Then, Who Are You?

434 Words
  I'm hopeless at small talk and have a problem arranging words. How about you?   Lenan menatap wanita muda di depannya dengan tatapan tajam, seolah menyelidik. Selalu seperti itu, tidak banyak bicara namun tatapannya penuh dengan makna. Cila masih memeluk Lenan erat, sambil ikut memandangi wanita yang sekarang berada tepat dihadapannya. Memikirkan beberapa kemungkinan alasan keberadaan wanita itu.  "Mmm, Sorry." suara wanita ini mulai terdengar, memecah keheningan. "He said that you found my phone and you brought it up to him. Trims udah nyelametin hp gue kali ini."         Suara wanita itu pelan, terdengar ragu, sedikit berat sambil menunjuk si barista. Lenan mulai bisa menangkap alasan wanita ini berada dihadapannya. Mendapatkan tempat kosong di sbux dikala peak hours seperti malam ini adalah anugerah, ditambah bonus handphone yang tergeletak tanpa pemilik. Lenan masih belum menemukan kata-kata yang tepat sebagai respon untuk kalimat wanita ini. Meninggalkan handphone disembarang tempat dan lupa mengambilnya lagi adalah kebiasaan yang sangat buruk, pikir Lenan. "Saya sering lupa naroh, dan kalau hp saya hilang lagi—" Ada jeda sebelum wanita itu meneruskan kalimatnya. "It means, saya harus beli hp lagi untuk yang ketiga kalinya dalam setahun ini. So, Thank you so much." Lenan masih terdiam, tanpa sadar bibirnya tersungging dan alisnya berkerut. Ini kali pertama Lenan bertemu dengan wanita yang-aneh-tapi-nyata-person. How amazing ya wanita ini menjaga barang milik sendiri saja tidak bisa. Bagaimana menjaga asset perusahaan? menjaga suaminya kelak? menjaga anak-anaknya nanti? Lenan tersenyum tanpa sadar, menyadari pemikiran bodohnya yang terlalu jauh. "It's Okay, Better not doing stupid thing like this—again." "Stu-Stupid—what?" raut wajah wanita ini berubah dari wajah menyesal menjadi wajah penuh kekesalan. Wanita itu menghela nafas dalam-dalam mencoba meredakan emosinya. "I hope so. And anyway, thanks again." wanita itu berbalik badan, namun belum genap dua langkah ia sudah membalikkan badannya lagi. Mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. Cila dan Lenan masih dengan tanpa suara mengamati setiap gerak-gerik-si-wanita-yang-hobi-menghilangkan-handphone-nya. "Hai, siapa namamu?" wanita itu membungkuk sedikit menyamakan jarak pandangnya dengan Cila. "...." Cila tidak bersuara, bergumampun tidak. Hanya semakin menempel dengan Lenan. Terlihat benar bahwa gadis cilik ini tidak terlalu ramah dengan orang baru. "Cila." Jawab Lenan, yang entah mengapa merasa bertanggung jawab untuk menjawab wanita itu. Lenan tahu Cila bukan anak yang memiliki respon bagus terhadap orang asing. "Ah okay Cila, tante punya free tiket taman bermain Do-Fun kebetulan perusahaan tempat tante kerja lagi ngadain event disitu. Masih dua minggu lagi sih acaranya, dateng ya Cila karena ada banyak es krim, badut dan beruang." wanita itu melebarkan senyumnya, dengan harapan gadis kecil di depannya itu mau sedikit merespon perkataannya. "Anda bagian marketing?" suara Lenan membuat senyum lebar wanita itu mendadak lenyap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD