Cahaya kota senja merayap turun dari celah jendela, memantul di kaca-kaca tinggi gedung bertingkat dan meresap ke ruang kaca hotel tua itu. Bangunan yang pernah menjadi simbol kejayaan masa lampau kini berdiri bagai artefak dari waktu yang enggan bergerak. Cat dindingnya telah memudar, ukiran kayunya penuh gurat usia, dan udara di dalamnya menguarkan aroma campuran bunga artifisial, karpet lembap, dan sejarah yang lama terkubur. Josephine duduk di salah satu ruangan paling tersembunyi dari hotel itu, pada kursi tinggi berlapis kulit yang menua dan berderit setiap kali ia berubah posisi. Di hadapannya, Ethan duduk dengan tenang—terlalu tenang—seolah ruang senyap, waktu yang melambat, bahkan hawa aneh di tubuh Josephine mampu mengganggu keseimbangan samar yang ia tunjukkan. Josephine menata

