BAB 2

2081 Words
"Selamat ya dokter Iren. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Lalu cepat dikaruniai momongan. Aminn," itulah doa yang tidak ikhlas yang keluar dari bibir Renal dengan senyuman yang sangat amat dipaksa. Iren hanya tersenyum tenang, sambil masih memandang Renal yang asik dengan gandengannya pada perempuan yang sekarang berada dibelakangnya. Dan itu sudah pasti adalah Elka dengan raut tak suka. Renal mengajak dirinya ke acara orang yang tidak ia kenal. Niat awalnya yang hanya ingin mengantar bunga di acara nikahan perempuan yang disalami Renal itu jadi terganggu karena pemaksaan yang dilakukan Renal. Pasti bos-nya akan mengamuk jika tahu Elka malah datang ke acara ini. "Semoga dokter Renal juga cepat nyusul ya. Calonnya cantik," puji Iren dengan senyuman tulus dibalut dengan kebahagiaan yang nampaknya berlipat ganda. Sedang Renal hanya tersenyum hambar dan berjalan maju untuk menyalami suami sah mantan gebetannya itu. Tidak ada yang lebih menyakitkan ketika Renal harus mengucapkan selamat lalu tersenyum dan pura-pura ikut bahagia. Padahal dia sedang dalam keadaan patah hati parah. Keduanya turun dari pelaminan sang pengantin. Menyisakan sedikit kekesalan, tapi agak reda karena Renal sudah harus ikhlas. Telapak tangan Elka masih dalam genggaman Renal. Mereka tak sadar jika masih dalam keadaan bergandengan tangan. Dengan Renal yang masih saja ngedumel dalam hati karena merasa kalah telak dalam hal percintaan dari teman-temannya. Dia memang sudah melajang sejak lama. Seluruh kisah cintanya rasanya kandas tanpa alasan jelas. Sama halnya dengan Iren. Semua cintanya padam sebelum bersinar. Renal melepas pegangannya pada Elka saat mereka berada tepat di depan mobil milik Renal. Hembusan napasnya terdengar berat. Sedangkan Elka hanya bisa mengelus dadanya yang sedang disko dengan kencang karena terlalu lama tangannya digenggam oleh Renal. Seperti ada sengatan listrik yang membuat jantungnya dipacu dengan kencang. Ya Allah, rasanya kaya mau mati aja. Padahal cuma digandeng sama Mas ganteng. Batin Elka sambil tersenyum segaris menatap wajah Renal yang datar. Renal masih saja menyandarkan punggungnya di pintu mobilnya sambil berulang kali mengatur napasnya yang tak beraturan. "Ah, gara-gara saya ngajak kamu kesini. Semua orang jadi berasumsi kalau kamu yang akan menikah dengan saya. Ini benar-benar hal yang paling gila yang nggak sama sekali saya pikirkan. Iya, saya akan menikah tapi bukan dengan perempuan semacam kamu." Ucap Renal tanpa sadar karena kesal banyak ucapan yang menyudutkannya masalah menikah. Memangnya kenapa sih, jika umurnya sudah lewat kepala tiga? Apa itu bagian dari dosa besar. Elka menatap Renal dengan tak percaya. Apa tadi Renal sedang mengatainya. Siapa juga yang mau datang bersama Renal ke dalam. Ya, siapa yang tidak salah sangka dengan keduanya. Jika Renal saja menggandeng tangan Elka mesra di dalam sana. Ah, tetap saja apapun alasannya. Elka benci dengan ucapan Renal baru saja. "Saya juga nggak mau punya calon suami macam kamu. Memangnya kamu siapa? Sok merendahkan saya begitu. Saya memang orang miskin, tapi kamu sendiri yang nyuruh aku temenin kamu malam ini." Ketus Elka yang balik menyalahkan Renal. Membuat Renal segera menaikkan sebelah alisnya geram. Sudah panas, eh semakin panas saja. Renal menatap Elka tajam, lalu buru-buru masuk ke dalam mobil kesayangannya yang sudah sembuh dari penyok. Baginya, mood sudah buruk. Dan Renal pasti akan mencari pelampiasan orang terdekatnya. Dan kebetulan hanya ada Elka di