BAB 8

2078 Words
Matahari menerobos celah-celah jendela kamar Renal yang masih saja tertutup tirai. Suasana pagi yang agak dingin karena shubuh tadi ada sedikit rintikan hujan yang seakan menambah kesan romantis bagi kedua manusia yang saling memeluk dibalik selimut tebal di sana. Renal sedikit menggeliat karena terusik oleh sinar mentari yang mulai menampakkan diri di pukul sembilan ini. Untung kamarnya di desain sedikit cahaya, jadi sinar matahari tidaklah terlalu mengganggu. Renal merasa sedikit pegal pada lengan kirinya yang ternyata menjadi bantalan tidur bagi Elka. Tak sadar dengan posisi mereka yang nampaknya memang cukup romantis. Renal mengusap wajahnya dengan telapak tangan kanannya pelan. Sesekali dia menguap karena masih merasa ngantuk berat. Bukannya bangun, Renal malah menaikkan selimut keduanya ke atas. Menutup tubuh Elka sampai batas leher. Mungkin saja, istri barunya ini merasa kedinginan. Apalagi dia lupa mematikan AC di dalam kamarnya. Pantas dinginnya ekstra tadi. Sampai-sampai mereka berpelukan macam Teletubbies sejak semalam. Ah, rasanya malu sekali jika Renal mengingat tadi malam. Rasanya semalam itu bukan dirinya. Renal yang dingin dan cuek, menjadi Renal yang manis dan hangat. Pokoknya bukan Renal banget lah. Gara-gara mati lampu, dia jadi menghabiskan malam dengan istrinya. Menikmati suasana gelap yang ditimbulkan karena listrik padam sampai tengah malam. Untung bukan saat mereka sedang berpelukan. Kan malu jadinya. Bisa langsung lupa adegan, si Renal. Kan Renal hanya mengingat-ingat adegan demi adegan yang ada di dalam film. Itu saja hanya sampai menit keberapa karena saking takutnya. Dan setelah itu, dia tidak tahu harus melakukan apa! Dan jadilah asal-asalan saja yang penting malam pertama. Malam pertama mereka tidak dihabiskan dengan romantis. Mereka hanya duduk di atas ranjang lalu membuka laptop dan menonton film AADC atau Ada Apa Dengan Cinta karena mati lampu. Begitu saja, Elka sudah senyam-senyum karena satu selimut dengan Renal yang diam saja sambil menatap layar dengan wajah yang super datar. Sedikit banyak mereka sudah mulai bicara walau hanya bicara hal-hal kecil yang terkadang tidak penting. Elka mengeratkan pelukannya pada tubuh Renal yang memang masih lolos tanpa pakaian. Renal hanya diam saja, ya jelas diam saja. Memangnya diam mau apa? Marah-marah karena Elka sudah memeluknya. Dia saja khilaf sendiri tadi malam. Sudah tahu kan kalau laki-laki dan perempuan itu tidak boleh dalam satu ruangan, gelap pula. Tapi untung mereka sudah sah, bisa digrebek tetangga nantinya. Ponselnya kembali berdering, membuat Renal sedikit bergerak untuk menjangkau ponselnya yang memang sejak semalam tidak diam karena ada satu makhluk astral yang rasanya tidak suka melihat kebahagiaannya. Dan manusia itu adalah Arham yang memang suka sekali mengiriminya pesan tak jelas. Membuat Renal harus kembali membeli stok kesabaran karena ulah sahabat kurang ajarnya. Kenapa mereka yang ribet sih. Dia mau malam pertama kek, malam kedua, atau malam-malam aku sendiri. Itu kan hak Renal sebagai pengantin baru yang sangat amat tersiksa sekaligus bahagia. Kenapa pula Arham ini menganggu acaranya saja. Sudah tahu diganggu itu tidak enak, tapi memang sih bocah satu itu kurang perhatian mungkin. Fasha kan sudah punya Kenan, dan Arham terlantar karena Fasha lebih sayang anak. Sayang anak, sayang anak! Dasar bapak-bapak nggak ada kerjaan. Gangguin orang mau istirahat aja. Efek Fasha nggak mau tidur sama kamu kali ya. Jadi kurang belaian gini. Kamu yang kurang belaian, eh aku yang jadi korban. Sana, gangguin yang lain aja. Renal langsung meletakkan ponselnya setelah menulis pesan itu, pagi-pagi sudah diganggu makhluk tak kasat mata. Mungkin efek tidak berdoa saat mau tidur tadi. Pandangan Renal berpindah pada Elka yang masih saja mendusel padanya. Anak ini memang seperti belum pernah tidur dengan manusia. Pasalnya kok seperti Renal itu guling yang sangat nyaman. Bahkan lengan Renal saja sudah mati rasa karena saking pegelnya. Perlahan, kedua kelopak mata itu mulai terbuka. Penampakkan yang pertama Elka lihat adalah Renal. Si ganteng yang tetap ganteng kendati masih belum mandi. Rambut acak-acakan, muka kusut dan juga kantung mata yang kentara. Bukannya melepas pelukannya, Elka malah semakin mendekat. Menyelipkan kepalanya di lekukan leher Renal. Benar-benar sudah tidak ada malu-malunya lagi. Perempuan suka begitu apa ya? "Masih dingin," ucap Elka yang masih memejamkan matanya. Lengannya melingkar di pinggang Renal erat. Mengikis jarak antara keduanya. "Kamu nggak tau ya, tanganku pegel banget. Semalaman kamu tindihin sayang." Ucap Renal yang kelepasan mengucap kata sayang. Membuat Elka langsung mendongak dan menatap tepat di wajah Renal. Membuat hidung keduanya menyatu. "Bilang lagi coba? Ayo bilang," ucap Elka girang. Mencoba membuat Renal membuka mulutnya lalu mengulang kata sayang yang terucap dengan lancarnya. Renal diam lalu buru-buru duduk, membiarkan dadanya terekspos di depan Elka. Alah, belum nikah juga berani lari-lari cuma pakai handuk. Apalagi setelah menikah begini. Mungkin Renal berani lari-lari telanjang. Eh! Takut jantung Elka semakin tidak sehat jika itu sampai terjadi. Elka mendengus, susah sekali meruntuhkan ego laki-laki satu ini. Gengsinya itu setinggi langit. Untung dia sayang, kalau enggak! Ya tetap sayang juga sih. Hanya Renal yang bisa membuat Elka merasa penasaran. Hanya Renal laki-laki yang sering marah-marah tak jelas. Padahal dia tidak melakukan hal-hal yang tidak perlu dilakukan. Renal itu sulit ditebak, jadi mau tidak mau dia sendiri yang harus peka. Elka memeluk Renal dari arah belakang, "makasih ya Mas. Udah mau jadi suami dari orang seperti aku. Aku cuma perempuan yang sangat beruntung karena bisa menikah sama kamu," ucap Elka seraya mengeratkan pelukannya pada Renal. Membuat laki-laki dengan lesung pipi itu hanya tersenyum manis. "Selamat pagi Elka," ucap Renal pelan dan melepas lengan Elka dari perutnya. Sudah terlalu lama istrinya ini menyentuh dirinya. Saatnya Renal harus pergi sekarang. Renal beranjak dari tempat tidurnya, "aku mau keluar bentar. Nggak usah ikut, karena aku nggak mau ngajak kamu." Ucap Renal dengan wajah datar. Membuat Elka harus melempar tatapan kesal sekaligus acuh. Biarkan saja manusia itu mau melakukan apapun. Elka tak peduli. Renal menyambar handuk yang tergantung di sisi depan kamar mandi dan langsung masuk ke dalam. Tidak peduli pada Elka yang kini hanya bisa duduk di ranjang sambil menatap ponsel Renal yang tergeletak di atas ranjang. Ada sebuah panggilan masuk, ada deretan nama yang membuat Elka sedikit harus mengingat-ingat siapa orang yang tengah menelepon suaminya itu. Elka mendengus karena berkali-kali ada panggilan yang namanya saja sudah mengundang emosi. Honey banny sweety baby love love. Nama itu berulang kali tertera di layar ponsel milik Renal. Apa ini yang dimaksud dengan urusan penting. Renal akan bertemu dengan selingkuhannya mungkin. Kenapa nama yang dibuat untuk kontak orang ini terkesan sangat alay. Padahal muka Renal saja tidak ada sama sekali indikasi laki-laki alay. Telepon kembali berdering, Elka tidak bisa menebak-nebak lagi siapa gerangan orang diseberang sana yang diberi nama oleh Renal seaneh itu. Secantik apa sih perempuan itu, sampai Renal bela-belain langsung mandi dan akan pergi. Memangnya dia kurang apa coba? Atau memang Renal tipe-tipe laki-laki yang suka gonta-ganti perempuan? Elka menggeser gambar telepon ke kanan yang artinya untuk mengangkat panggilan itu. Elka hanya bisa menahan kesal saja. Lalu ada suara perempuan dari seberang sana, suaranya benar-benar imut. "Halo dokter Renal," sapa suara diseberang sana dengan sedikit tertawa pelan. Mungkin senang karena diangkat atau apa. Elka sedikit memanyunkan bibirnya kesal. Baru sehari menikah, tapi sudah terbongkar semua sisi buruk dari suaminya itu. Mungkin Elka perlu ikut dalam acara reality show seperti KP atau Katakan Putus. Eh, sudah menikah. Lupa! Berarti KC atau Katakan Cerai. "Dokter Renal bisa kesini kan? Kenan demam, kayanya kangen deh sama Bapaknya. Emang dokter Renal nggak kangen Kenan apa?" Suara di sana semakin membakar api cemburu di dalam hati Elka. Rasanya kesal sekali. Apa Renal itu sudah punya anak yang sengaja dia sembunyikan dari orang-orang? Rasanya Elka ingin menangis saja. Renal baru saja menikah dengannya, tapi kenapa dia harus menerima kenyataan pahit ini. "Hiks, kamu istri simpanannya Mas Renal ya? Kalian udah punya anak? Kenapa nggak ada yang bilang sama aku kalau ternyata Mas Renal udah menikah. Jadi aku yang sekarang jadi simpanan dong," tangis Elka pecah karena rasanya dirinya sedang dalam permainan saja. Air matanya semakin banyak, hanya tinggal suara halo saja yang dia dengar karena sibuk meratapi nasibnya. Apa kabar nasibnya jika ternyata memang benar Renal sudah punya anak. Bagaimana jika Renal meninggalkannya dan tidak akan pernah bersama dengannya lagi. Baru juga beberapa jam mereka bergelut di balik selimut, masa iya setelah itu harus berpisah karena Renal memilih perempuan yang sudah jelas memiliki anak darinya. Renal keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai celana pendek longgar sambil sedikit bersenandung kecil. Tangannya sibuk memegangi handuk untuk mengeringkan titik-titik air yang masih menetes di sana. Baru juga beberapa langkah keluar dari dalam kamar mandi, tatapannya jatuh pada Elka yang meringkuk sambil menangis. Perasaan tadi baik-baik saja. Padahal perasaan tadi baik-baik saja, masih suka senyam-senyum tak jelas. Renal mendekat lalu duduk di ranjang di mana Elka masih saja menangis sambil menatap ponsel Renal yang tergeletak di atas ranjang dengan sambungan telepon yang masih tersambung. Renal menatap ke arah kedua bola mata Elka, memastikan apa yang terjadi pada perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu. "Kenapa? Sakit ya? Maaf deh kalau ada yang sakit," ucap Renal sambil memegang lengan kanan Elka yang masih saja diam dan larut dalam tangisnya. Elka mengelap air matanya pelan dengan punggung tangannya, "enggak ada yang sakit. Mas nggak bilang kalau udah punya istri apalagi anak. Sekarang Mas pasti mau ninggalin aku kan, untuk ketemu anak dan istri Mas. Kenapa sih, Mas nggak pernah cerita. Jadi dugaanku bener kan, kalau mana mungkin dokter ganteng kaya Mas itu masih single," ucap Elka dengan masih terisak. Membuat Renal jadi pusing setengah mati. Rasanya dia tidak nyambung dengan apa yang sedang Elka bahas kali ini. "Apa sih maksudnya?" Ucap Renal dengan wajah bingungnya