Mr. Schneider kali ini begitu terkejut dengan kata-kata yang tak terduga dari pengakuan si kembar. Apa yang didapatnya adalah sesuatu yang sama sekali tak pernah dirinya duga dan keterkejutannya semakin membuncah ketika spekulasi mulai muncul darinya. Karena hal tersebutlah, dia sontak beranjak berdiri sebelum dia menyadari apa yang dirinya lakukan. Ini seperti gerak refleks yang penuh dengan kejutan.
“Apa memang itu yang terjadi? Maksudku, emosi kalian tak terkendali dan matamu berubah warna?” tanyanya pada si kembar. Mereka memberi tanggapan dengan anggukan sebagai jawaban. Keduanya tak bereaksi apa-apa mengenai reaksi yang diperlihatkan oleh sang kepala sekolah ketika mendengar pengakuan mereka.
Padahal, dari gelagat dan reaksinya, sang kepala sekolah pasti tahu sesuatu mengenai apa yang mereka alami.
Mr. Schneider berjalan mondar-mandir di sana, ia tampak memiliki ekspresi yang rumit dan penuh tanda tanya. Tapi si kembar tampak tak peduli, mereka hanya diam di sana dengan pemikiran masing-masing.
Oa berhenti melangkah lalu memandang ke arah Velgard dan Bevrlyne, mulutnya terbuka lalu mengajukan pertanyaan. “Lalu apa kalian mengalami hal-hal aneh sebelum kalian melakukan perbuatan itu? Misalnya sebuah mimpi atau kalian bisa melakukan sihir dan semacamnya.”
Untuk sesaat Velgard dan Bevrlyne saling memandang, mereka sudah sepakat untuk merahasiakan kekuatan mereka, tapi tampaknya pria yang ada di hadapan mereka saat ini jauh lebih banyak tahu tentang mereka dari yang seharusnya. Velgard dan Bevrlyne kemudian menunduk, mereka tidak bisa mengatakan rahasia mereka pada orang lain.
Mr. Schneider yang melihat bahwa sepasang adik kakak itu tampak ragu untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka, ia lantas berjalan mendekat lalu kembali duduk.
“Tidak perlu menyembunyikan apa-apa, aku sudah tahu semuanya, aku hanya ingin memastikan saja.” Ia berbicara lebih halus membuat keduanya menoleh memandang ke arahnya.
Untuk beberapa detik, tidak ada yang buka suara sampai kemudian secara hampir bersamaan mereka saling memandang lagi, Bevrlyne dan Velgard seolah memiliki ikatan khusus sehingga beberapa hal terjadi dilakukan oleh mereka secara bersamaan.
Velgard mengangguk pelan sebagai isyarat bahwa mereka memang harus mengungkapkan semua yang mereka alami pada Mr. Schneider, maka secara pelan mereka menoleh memandang ke arah pria yang ber status sebagai kepala sekolah itu.
“Ya. Beberapa kali hal aneh terjadi, kekuatan kami muncul dengan sendirinya, aku dan Velgard memang bisa melakukan hal-hal seperti sihir beberapa waktu lalu.” Bevrlyne mengakui dengan nada yang pelan.
“Kami juga mengalami mimpi aneh yang rasanya selalu terulang setiap malamnya.” Velgard menimpali, menyambung perkataan Bevrlyne.
Dengan jawaban ini, maka yakinlah sudah Mr. Schneider dengan apa yang dirinya duga sebelumnya.
“Bukankah hal yang mereka alami sama persis seperti yang dialami oleh para vrial?” Rexalia tiba-tiba buka suara. Ia masih berdiri di depan pintu masuk sambil melipat kedua tangan di d**a. Meski medengar wanita itu berbicara, Bevrlyne dan Velgard sama sekali tidak menoleh.
“Aku tahu, ini seharusnya tidak terjadi.” Mr. Schneider bergumam merasa tidak percaya dengan apa yang telah terjadi.
“Aku sudah curiga terhadap hal ini, Edrexal.” Rexalia memanggil Mr. Schneider dengan nama lain. “Rasanya mustahil anak manusia bisa tiba di kota itu begitu saja. Memang dugaanku ada misionaris yang main-main memindahkan mereka ke sana, tapi bukankah di daerah ini hanya ada empat misionaris yang sudah terkonfirmasi tidak melakukan aktivitas di luar tugas?” Rexalia menuturkan, jujur saja entah Velgard maupun Bevrlyne sama-sama tidak paham dengan apa maksud dari perkataan wanita itu.
“Ya, aku tahu itu. Sepertinya ada yang harus kita bahas dengan Caitlin mengenai silsilah kedua anak ini.” Ia mengusap wajah dengan tangan kanannya, tatapannya tertuju pada Bevrlyne dan Velgard yang tampak masih bergeming di tempat keduanya duduk.
“Maksudmu, ini ada kemungkinan garis darah keturunan?” terka Rexalia yang sepertinya satu pemikiran dengan Mr. Schneider. Pria itu menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.
“Hanya itu satu-satunya jawaban yang terbesit dalam kepalaku.” Ia buka suara untuk menjawab perkataan Rexalia.
“Hanya satu cara agar kita bisa tahu jawabannya, yaitu membuktikannya.”
“Aku serahkan padamu.”
Mr. Schneider harus memastikan semua kebenaran ini, jangan sampai dirinya salah mengira lalu menyampaikan informasi yang palsu, apalagi ini bisa dianggap merupakan sesuatu yang serius dan tak bisa dianggap main-main. Jangan sampai ada kesalahan dalam pemeriksaan semuanya, apalagi hal ini mungkin akan memberikan suatu pengaruh yang tak diharapkan dari kedua anak ini.
Rexalia meninggalkan tempatnya berdiri, ia segera duduk di meja kerja Mr. Schneider yang terpisah dari tempat duduk tamu di mana ketiga orang itu berada. Rexalia mengambil laptop yang biasa digunakan oleh Mr. Schneider untuk bekerja lalu melakukan sesuatu di sana.
Mr. Schneider kemudian kembali berfokus pada Bevrlyne dan Velgard. “Kalian penasaran dengan apa yang selama ini menimpa pada kalian?”
Mereka mengangguk hampir secara serempak.
“Aku belum selesai melakukan pemeriksaan, kau mau memberitahu mereka sekarang?” tanya Rexalia tanpa menoleh, ia sedang berfokus pada pekerjaannya.
“Ya, tidak ada salahnya. Meski aku yakin inilah kenyataannya meski kau tidak melakukan pencarian.”
“Terserah, ini adalah prosedur untuk pembuktian.”
Mr. Schneider kemudian kembali mengalihkan perhatian pada Bevrlyne dan Velgard.
“Nah, aku tidak yakin apakah kalian akan percaya atau tidak, yang jelas aku jujur mengatakan semua ini. Sebenarnya aku dan perempuan di sana bukan manusia, kami adalah makhluk yang manusia sebut sebagai alien.” Mr. Schneider mengungkapkan identitasnya yang mana tentu saja itu tidak pernah diduga oleh kedua pemuda itu.
“Apa?!” tanya Bevrlyne dan Velgard secara serentak, keduanya mengangkat wajah memandang tepat pada wajah Mr. Schneider dengan tatapan terkejut.
“Kami bukan manusia, tapi bangsa loria. Kami adalah alien yang tinggal di sebuah planet bernama Avorus, planet itu sama persis seperti bumi kecuali bentuk binatang dan tanaman yang ada di sana sangat berbeda jauh dengan yang kalian lihat, di sana juga perkembangan dan kemajuan teknologi nya beberapa puluh tahun sedikit lebih maju dari planet ini.” Mr. Schneider bertutur panjang sementara Velgard dan Velgard tak bisa berkata-kata saat mendengarnya.
“Aku yakin kalian sendiri sudah melihat salah satu pemandangan kota kami seminggu yang lalu.”
“Jadi ... jadi yang kami lihat adalah ....’”
“Ya. Itu benar, kalian melihat salah satu kota di Planet Avorus.” Pria itu mengangguk lalu berdehem. “Mari kita bahas lebih awal lagi, dimulai dari perkenalan. Nama asliku adalah Edrexal.” Mr. Schneider memperkenalkan dirinya sambil tersenyum, ia kemudian beralih memandang wanita yang sedang fokus pada laptop.
“Nama perempuan di sana adalah Rexalia. Dia memiliki pangkat Jendral apabila disetarakan dalam militer di negara kalian.” Ia lanjut memperkenalkan nama. Karena tidak ada tanggapan apa-apa dari Bevrlyne maupun Velgard, maka Mr. Schneider melanjutkan. “Sebenarnya ini masih spekulasi, tapi aku yakin bahwa kalian adalah keturunan dari bangsa kami.”