sana tadi. Tapi lagi-lagi Renal kepikiran masalah perempuan itu lagi dan lagi. Bagaimana jika Elka berada di sana sendiri? Bahkan, Renal tidak berpikir tentang Elka yang sekarang bersama siapa dan tadi naik apa. Dengan kekhawatiran, Renal buru-buru putar balik untuk kembali ke hotel di mana Iren melangsungkan pernikahan. Mungkin Renal perlu memungut Elka dari sana dan mengantar pulang. Itung-itung ucapan terima kasih dan permintaan maaf karena emosi sendiri. Renal menatap jalanan yang lumayan sepi, ia celingak-celinguk mencari keberadaan perempuan yang tadi bersama dengannya tapi sekarang entah hilang di mana. Dan tak lama, pandangan matanya jatuh pada sosok Elka yang tengah menyapu air matanya sendiri. Sedangkan di depan sana ada seorang laki-laki paruh baya yang berkacak pinggang. Lagaknya sudah mirip bos saja. Tanpa pikir panjang, Renal langsung buru-buru turun untuk menyelamatkan Elka dari tua bangka di depan sana. Mungkin Renal akan dikenal seperti Piter dalam salah satu film superhero yang berjudul Spiderman yang booming dikalangan anak muda bahkan bocah karena banyak adegan action yang super mengesankan. Dan mungkin Renal akan menjadi salah satu tokoh superhero. Tapi entahlah dia akan jadi siapa, mungkin kolor ijo? "Apa yang anda lakukan?" Tanya Renal tiba-tiba yang masih dalam mode berjalan pelan ke arah Elka yang sedang menangis sambil mengelap air matanya pelan. Sadar akan kehadiran Renal, Elka buru-buru menghapus air matanya kasar. Ah, harga diri! Malu kalau dilihat Renal. Laki-laki paruh baya itu hanya menaikkan bingkai kacamata miliknya, "dia ini pegawai yang kurang disiplin. Disuruh antar bunga, malah kelayapan. Dan mana bunganya? Kamu tau nggak, gara-gara kamu saya jadi banyak dapat komplain dari costumer. Sudah tau setelah ini kita harus siap-siap untuk pesanan besok pagi. Kamu dipecat!" Tandas laki-laki itu yang membuat Elka mau tidak mau mengangkat wajahnya. Renal menoleh sejenak, "lho, kenapa gitu? Anda tidak bisa memecat orang seenaknya," ucap Renal yang menatap tajam ke arah laki-laki yang memang mengaku sebagai bos dari Elka. "Jangan pecat saya, Pak. Saya butuh pekerjaan," ucap Elka yang hanya bisa memohon. Karena memang dirinya sangatlah membutuhkan pekerjaan ini. Namun, bosnya terus saja menolak. Renal merangkul pundak Elka pelan, "kamu nggak usah mohon-mohon sama dia. Bahkan kamu akan dapat toko bunga sekaligus orangnya kalau kita nikah nanti. Jadi nggak perlu khawatir sama pekerjaan kamu, sayang." Ucap Renal pelan dengan sok kaya. Yang jelas saja, memangnya gajinya berapa bisa membeli toko bunga? Lalu ada tadi? Renal akan menikah? Ah, omong kosong. Laki-laki paruh baya itu hanya bisa terdiam sambil melangkah pergi. Membuat Elka sedikit menangis. Siapa juga yang tidak sedih jika dipecat begini. Mana kondisi ekonominya juga sudah tidak baik. Elka berjongkok untuk segera menangis karena baru dipecat. Membuat Renal yang dingin begitu hanya bisa merutuki kebodohan perempuan di depannya ini. "Eh bangun, kamu malu-maluin banget sih!" Ketus Renal dengan wajah datar tapi masih berusaha menggeret Elka untuk berdiri. "Kamu sih nggak tau perasaan aku kaya gimana. Aku baru aja dipecat, dan ini gara-gara kamu tau nggak. Coba aja kamu nggak bawa aku ke acara nikahan mantan kamu itu, pasti semua bakalan baik-baik aja. Udah gitu aku diusir dari kontrakan karena nggak bisa bayar." Ucap Elka dengan wajah kesal ke arah Renal. Menyalahkan Renal atas dirinya yang baru saja kehilangan pekerjaannya. Renal mendengus, kenapa sih perempuan itu selalu saja marah