Hana mendorong tubuh Darel sekuat tenaga melepaskan ciuman yang tiba-tiba Darel padanya. Ia menampar Darel dengan keras.
"KAU MENCIUMKU!" Bentak Hana marah. Ia menggosok-gosok bibirnya seolah ada najis yang menempel disitu.
Hana menatap Darel yang memegang pipinya. Jelas Hana mengerahkan semua tenaganya untuk menampar Darel. Dadanya sesak menahan tangis dan amarah yang ingin dilontarkan pada Darel.
Akhirnya Hana memilih pergi meninggalkan Darel.
"Hana tunggu." Darel menahan bahu Hana. Tapi Hana segera mendorong tubuh Darel.
"Jangan menyentuhku!"
"Tapi Hana, aku mencintaimu!" Jawab Darel tidak peduli.
"Bukan berarti kau bisa menyentuhku seenaknya. Kau menciumku Darel, itu adalah dosa besar. KAU BUKAN SUAMIKU!" Air mata yang susah payah ditahan akhirnya tumpah. "Kau bohong padaku sejak awal. Kau bilang Nadine akan ada di sini. Nyatanya hanya kita berdua."
"T..tapi Hana." Penjelasan Darel terhenti melihat kemarahan Hana.
Hana pergi meninggalkan Darel yang tertunduk Sepertinya ia menyadari kesalahannya. Hana tidak peduli dengan cara apa ia akan pulang karena ia tidak mengetahui seluk-beluk Jerman. yang paling penting baginya adalah menghilang dari hadapan Darel saat itu juga.
-----------------------------------------
Hana benar-benar menghilang. Sore itu adalah hari terakhir Darel melihat Hana di Jerman. Darel mengutuk dirinya sendiri. Bahkan ia belum sempat meminta maaf atas kesalahannya pada Hana.