Suara jeritan Malia menusuk, menggema di ruangan itu. Ia terhuyung mundur, punggungnya menabrak dinding dingin. Matanya terpaku pada Demian yang terikat di kursi, wajahnya lebam, dan mulutnya tertutup lakban tebal. Tubuh Demian gemetar, tatapannya penuh permohonan. "Papa... Apa yang Papa lakukan...?" Malia berbisik, suaranya parau, hampir tak terdengar. Ia menatap Sang Papa dengan tatapan yang sama sekali asing, penuh kengerian. Pak Subagja berbalik menghadap Malia. Wajahnya tenang seperti biasa, seolah yang nampak di depan matanya adalah hal yang wajar. "Papa melakukan ini untukmu, Lia, dan untuk Mario. Dia adalah penyebab semuanya!" Jawabnya, tangannya bergetar menunjuk Demian. "Ini adalah keadilan yang tidak bisa diberikan oleh polisi dan hukum yang tunduk pada kekuasaan Jenderal itu