dan ngomel-ngomel. Kenapa tidak diam saja. Memangnya semua masalah bisa selesai dengan banyaknya ocehan kemarahan yang keluar apa? Renal menatap bola mata Elka dengan wajah datarnya yang biasanya membuat perempuan manapun akan bertekuk lutut. Rasanya Elka juga merasakan hal yang sama. Ia benar-benar terpesona dengan tatapan Renal yang dingin namun dalam. "Ikut saya," ucap Renal yang sudah kembali menarik lengan Elka dan memaksa Elka masuk ke dalam mobilnya dengan pelan. Elka tak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya diam dan mengikuti Renal walau sebenarnya ada was-was di dalam hatinya. ---oOo--- Elka menatap ruangan yang ada di hadapannya. Apa Renal benar-benar serius mengajaknya ke sini untuk bermalam atau sekedar bersenang-senang berdua? Atau apa? Yang jelas pikiran Elka sudah kotor semenjak Renal bilang sejak awal. Renal yang memintanya untuk menemani malam ini. Apa ini modus dari Renal untuk mengajak Elka sekedar tidur bareng? Atau mungkin ada hal lain sampai mereka berdua berada di dalam satu rumah dengan cat hijau. Elka masih dengan wajah tegang dan Renal masih santai duduk di sofa ruang tamu rumahnya. Tiba-tiba suara gemericik air mulai terdengar. Hujan mulai turun tanpa diminta, membuat suasana nampak romantis bagi orang yang jatuh cinta. Namun, sangat amat menegangkan bagi seorang Elka yang bagaikan terperangkap dalam kandang singa. Padahal Renal saja anteng, kok kandang singa! "Bapak beneran mau bermalam sama saya, ya? Tapi saya ini masih anak baik-baik kok. Bukan perempuan yang suka begituan," ucap Elka dengan nada pelan namun syarat akan ketakutan. Renal menaikkan sebelah alisnya, kenapa sih orang-orang yang dekat dengannya semuanya punya kapasitas otak dibawah rata-rata. Mungkin kemarin-kemarin hanya ada Fasha yang notabene adalah istri Arham yang konslet. Tapi pada akhirnya menular pada Arham sekarang. Dan perempuan bernama Elka ini juga sudah berhalusinasi terlalu tinggi. "Nggak usah mimpi. Saya masih waras buat nidurin kamu ya. Jangan mikir aneh-aneh karena saya bawa kamu ke rumah. Kata kamu, kamu butuh pekerjaan dan sekarang kamu nggak ada tempat tinggal. Jadi, sebagai permintaan maaf saya. Kamu lebih baik bekerja di rumah saya. Dan itung-itung ganti rugi mobil saya." Ucap Renal yang hanya mampu mendapat anggukan pelan dari Elka. Padahal, Elka kira Renal adalah laki-laki b******k yang sama dengan laki-laki di luaran sana. Suasana semakin hening, aura dingin menusuk dan membuat Elka hanya bisa celingak-celinguk menatap rumah Renal yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Rumahnya rapi dan semua tertata rapi. Elka yakin jika Renal adalah laki-laki yang penuh dengan kerapian. Elka kembali menatap Renal, "oh iya, Pak. Istri Bapak di mana?" Tanya Elka polos. Pertanyaan yang rasanya ingin sekali ia hapus dari muka bumi. Pertanyaan paling memuakkan yang pernah ia dengar dari mulut banyak orang. Dan Renal benci pertanyaan itu. Renal diam sejenak, "saya masih single," jawab Renal dengan santai walau rasanya sulit mengakui status dirinya yang sebenarnya. Masalahnya, umur segitu mungkin sudah ada yang punya anak. Bahkan jaman sekarang, banyak terjadi nikah muda. Elka melongo menatap Renal. Laki-laki yang cukup ganteng dengan rumah yang sudah bagus, tapi masih belum punya keluarga. Rasanya itu tidak mungkin. Apalagi Elka pernah dengar jika Renal bilang ada acara melahirkan saat insiden kecelakaan yang terjadi beberapa saat lalu. Elka menaikkan alisnya tak percaya. Jangan-jangan Renal bukan orang yang bertanggung jawab? Dia menelantarkan anak dan istrinya. Elka berjalan ke arah Renal yang duduk di sofa ruang tamu sambil menatapnya bingung, "lah, bukannya waktu itu katanya mau ada acara lahiran. Istrinya pasti lahiran. Tapi sekarang bilang ke aku kalau Bapak itu single. Jangan-jangan Bapak ini adalah salah satu laki-laki hidung belang," ucap Elka sok tahu. Oke, Renal mulai jengah dengan ke sok tahuan manusia satu ini. Renal mendekatkan tubuhnya ke arah Elka dengan gerakan pelan. Membuat perempuan dengan lesung pipi itu juga mundur, membuat suasana makin tegang ditengah hujan deras yang mulai mengguyur kota Yogyakarta. Ya, jika untuk Arham dan Fasha malam hujan adalah suatu anugerah, maka bagi Elka dan Renal malam hujan adalah suatu ketegangan. Renal menarik dompet yang tersembunyi di dalam jas hitam yang dia pakai. Lalu dengan cepat mengeluarkan sebuah KTP dan juga sebuah keterangan jika dirinya adalah dokter. Tepatnya adalah dokter kandungan. Lalu memberikannya pada Elka yang asik dengan bayangannya sendiri. Duduk berhadapan dengan laki-laki ganteng, rasanya masih bagaikan mimpi. Elka malah senyam-senyum sendiri dengan menatap wajah Renal. Ekspresi wajah itu benar-benar membuat dirinya gemas sekali. "Kenapa? Saya terlalu ganteng kan?" Ucap Renal dengan menatap tepat di bola mata Elka. Membuat perempuan itu gelagapan. Kenapa sih, Renal selalu saja membuat baper walau hanya sekedar dengan tatapan saja. Renal memang suka sekali membuat hati perempuan rasanya diporak-porandakan. Dan dalam keadaan itu, tiba-tiba lampu mati. Membuat mereka hanya bisa merasakan napas masing-masing dengan masih saling berhadapan. Membuat degub jantung Elka dipacu lebih cepat. Sama halnya dengan Renal yang masih berpikir keras dengan apa yang tengah ia lakukan dengan perempuan di dalam rumahnya. Padahal tidak ada satupun perempuan yang dekat dengannya, ia ijinkan untuk menginap. Tapi ini? Perempuan yang bahkan tidak ia kenal sama sekali. Jemari Renal membelai pelan rambut Elka, Renal yakin mereka dalam keadaan sangat dekat sekarang. Elka juga tidak bisa menghalau pesona Renal yang ternyata bisa membuat kerja jantungnya semakin cepat. Ah, Elka tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Jadi ini adalah pengalaman pertama baginya. Dan aku sadar, ternyata Elka memang cantik. Dia memang benar-benar berbeda dengan yang lain. "Kenapa sulit sekali menolak pesona perempuan. Dan saya rasa, pesona kamu terlalu kuat untuk saya abaikan. Kamu tau, saya nggak pernah mengajak siapapun masuk ke dalam rumah. Dan saya baru saja membawa kamu masuk dan duduk berhadapan dengan saya di sini. Bahkan karena keadaan gelap begini, saya langsung berpikir untuk melakukan hal yang tidak seharusnya." Ucapan Renal terpotong dengan helaan napasnya yang berat. "Saya bukan tipe laki-laki yang suka menjamah perempuan seenaknya karena saya juga lahir dari rahim perempuan. Dan sudah sepantasnya saya bisa menjaga kehormatan kamu. Jadi, maukah kamu menikah dengan saya?" Pertanyaan terakhir itu membuat kedua bola mata Elka rasanya ingin keluar dari sarangnya. Apa dia baru saja dilamar? Renal diam sejenak, "saya rasa, bukan waktunya pacaran di usia saya yang sudah matang. Dan saya memilih kamu menjadi bagian dalam hidup saya." Elka semakin melongo, ini orang tadi marah-marah padanya. Sekarang malah sok romantis dan melamarnya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Renal? Apakah saking frustasinya sampai langsung melamar anak orang? Dasar laki-laki aneh! ---oOo---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD