BAB 3

2228 Words
Elka menatap ke arah Renal yang masih saja tertidur pulas dengan posisi duduk dan bersandar pada sofa ruang tamunya. Adegan semalam yang nampak sangat romantis ternyata hanya ada dalam bayangan Elka semata. Tapi itu bukan khayalan sebenarnya, karena Renal juga mengucapkan kata-kata manis yang mirip seperti lamaran. Tapi setelah dia dilambungkan ke angkasa, eh langsung dihempas ke bumi dengan begitu tega. Hiks, sakit hati dedek bang! Elka semalaman tak bisa tidur gara-gara kena PHP Renal yang benar-benar mematikan. Elka rasanya kesal tapi tidak tahu harus bagaimana. Lagipula dia tidak berhak untuk kecewa karena mereka juga baru dekat beberapa hari ini. Bukan dekat sih, hanya sekedar kenal saja. Elka saja baru tahu nama Renal saat melihat KTP milik dokter kandungan itu. Bayangan romantis kejadian semalaman seperti mimpi. Andai semua menjadi kenyataan dan bukan hanya sekedar ocehan gila Renal, pasti sekarang mereka sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan mereka. Tapi tidak ada pesta juga tidak ada masalah bagi seorang Elka yang hanya ingin merasa dicintai. Sejak kecil, Elka memang dititipkan pada pamannya karena orang tuanya meninggal dalam kecelakaan bus. Hidup dengan bekal semangat dari diri sendiri membuat Elka menjadi perempuan tangguh seperti saat ini. Elka hanya tinggal dengan pamannya sampai lulus SMP karena memang keluarga pamannya itu keberatan dengan kehadirannya sejak kecil. Bagi mereka, Elka hanya menambah beban mereka untuk makan dan sekolah. Dan untuk biaya SMA, Elka berusaha mencari beasiswa agar lulus dari SMA dan bisa segera melamar pekerjaan. Tapi mencari pekerjaan tak semudah yang Elka kira. Dia kalah saing dengan para sarjana. Dan Elka sadar satu hal, jika pendidikan tetap mempengaruhi di mana dia akan bekerja. Sama halnya dengan apa yang tengah ia alami sampai saat ini. Sedikit miris dan tragis tapi setidaknya dia bersyukur karena diterima menjadi penjual bunga di salah satu toko bunga yang biasanya untuk memesan bunga-bunga untuk pernikahan. Dan gajinya itu lumayan untuk membayar kosan dan juga makan sehari-hari. Tidak ada impian yang bisa ia bayangkan selain makan dan hidup dengan layak. Karena bagi Elka, bisa makan dan punya tempat tinggal sudah lebih dari kata layak. Lagi-lagi ucapan Renal merasuk ke dalam batinnya. Seakan berteriak dan memanggil-manggil namanya dengan pelan. Membuat Elka sedikit mendengus pasrah. Kenapa pula dia jadi ngebet banget ingin bersanding dengan Renal? Mereka bagaikan langit dan bumi. Renal bagaikan langit yang sulit digapai dan Elka mirip bumi yang selalu diinjak. "Maaf ya Elka, saya tadi cuma latihan aja untuk melamar ya, seseorang suatu hari nanti. Jadi, kamu jangan terlalu percaya diri karena saya dan kamu hanya sekedar partner kerja aja." Jika membayangkan kalimat itu, dunia Elka rasanya runtuh dalam sekejap saja. Bayangannya yang indah, seperti bisa menjadi Cinderella yang dipersunting pangeran harus kandas begitu saja. Ternyata Renal tidak dalam mode serius, memangnya dia siapa yang mengharapkan Renal terlalu tinggi. Laki-laki yang ada disebelahnya ini bahkan bisa disebut sempurna. Dia tampan dan mapan. Siapa perempuan yang tak mau? Bahkan halusinasi Elka sudah terlalu tinggi untuk bisa bersama Renal yang bahkan baru sehari ia lihat dengan jelas. Renal adalah laki-laki pertama yang memegang tangannya dengan lembut walau hanya di depan teman-temannya, Renal yang menatap matanya dingin namun dia tahu, Renal bukan orang yang acuh. Dan Elka sadar, ini bukan dunia fantasi yang selalu menyuguhkan kebahagiaan setelah tangisan dan cobaan. "Kenapa sih hati, kamu udah baper aja. Udah tau kalau kamu cuma tukang bunga, dan dia ini dokter. Mana mau dia sama kamu? Kamu ini kalau baper ya liat sikon lah," ucap Elka pelan pada dirinya sendiri. Ah, dia terlalu merutuki hatinya yang sudah tertawan pada sosok laki-laki seperti Renal ini. (Sikon : situasi dan kondisi) Renal menggeliat sebentar, lalu menatap Elka yang juga sibuk menatapnya. Dan sekarang jadilah mereka yang tatap-tatapan. Mirip film romantis yang suka ditonton remaja jaman sekarang. Telapak tangan Renal mengusap wajahnya sendiri. Rasanya badannya pegal gara-gara tidur di sofa. Namun sayangnya Renal itu memang tipe laki-laki yang pelor atau nempel molor. Jadi, mau di manapun dan kapanpun. Butuh tidur yang tidur. Asal jangan sambil nyetir aja sih. Bisa kelar hidup Renal. "Kamu nggak tidur? Atau nggak bisa tidur gara-gara kemarin aku cuma bercanda? Udah baper apa gimana?" Tanya Renal yang sudah duduk dengan benar. Membenarkan jasnya yang sudah miring sana-sini. Elka jadi gelagapan sendiri. Masa iya dia bilang iya. Terus mau ditaruh mana mukanya ini. Sudah pasti Renal tahu jika memang pada dasarnya Elka sudah baper akut banget. Tapi mungkin hanya orang-orang bodoh yang tidak suka dengan paras Renal yang super duper ganteng walau dengan ekspresi biasa saja alias datar-datar rada manja. Elka masih dengan aksi diamnya. Walau sebenarnya dia sangat ingin menyangkal tentang perasaannya yang memang sudah terlanjur berharap. Renal yang melihat gelagat aneh dari wajah Elka, mulai bisa menyimpulkan sendiri jika apa yang dia katakan memang benar adanya. Jika Elka memang sudah menaruh harap padanya. Tapi Renal masih saja stay cool. Hati memang bukan untuk dijadikan mainan. Tapi ungkapan itu hanya sekedar kata-kata yang sejujurnya belum berarti apa-apa. Ya, bisa saja kan Renal akan serius setelah beberapa saat lagi. "Tapi nggak lucu kalau bilang kaya gitu." Ucap Elka dengan nada sedikit kecewa bercampur dengan marah yang sulit untuk dideskripsikan oleh nada suara yang ia keluarkan. Walaupun pelan, tapi Elka ingin sekali berteriak di depan wajah dokter kandungan ini. Berani-beraninya memberikan pengharapan padanya tanpa memberi bukti. Renal menoleh, "udah! Sekarang kerja, katanya kamu mau dapat pekerjaan. Jadi tugas kamu cuma bersih-bersih rumah. Nggak usah masak karena saya bisa masak sendiri. Takutnya masakan kamu nggak higienis dan bakalan bikin perut saya jadi bermasalah." Ucap Renal yang sudah mulai beranjak dengan wajah yang masih lesu. Meninggalkan pembahasan yang sedikit alot dengan Elka. Sedangkan perempuan itu hanya bisa mendengus pasrah. Dia juga harus sadar jika percintaan antara majikan dan pembantu hanya ada dalam kisah di dalam film. Untuk merealisasikan itu di dunia nyata memang sangat sulit. Apalagi Renal itu dokter dan kesan pertama mereka bertemu juga kurang baik. Jadi rasanya itu angan-angan yang nyata. Tapi sekarang mereka tinggal dalam satu atap. Dan kemungkinan cinta itu akan tumbuh semakin dirasa mungkin. Tapi dia butuh tempat tinggal dan juga uang untuk makan. Dengan menjadi ART di rumah Renal setidaknya dia bisa sedikit menghemat pengeluaran untuk acara ngekos atau ngontrak. Jadi, Elka berusaha fokus dengan tugas dan pekerjaannya. Oke Elka, fokus dengan pekerjaan dan jangan mikir yang aneh-aneh apalagi dilamar. Dia cukup waras buat milih kamu jadi pasangan hidupnya. ---oOo--- Elka menatap layar ponselnya. Di sana ada sebuah pesan dari Renal. Elka memang meminta ijin pada Renal untuk bertemu dengan temannya dulu. Jadi, karena sedari pagi Renal berada di rumah sakit, jadilah Elka hanya bisa meminta ijin via pesan. Hembusan napasnya begitu berat, begini ya rasanya sakitnya di PHP. Padahal sudah berharap eh malah dihempas begitu saja. Apalagi Renal itu memang tipe laki-laki idaman banget. "Masih aja kepikiran Pak Bos. Udah