karena memang dia benar-benar belum punya anak apalagi istri sebelum dengan Elka. Renal memang dokter kandungan, tapi dia mana sempat gonta-ganti pasangan. Elka menatap ke arah ponsel Renal dengan meliriknya. Membuat Renal akhirnya ikut menatap ke arah ponselnya yang masih saja menampakkan deretan nama yang memang belum sempat Renal ganti sejak beberapa saat yang lalu. Jadi ini biang keroknya. Jadi ini adalah penyebab dari Elka marah dan menangis padanya. Hanya gara-gara telepon dan nama kontak yang rasanya memang rada aneh jika dilihat apalagi sampai sudah terbaca oleh mata. Renal baru sadar jika mereka pasti sedang mendengarkan pembicaraannya dengan Elka. Sudah jelas pasutri blangsak itu menguping dan sedang ketawa-ketiwi karena mendengar pertengkaran di siang hari antara Renal dan Elka. Walaupun dia belum sepenuhnya memberi hatinya pada Elka, tapi dia juga bertanggung jawab terhadap perempuan cengeng di depannya ini. Renal memungut ponselnya lalu menempelkannya di telinga kanannya, "heh pasutri kurang ajar, nggak usah sok nggak denger. Kalian sengaja ya mau bikin aku jadi duda satu hari," ucap Renal dengan wajah yang super kesal. Membuat tawa orang-orang diseberang sana. Sudah tahu kan siapa saja orang kurang ajar yang Renal maksud? Arham dan Fasha sedikit tertawa karena tahu jika Renal sedang murka pada mereka. Sedangkan Elka sudah menghentikan tangisnya dan mendekat ke arah Renal karena ikut mendengarkan percakapan Renal dengan kedua manusia yang katanya adalah sahabatnya itu. Ada ya, sahabat senang disaat sahabatnya sedang mengalami masa sulit? Kok tega banget gitu lho! Jadi, usut punya usut. Kontak orang yang muncul dengan nama alay itu adalah kontak Arham. Yang memamg beberapa hari ini Arham ganti karena ingin mengerjai Renal saja. Eh, malah menjadikan suatu masalah yang sebenarnya tidak berat banget. Hanya saja, Elka pikir dia akan segera ditinggalkan begitu saja. Tut. Renal langsung mematikan sambungan teleponnya karena kesal. Dia tidak jadi pergi tapi katanya Kenan sedang demam, dan anak itu pasti sedang rindu padanya. Jadinya, Renal harus menggadaikan rasa kesalnya hanya demi menjenguk Kenan yang memang sedang tidak enak badan. Kasian anak kecil itu jika harus berada di dalam lingkungan orang-orang macam ayah dan bundanya yang sama-sama punya kadar kewarasan di bawah rata-rata. "Ikut," ucap Elka yang sadar jika Renal tetap akan pergi. Meski dia sudah tahu kenyataan yang sebenarnya. Tidak ada istri lain atau anak yang Renal punya. Kenan itu anaknya tapi bukan anak kandung. Tidak mungkin kan dia ikutan berkontribusi dalam pencetakan Kenan. Walau lesung itu adalah miliknya. Tapi biarkan saja. "Kamu nggak percaya aku?" Tanya Renal yang sudah mendekatkan bibirnya ke wajah Elka. Lalu mengecup singkat bibir itu karena gemas. Elka adalah miliknya walaupun Renal benci mengakuinya. Mengaku jika hatinya perlahan berhasil Elka genggam dengan baik. Elka mengalungkan lengannya di leher Renal sambil tersenyum manis, "yang aku tau, aku cuma tertarik sama Mas aja. Janji ya, Mas nggak akan sekalipun menyerah untuk aku," ucap Elka dengan wajah yang hanya berjarak beberapa senti dari wajah Renal. Renal mengangguk, "aku janji apapun itu, sayang. Termasuk menjadikan sesuatu itu hidup dalam rahim kamu." Jawab Renal asal yang membuat Elka dengan senang hati menggetok kepala Renal. "Dasar otak m***m, nggak tau tempat!" Ketus Elka yang hanya mendapatkan umpatan di dalam hati dari Renal. ---oOo---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD