dirinya perbuat, ia tidak sedikit pun memikirkan bagaimana bisa Bevrlyne sembuh dari sakitnya, bahkan ia tidak memiliki keinginan untuk berbicara padanya.
Di dalam ruangan itu sendiri, Rexalia berdiri menjaga pintu agar tak ada gangguan dari luar maupun dari dalam. Wanita itu memperhatikan kedua manusia itu dengan penuh selidik, sepertinya ia baru pertama kali melihat kejadian yang menimpa keduanya.
Belverick Schneider, adalah Kepala Sekolah dari Morgana High School. Kini dia berada di hadapan dua murid yang selama ini selalu menjadi unggulan dan memiliki prestasi yang sangat bagus, tapi kali ini mereka berhadapan dengan suatu alasan yang berbeda, mereka saling berhadapan adalah dikarenakan insiden beruntun yang terjadi sepanjang pertandingan berlangsung.
Mr. Scheyder mengamati si kembar dengan tatapan penuh perhatian dan penilaian yang tinggi, keterkejutan mungkin merupakan deskripsi yang tepat untuk apa yang dia amati pada dua anak yang sekarang terpuruk di kursi. Sejak tahun ajaran pertama sampai kemarin, Velgard dan Bevrlyne tak pernah mengalami hal semacam ini, tak pernah sebelumnya mereka berada dalam masalah serius. Keduanya selalu bersikap baik dan normal seperti layaknya murid teladan, sekalipun ada sedikit masalah, ibu mereka akan menangani semuanya, tak pernah sebelumnya keadaan sampai seburuk ini.
Apa yang mereka lakukan hari ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan mudah. Sebelumnya, ia sudah menutupi segala perbuatan yang telah diperbuat oleh Bevrlyne di dalam toilet. Ya, Mr. Scneider adalah pengguna kekuatan yang Bevrlyne dan Velgard curigai berada di Morgana, pria yang menjabat sebagai kepala sekolah itu berhasil membuat keadaan toilet wanita seperti sedia kala lalu ia juga berhasil memanipulasi ingatan setiap murid yang terlibat.
Untuk kejadian hari ini adalah sesuatu yang berbeda, terlalu banyak orang yang menonton, apalagi banyak murid yang merekam pertandingan lalu membagikannya secara streaming pada sosial media sehingga yang melihat kejadian itu jauh lebih banyak lagi. Hal itu sudah berada di luar kemampuan Mr. Scneider.
Jelas apa yang telah terjadi hari ini akan menjadi urusan panjang dan menjadi perhatian khusus bagi banyak kalangan. Mr. Scneider juga harus berbicara dengan kepala sekolah Easterwod, juga harus membahas ini dengan orang tua Mike Winston yang pastinya tidak akan menerima bahwa putranya dihajar habis-habisan.
Mike mengalami cedera agak parah, ada bagian tulang yang retak di rahang dan pendarahan di dalam. Ini akan teramat sangat sulit jika pihak orang tuanya memutuskan untuk mengajukan kasus ini ke meja hukum.
Mr. Schneider terus mempelajari kedua siswa itu. Tidak ada bukti keberanian palsu, pembangkangan atau raut dari anak yang suka mengacau dari wajah mereka. Bahkan raut wajah dan gelagat mereka tak tampak seperti pelaku dari semua laporan yang sampai. Sulit dipercaya jika mereka melakukan semua ini.
"Aku ingin tahu apa yang terjadi, jelaskan dengan kalimat yang sejelasnya.” Mr. Schneider berkata dengan tegas. Sesuatu dalam suaranya menarik mata mereka untuk bertemu dengannya, tetapi tatapan mereka kosong, tak ada ungkapan ekspresi apa-apa dari mereka. Mereka hanya mendongak saja tanpa mengeluarkan kalimat sepatah pun.
"Velgard?" Dia bertanya ketika keduanya tidak berbicara. Tatapannya memandang anak laki-laki berjaket hitam yang serasi dengan jaket yang dikenakan saudarinya. “Apa saja yang telah kau perbuat minggu lalu dan kenapa hari ini kau mengulangnya lagi?”
"Aku berniat menghajar Mrs. Jordan ketika berada dalam kelas matematika. Aku tak mau diperlakukan semena-mena sehingga aku berniat melakukan itu, tapi aku berhenti karena teman-temanku menahan tubuhku.” Ia mengatakan kejadian yang pertama di mana saat itu kelas sedang berlangsung. Guru matematika memang selalu mempersulit setiap murid sehingga banyak yang membencinya.
“Lalu setelah pelajaran kedua selesai, salah satu seniorku membuat kemarahanku naik dengan provokasi yang dikatakannya. Saat itu aku langsung memukulnya sampai terluka.” Kejadian kedua terhenti dikarenakan datangnya ibu mereka, aksi kali ini ditonton lebih banyak orang daripada saat berada di kelas matematikanya.
Mr. Schneider hanya mengangguk paham tanpa mengatakan apa-apa, ia jelas menunggu kelanjutannya.
“Dan di lapangan, Mike melakukan pelanggaran, menghina dan melontarkan kalimat yang tak bisa kuampuni, di sana aku sangat marah sehingga tanpa menahan diri aku memukuli Mike sampai membuatnya pingsan di lapangan," kata Velgard dengan nada suara yang terdengar jujur. Ia mengatakan semuanya dengan suara yang serak dan penuh rasa tak nyaman. Kejadian final ini disaksikan jauh lebih banyak pasang mata yang menjadi saksi hidup atas perbuatan brutal yang telah dilakukannya.
“Aku tahu jika saat itu aku marah karena mereka. Tapi aku benar-benar tak tahu kenapa bisa aku sampai melakukan itu.” Velgard menambahkan dengan nada suara yang heran dan tak mengerti atas apa yang telah terjadi. Semua yang dilakukannya benar-benar tak seperti dia pada hari-hari yang sebelumnya.
Emosinya mudah tersulut, lalu dirinya seperti makhluk buas yang melakukan k*******n dengan mudah dan emosi itu membuat ia tak menahan diri untuk berbuat tindak k*******n. Semua kepribadian tersebut bukanlah milik Velgard meski ia melakukan semuanya dengan kesadaran penuh atas dirinya.
Mr. Schneider sedikit mengernyit mendengar pengakuan tersebut, entah alasan yang dibuat-buat untuk menyelamatkan diri atau memang seperti itulah yang terjadi sungguhan. Intinya, dia sama sekali tak berkomentar apa-apa, hanya mengangguk saja tanda dia paham dengan apa yang terjadi. Kemudian tatapannya beralih pada Bevrlyne.
"Bagaimana dengan dirimu, Bevrlyne?” tanyanya pada anak perempuan itu. Sejenak tak ada tanggapan, tampaknya Bevrlyne bersiap untuk mengatakan semuanya dengan jujur.
“Di kelas biologi, ketika Helena berulah, aku berniat hanya mendorongnya menjauh, tapi ternyata malah dorongan yang kulakukan terlalu kuat. Aku tidak tahu kenapa bisa aku memiliki kekuatan sebesar itu.” Bevrlyne memulai mengatakan apa yang dirinya rasakan ketika sesuatu aneh terjadi di dalam kelas.
“Aku sengaja mengurung diri di kamar mandi ketika Helena mengguyurku dengan telur kodok, tapi dia tidak puas dengan itu. Dia datang padaku lalu mengatakan beberapa kalimat ancaman, dia menyiramku. Aku marah saat itu dan ... aku merasa itu bukan diriku, meski aku sadar jika aku yang melalukan segalanya dengan kesadaranku sendiri.” Bevrlyne menjelaskan dengan jujur. Mendengar Velgard berkata dengan terus terang, itu membuatnya berpikir jika saat ini mereka tak memiliki alasan untuk berkata dusta.
“Kupikir ini ada hubungannya dengan apa yang kualami sepanjang pagi. Aku merasa merinding sejak pagi, bahkan kami mengalami hal-hal yang aneh selama beberapa waktu lalu sampai semua ini terjadi.” Bevrlyne mengakui semuanya dengan jujur, ia agak menggeleng karena tak mengerti dengan semua yang terjadi.
“Bahkan sebelah mata Bev berubah menjadi biru terang yang menyala,” sambung Velgard. Ia ingat dengan apa yang dilihatnya ketika menemui Bevrlyne yang saat itu berada di toilet wanita.
Mr. Schneider kali ini begitu terkejut dengan kata-kata yang tak terduga dari pengakuan si kembar. Apa yang didapatnya adalah sesuatu yang sama sekali tak pernah dirinya duga dan keterkejutannya semakin membuncah ketika spekulasi mulai muncul darinya. Karena hal tersebutlah, dia sontak beranjak berdiri sebelum dia menyadari apa yang dirinya lakukan. Ini seperti gerak refleks yang penuh dengan kejutan.
“Apa memang itu yang terjadi? Maksudku, emosi kalian tak terkendali dan matamu berubah warna?” tanyanya pada si kembar. Mereka memberi tanggapan dengan anggukan sebagai jawaban. Keduanya tak bereaksi apa-apa mengenai reaksi yang diperlihatkan oleh sang kepala sekolah ketika mendengar pengakuan mereka.