tau kamu itu cuma upik abu, ya kali Pak Bos bakalan ngelirik kamu." Ucap Elka dengan sedikit kesal lalu mulai berjalan menuju sebuah tempat makan yang sudah menjadi tempat janjian Elka dan temannya itu. Matanya masih sibuk melirik sana-sini, mencari keberadaan Siska. Siska itu sahabat Elka saat tinggal di rumah pamannya dulu. Sekarang Siska memang sudah punya suami dan tinggal di daerah Kulonprogo. Mungkin dari banyak teman SD-nya, hanya Elka yang masih lajang. Karena faktor ekonomi juga dirinya memilih untuk mencari uang daripada harus menjalin kasih dengan laki-laki. Tapi jika yang mengajak berkomitmen adalah Renal, sudah pasti Elka akan mengiyakan dengan cepat. Tapi nyatanya semua itu hanya sekedar mimpi yang sukar menjadi nyata. Tapi lain cerita jika dia nekat untuk bisa tidur dengan Renal. Pastilah semua impian itu akan terwujud. Tapi dengan catatan, dia akan dibenci Renal karena sudah merusak nama baiknya. Bisa jadi Elka dicap sebagai perempuan yang tidak baik. Bukankah mulut laki-laki satu itu memang ceplas-ceplos. Jika orangnya tipikal baperan, sudah pasti akan sakit hati. Masih aja mikirin Pak Bos. Udah tau semua itu hanya ada dalam mimpi. Nggak usah terlalu mimpi langit mau berdekatan sama bumi. Adanya langit malah meruntuhkan bumi. Kelar deh hidup bumi. Sebuah lambaian tangan di atas mampu menyadarkan Elka dari banyaknya umpatannya. Lalu dengan spontan, senyum manis tergambar di wajah perempuan dengan kaos putih polos dan celana jeans robek di bagian dengkul. Tapi itu bukan bagian dari model jaman sekarang, tapi memang karena dimakan usia jadinya celana jeans itu harus tumbang juga. Menyisakan gurat sobek yang tidak terlalu besar dan bisa dianggap model juga. Ah, abaikan tentang style Elka yang memang payah banget! Elka berjalan santai ke arah Siska, perempuan dengan tubuh yang bulat karena memang dari sananya tubuhnya diciptakan dengan banyak lemak dan juga daging sebagai mahakarya Tuhan yang tiada duanya. Kadang Elka juga heran, kenapa malah Siska duluan yang laku daripada dirinya. Kata teman-temannya, Elka itu cantik dan punya badan yang bagus. Tapi sayangnya adalah, Elka itu tipikal perempuan yang ceroboh dan selalu menjaga jarak dengan banyak laki-laki karena dulu dia merasa cinta belum terlalu penting. Tapi semenjak mengenal Renal, pandangan tentang cinta tak penting sudah musnah semuanya. Tapi biarkan itu cukup menjadi rahasia antara Elka dan juga Tuhan. Nanti Elka akan bilang pada Allah untuk melobi hati Renal jika itu perlu. "Elkaaaaaa, sumpah kangen banget. Aku tu sampai pangling sama kamu. Cantik banget tau ndak," ucap Siska heboh dengan senyuman lebar. Tak lupa kedua pipi tembemnya ikut bergoyang-goyang. Elka hanya tersenyum tipis saja. Pikirannya benar-benar penuh sekali. Apalagi fokus matanya jadi jatuh pada badan temannya yang semakin bulat saja. Mungkin jika bisa, Elka akan menjadikan Siska bola untuk segera ia gelindingkan. Mungkin akan seru dan menyenangkan. Tapi bisa-bisa dia dipenjara sebagai tindak percobaan pembunuhan. Kan serem! "Udah, pesen apa? Nanti aku deh yang bayar. Gimana kabarmu? Terus kapan mau nikahnya? Kamu cantik-cantik masih aja sendiri. Kamu sih nggak mau sama Revi," ucap Siska dengan semangat. Tapi menurut Elka, setiap Siska cerita juga selalu semangat. Tidak ada hari tanpa bersemangat untuk bercerita. Dari hal yang penting sampai tidak penting. Elka menangkup wajahnya sendiri. Revi? Laki-laki yang sekarang katanya paling sukses di antara teman-teman SD-nya. Karena Revi punya pekerjaan tetap sebagai pegawai KUA. Tapi tetap saja, hati itu tidak bisa dipaksa kan ya? Mau mapan bagaimana, tapi jika tidak pakai hati tetap saja susah kedepannya. "Kamu tau sendiri aku nggak suka sama Revi. Dia itu terlalu over protektif. Kita baru deket aja, dia udah berani larang ini itu. Emangnya aku suka dilarang apa?" Ketus Elka mengingat-ingat masa sulit saat bersama laki-laki bersama Revi itu. Ya, walaupun mereka dulu hanya sekedar sebastian atau sebatas teman tanpa kepastian. Siska mengangguk-angguk saja, entah dia paham atau tidak. Pasalnya Siska kalau sudah dihadapkan pada makanan, semua orang yang ada disekitar akan segera dia lupakan. Entah itu manusia atau bukan, yang pasti Siska memilih menghabiskan makanannya ketimbang menggubris orang-orang disekitarnya bercerita. Baiklah mungkin memang terjadi pada orang-orang yang punya tubuh agak gemuk. Mereka cenderung terobsesi pada makanan yang enak. Elka hanya bisa mengaduk es jeruknya. Rasanya segar minum es di siang hari. Ditambah hati yang sedang galau ini memang minta di dinginkan segera. Tapi entah mendinginkannya dengan apa. Siska yang sudah selesai dengan acara makannya segera menatap Elka yang memang sedang dalam mode lemah, lesu, lunglai karena faktor S atau stress. "Eh, aku sampai lupa tujuanku ngajak kamu kesini karena apa. Aku itu mau curhat sama kamu, El. Sebenarnya aku itu curiga kalau aku lagi tekdung," ucap Siska yang membuat Elka menaikkan sebelah alisnya bingung. Maksudnya? Sedangkan Siska hanya bisa menggelengkan kepalanya pusing, "tekdung itu ha-mil, bun-ting," tegas Siska yang membuat kedua bola mata Elka nampak membulat seketika. Bisa juga si tahu bulat hamil? Mau jadi apa badannya kalau hamil nanti. Bisa mirip bola-bola coklat. "Serius kamu?" Ucap Elka dengan senyuman bahagia. Ya, setidaknya dia akan menambah keponakan. Ternyata tinggal dia yang masih sendiri. Kenapa jadi ngenes begini sih. Padahal awal mulanya Elka merasa sudah kokoh. Eh sekarang rasanya mau tumbang saja. Sudah di PHP Renal, eh malah ngenes karena jomblo sendirian. Umur sudah dua empat, tapi belum punya pasangan. Kan sedih! Siska mengeluarkan sebuah barang dari dalam tasnya. Dia segera menggeret Elka untuk menuju kamar mandi. Mereka memang mirip anak SMA yang jika ke kamar mandi tidak berani sendiri dan alhasil berdua atau bertiga dengan temannya. Sudah begitu, bukannya langsung balik ke kelas. Eh malah pakai acara mampir ke kantin atau lihat kakel atau kakak kelas main bola di lapangan. Dan bagi anak SMA, itu adalah masa paling menyenangkan dibalik rasa cemas karena takut ketahuan gurunya. Ayo, siapa yang masa SMA-nya begini? Tak berapa lama, Siska keluar dari kamar mandi dengan membawa sekitar empat barang dengan bentuk stik kecil yang Elka tahu itu adalah test pack. Walaupun dia belum pernah beli sih, setidaknya dia paham lah itu barang untuk apa. Kedua perempuan itu saling berdekatan. Menunggu dua garis merah terbentuk di sana. Dan tak lama, garis itu mulai muncul. Membuat keduanya jingkrak-jingkrak tak jelas. Dan berakhir dengan rasa malu karena beberapa pengguna toilet menatap mereka aneh. "Wahhhh, selamat ya Siska. Kamu bentar lagi bakalan jadi simbok." Ucap Elka dengan nada ceria dan juga heboh tingkat tinggi. Tidak peduli pada orang-orang yang melihat mereka. Anggap saja, itu kebahagiaan yang tidak bisa disimpan terlalu lama. Siska menatap test pack miliknya dan menyodorkannya pada Elka yang sedang senyam-senyum sendiri, "ini buat kamu satu. Doaku buat kamu, supaya cepet dapat jodoh." Ucap Siska yang langsung menaruh benda itu di dalam tas Elka. Tapi mana ada dikasih test pack bisa dapat jodoh. Tapi karena terlalu bahagia, akhirnya Elka tak mau ambil pusing. Akhirnya teman-temannya sudah punya momongan semuanya. Dan mungkin ini hanya tinggal dirinya saja. Baiklah, Elka harus mencari jodoh mulai sekarang. Semangat Elka!!! ---oOo---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD