bc

When Beast Doesn't Love Beauty

book_age18+
929
FOLLOW
5.5K
READ
possessive
family
age gap
body exchange
dominant
aloof
beast
mystery
monster
virgin
like
intro-logo
Blurb

Devon, manusia dengan kutukan singa di dalam jiwanya, yang hanya bisa disembuhkan oleh keturunan pertamanya dari sebuah hubungan cinta sejati.

Celine, wanita muda sebatang kara yang diselamatkan Devon dari pemerkosaan dan dibawa ke istananya.

"Ouh Tuhan, jangan katakan bahwa pria itu barusaja keluar dari kamar yang sama dengan Grisella! Apa yang mereka lakukan dari semalam? berada di satu kamar hanya berdua? Lalu apa yang dia lakukan padaku malam tadi? Ouh tidak! Tidak! Tidak! Ini semua salahku! Aku yang bodoh! Aku yang secara sadar mau menyerahkan kesucian ku padanya tanpa menuntut apapun! Ya akulah yang bodoh! Akulah yang menjadi gadis murahan, gadis penggoda disini. Ini semua salahku, terlalu berharap lebih pada pria yang telah jujur mengatakan tak mau terikat dalam pernikahan."

Batin Celine dengan sangat nyeri dan sakit menatap ke atas pada tuan muda, tanpa sadar air mata kembali mengalir di pipinya.

chap-preview
Free preview
PROLOG
Semua kisah ini berawal dari 1000 tahun yang lalu, pada suatu wilayah yang bernama Heartland di benua Eropa. Sang penguasa di wilayah itu, Tuan Leonell Freonheart akhirnya mendapatkan keturunan setelah menikah 12 tahun lamanya. Sekian banyak gunjingan yang menerpa pasangan suami istri penguasa ini, namun mereka tetap mampu menghadapinya dengan menjaga kesetiaan dan kepercayaan masing-masing. Seorang putra, ya putra mahkota yang nantinya dipastikan menjadi penguasa berikutnya di wilayah Heartland. Bahagia? Tentu saja mereka berbahagia, sangat berbahagia, bahkan rakyat merekapun juga turut berbahagia dan mengagungkan sang putra yang baru saja lahir. Bahkan para penyihir putih pun ikut memberikan mantra berkat mereka kepada sang Putra Mahkota. Namun ada satu sosok yang iri dengan kebahagiaan mereka, dia adalah adik sepupu dari Tuan besar Leonell, yang bernama Clover Cloudenheart. Ambisi pada kekayaan dan kekuasaan telah membutakan hati Clover. Jika saja Leonell tidak mendapat keturunan, maka seluruh harta dan kekuasaannya sudah dipastikan jatuh pada keturunan Clover. Clover pun meminta bantuan dari seorang penyihir hitam ternama di benua Eropa. Penyihir itu mengirimkan sebuah kutukan bagi putra Leonell yang barusaja lahir. Tuan Leonell dan istrinya melihat adanya kekuatan sihir gelap yang memasuki istana utama Heartland dan menuju ke kamar anak mereka. Leonell dan istrinya segera berlari naik ke atas menuju kamar itu, dan sangat terkejut saat kekuatan sihir gelap itu telah merasuk ke dalam jiwa putra mereka. Leonell dan istrinya tak mengerti apa pengaruh sihir gelap itu terhadap putra mereka, hingga keesokan malam harinya sesuatu merubah wujud putra mereka menjadi seekor singa. Singa itu masih kecil nampak sesuai dengan usia Putranya Tuan Leonell, dan ketika matahari mulai bersinar, putra Leonell kembali ke wujudnya sebagai manusia.   Setelah memperhatikan perubahan pada putranya selama tiga hari tiga malam, maka Leonell dan istrinya memutuskan memanggil para penyihir putih untuk mengobati putranya, namun tak ada yang mampu menyembuhkan putranya itu. Sang pemimpin penyihir putih teringat bahwa masih ada tersisa satu penyihir putih yang memang belum memberikan mantra berkatnya pada sang Putra Mahkota, karena dia sedang dalam pertapaannya. Leonell beserta istri dan sang putra pun pergi mencari penyihir putih yang terakhir itu, dan saat dia telah menemukannya dalam pertapaannya, Leonell pun menceritakan kisah sang putra. Sayang sekali penyihir putih itupun tak mampu mengalahkan sihir gelap dalam diri sang putra mahkota.   "Maaf tuan,  kekuatan sihir gelap ini tak dapat dilawan dengan apapun, namun aku memiliki cara lain untuk dapat menghilangkannya dari tubuh sang Putra Mahkota, tak bisa langsung terlihat namun setidaknya ada sebuah harapan baginya untuk dapat kembali sebagai manusia seutuhnya." Ucap penyihir putih itu. Lalu wanita berambut putih yang terlihat masih sangat sehat dan kuat itu membacakan mantra berkatnya bagi sang putra sambil mengayunkan tongkat sihirnya. "Kiranya segala kekuatan sihir gelap yang menguasaimu dan ingin mencelakaimu, dapat dimusnahkan dengan cinta suci dari seorang wanita yang memiliki darah suci." Ucap wanita itu melafalkan mantra berkatnya bagi sang Putra Mahkota.   Leonell kembali membawa putra nya ke istana, namun tanpa diduga Clover telah menyebarkan berita tentang kutukan sang putra mahkota pada rakyat, sehingga rakyat sangat menolak atas kembalinya putra mahkota terkutuk itu ke wilayah  Heartland. Leonell dan istrinya yang sangat menyayangi sang putrapun akhirnya memilih melepaskan kekuasaan mereka atas wilayah Heartland kepada Clover dan keluarganya. Mereka lebih memilih untuk menemani sang putra di tempat pengasingan yang sangat jauh dari istana Heartland, ke atas sebuah bukit yang tinggi dan dikelilingi oleh hutan yang sangat menyeramkan, jauh dari keramaian wilayah Heartland.   Pemimpin penyihir putih pun merasa kasihan hingga dirinya merasa perlu mengutus seorang penyihir putih untuk mampu menjaga Tuan Leonell dan keluarganya selama dalam pengasingan. Pilihan jatuh pada Penyihir terakhir, dialah yang diutus untuk menjaga keluarga Tuan Leonell.  Di tengah perjalanan dalam hutan itu, mereka bertemu sekelompok manusia yang dikenal dengan sebutan garda singa. Mereka adalah kelompok manusia yang terlahir dengan kekuatan dewa, yaitu mampu mengendalikan segala hewan yang ada di bumi ini, juga mampu berbicara pada semua binatang yang ada di bumi ini. Sang ketua Garda singa itu rupanya mampu melihat sosok singa dalam diri sang putra. Dia pun juga merasa kasihan pada sang putra hingga memutuskan untuk menugaskan dua orang garda singa supaya menjaga dan mengendalikan singa dalam diri sang putra mahkota itu, karena singa dalam tubuh sang putra itu juga akan bertumbuh bersamaan dengan bertumbuhnya sang Putra Mahkota menjadi dewasa dan menemukan cinta sucinya. **** Seribu tahun telah berlalu.   Wilayah Heartland pun telah musnah karena ketamakan dan kesombongan Clover bersama keluarganya, dan kini Heartland telah berganti menjadi sebuah kota metropolis di benua Eropa. Begitu juga dengan istana Heartland yang bernasib sama dengan para penguasanya yang telah tiada. Berbeda nasib dengan istana Freonheart, tempat Leonell dan keluarganya tinggal dalam pengasingan itu, masih tetap berdiri kokoh di atas sebuah bukit yang tinggi.Leonell dan istrinya memang telah tiada karena usia mereka tidaklah abadi, tapi berbeda dengan sang putra yang justru menjadi abadi akibat dari kutukan sihir gelap itu. Begitu juga dengan penyihir putih dan garda singa yang mendapat tugas menjaga sang putra, mereka pun terikat pada tugas mereka sehingga ikut hidup abadi bersamaan dengan sang putra. ****   Celine Wilder, 20th, mahasiswi sekaligus karyawan part time sebuah cafe di kota metropolis itu, sedang dalam masa berkabungnya setelah siang tadi ibunya barusaja dikuburkan. Celine terus melangkah berjalan dari siang tadi hingga petang hari tanpa lelah, tanpa tujuan, dengan pakaian serba hitamnya. "Aku bisa! Ya! Aku pasti bisa! Aku harus bisa hidup sebatang kara mulai saat ini!"  Pikirannya terus meracaukan kalimat itu sepanjang perjalanannya sedari tadi. Hujan yang mengguyur kota sejak satu jam yang lalu pun tak dihiraukannya, hanya terus melangkah tanpa berteduh, hingga pakaiannya basah kuyup.   Crep! Mendadak tangannya dicekal oleh seseorang dan bagai dilempar tubuhnya kini berada di tembok sedikit tersembunyi dari jalan raya. Tubuh Celine dihimpit oleh tiga orang pria berbadan besar dihadapannya dengan seringai m***m menatap ke arah Celine.   "a..a..apa yang kalian inginkan? Jangan ganggu aku!" Ucap Celine dengan menggigil dan degup jantung yang kencang karena ketakutan. "Tenanglah gadis cantik, kami hanya ingin membantu menghangatkan tubuhmu." Sahut seorang pria itu. "Jangan, kumohon jangan sakiti aku."ucap Celine memohon. "Hahahaha, kami tak akan menyakitimu gadis cantik, kami ingin berbaik hati menolongmu." Ucap pria itu sambil membelai pipi Celine, sedangkan dua pria lainnya mulai membelai lengan kanan dan kiri Celine. Tubuh Celine semakin bergetar menggigil karena ketakutan yang semakin besar dan angin dingin yang menyerang tubuhnya. Celine memilih memejamkan matanya dan menangis, tak ada lagi yang mampu dia lakukan untuk melawan, saat ketiga pria itu mulai mencumbu leher dan tangannya juga wajahnya. Celine merasa semakin lemah kakinya tak mampu lagi berdiri, tubuhnya merosot ke bawah dengan sendirinya dan dunianya semakin gelap mulai hilang kesadarannya. Sebelum kesadarannya sepenuhnya menghilang, sayup-sayup Celine mendengar para pria itu pergi meninggalkan dirinya dengan ketakutan.   "Maafkan Celine ibu, maafkan Celine ayah, Celine ternyata tak mampu hidup sendiri. Celine mau menyusul kalian sekarang saja."  Batin Celine sebelum akhirnya dunianya benar-benar gelap dan kesadarannya tidak ada lagi. ****   Esok pagi hari. "Pagi bibi Milly, bagaimana keadaan gadis itu saat ini?" Tanya seorang pria dewasa yang sangat sempurna itu pada seorang wanita yang telah berambut putih namun masih sangat sehat. Devon Savage Freonheart, sang Tuan Muda dari istana Freonheart.   "Dia sudah lebih baik Tuan Muda, namun dia tetap belum sadarkan diri. Menurut dr.Hilda, dia hanya perlu beristirahat beberapa hari untuk memulihkan kesehatannya kembali." Jawab bibi Milly. "Baiklah, tolong jaga dia dengan baik, katakan pada Grisella untuk tidak membunuhnya, karena aku belum menyentuhnya sedikitpun." Ucap Tuan Muda berpesan pada wanita berambut putih itu. "Baik Tuan Muda." Sahut bibi Milly. "Terkadang aku bingung dengan Grisella, dia selalu saja membunuh setiap gadis yang aku tiduri, bagaimana aku bisa lepas dari kutukan ini jika semua gadis dibunuh olehnya sebelum mereka sempat memberikan cinta dan keturunan bagiku?! Hhhuuuuhhhhhh!!!" Keluh sang Tuan Muda menghela napas panjang dan berat. "Itu karena gadis-gadis yang selalu Tuan Muda bawa memang bukan kriteria gadis yang ditakdirkan untuk Tuan Muda." Sahut bibi Milly.   "Maaf bibi Milly, aku tidak sarapan pagi ini karena aku harus segera tiba di kantor sebelum jam 8, tolong lakukan tugasmu bibi Milly." Ucap Tuan Muda itu, dan seperti hari-hari sebelumnya wanita berambut putih itu mengayunkan tongkatnya dan melafalkan mantranya memberkati dan melindungi sang Tuan Muda. "Terima kasih bibi Milly, aku berangkat sekarang." Ucap sang Tuan Muda memeluk wanita tua itu sesaat lalu melangkah pergi. Bibi Milly pun tersenyum menatap sang Tuan Muda itu melangkah pergi.   "Semoga gadis yang ini adalah gadis yang ditakdirkan bagi Tuan Muda."  Batin bibi Milly berharap bagi kesembuhan sang Tuan Muda dari kutukannya. "Pagi bibi Milly." Sapa seorang wanita cantik mengejutkan wanita tua itu. "Eh nona Grisella, anda mengejutkan saya." Sahut bibi Milly. "Ada aroma manusia, apakah Tuan Muda membawa gadis lagi semalam?" Tanya Grisella "Iya nona, semalam Tuan Muda membawa seorang gadis, tapi dia membawanya karena kondisi gadis itu sangat lemah dan demam tinggi. Tadi Tuan Muda sudah berpesan supaya nona Grisella tidak membunuhnya, karena Tuan Muda belum menyentuhnya sedikitpun, dia hanya ingin menolong gadis itu saja." Sahut bibi Milly. "Ehm..seperti itu ya, tapi jika aku cium aromanya kenapa seperti berbeda dengan gadis yang biasa Tuan Muda bawa ya?" Ucap Grisella. "Iya nona Grisella, saya juga merasakannya. Semoga dia adalah gadis yang ditakdirkan bagi Tuan Muda." Sahut bibi Milly, Grisella mengangguk tersenyum. "Semoga saja bibi Milly, karena kita juga semakin tua, kekuatanku dan Otista juga tidaklah sekuat dulu, semoga Tuan Muda secepatnya menemukan gadis takdirnya. Kekuatan Tuan Muda semakin lama semakin kuat, aku takut tak bisa lagi mengendalikannya, belakangan ini pun Tuan Muda lah yang lebih banyak mengendalikan singa dalam dirinya." Ucap Grisella. "Anda benar nona Grisella, entah apa jadinya jika kita akhirnya justru mati di tangan Tuan Muda sendiri sebelum gadis itu ditemukan untuknya. Sihir gelap itu terlalu kuat, semakin tumbuh kuat dalam diri Tuan Muda karena Tuan Muda terus mendapatkan kesucian dari banyak gadis selama ini. Semoga ini gadis terakhir dan dapat menyembuhkan Tuan Muda dari kutukan sihir gelap." Sahut bibi Milly. "Aku akan melihat gadis itu dan memeriksanya, semoga bisa kutemukan tanda bahwa dia benarlah gadis yang ditakdirkan untuk kesembuhan Tuan Muda." Ucap Grisella lalu naik. "Saya juga ikut nona Grisella." Sahut bibi Milly lalu ikut naik ke atas mengikuti Grisella.   Ceklek Pintu kamar dibuka, masuklah Grisella dan bibi Milly dengan perlahan. Mereka mendekati tempat tidur itu, menatap wajah gadis yang terlelap itu. "Bibi, coba dibuka telapak kakinya, apakah tanda itu ada disana?" Pinta Grisella dan bibi Milly pun memeriksanya. "Tidak ada Nona." Sahut bibi Milly "Coba periksa di balik punggungnya, di bagian atas pantatnya." Pinta Grisella. Bibi Milly perlahan membuka selimut yang menutupi sebagian tubuh gadis itu, dan membalikkan tubuh gadis itu perlahan supaya tidak mengganggu istirahatnya, lalu mengangkat pakaiannya. ADA. Beberapa bercak berwarna coklat yang jika diperhatikan dan dihubungkan akan membentuk rasi bintang Leo. Grisella dan bibi Milly pun terkejut saling menatap namun kemudian tersenyum bersama dengan perasaan lega. "Pastikan itu adalah tanda lahir bukannya tatto yang biasa dibuat oleh manusia." Pinta Grisella. Bibi Milly pun melihat lebih dekat dan memeriksanya, mencoba menghapusnya dengan tongkat sihirnya, namun tetap tidak hilang. "Ini tanda lahir yang asli Nona, ini adalah tanda takdir hidupnya." Sahut bibi Milly. "Akhirnya kita bisa menemukan gadis pembawa takdir kesembuhan itu, sekarang kita harus mencari cara bagaimana membuat gadis ini mencintai Tuan Muda dan mengandung keturunannya." Ucap Grisella. "Sepertinya hal itu akan lebih susah dibandingkan usaha kita dalam menemukan dirinya." Sahut bibi Milly.   Grisella menghela napas berat, lalu melangkah keluar dari kamar itu. "Jagalah gadis ini dengan baik bibi, usahakan dia tidak meninggalkan istana ini." Pesan Grisella sebelum menutup pintu kamar itu dan menghilang dibaliknya.   Bibi Milly lalu menutup kembali pakaian gadis itu dan menatapnya tersenyum. "Sang pencipta telah mengirimkan dirimu bagi Tuan Muda disaat yang tepat. Semoga dirimu mampu memberikan cinta suci dan keturunan bagi Tuan Muda, yang bisa menghilangkan sihir gelap dalam diri Tuan Muda." Batin bibi Milly berharap. Bibi Milly mengeluarkan tongkat sihirnya, dan mengarahkan pada gadis itu. "Dilindungilah dirimu oleh banyak anugerah dari sang Pencipta, dijauhkan lah dirimu dari segala yang jahat." Bibi Milly membacakan mantra nya untuk melindungi gadis muda itu dari banyak kemungkinan yang bisa membahayakan dirinya. Karena jika sesuatu yang buruk menimpa gadis itu, maka sesuatu yang buruk juga sudah pasti menimpa Tuan Muda, yaitu selamanya Tuan Muda itu akan hidup dalam kutukan tanpa bisa disembuhkan.   Euughh.... Gadis itu menggeliat, mulai menunjukkan tanda bahwa dia telah sadar. Bibi Milly segera menyimpan tongkatnya dalam pakaian pelayannya.   Gadis itu perlahan membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang ada di sekitarnya. Gadis itu melihat ke sekitar berusaha mengenali tempat itu, hingga akhirnya melihat bibi Milly yang tersenyum menatapnya.   "Selamat pagi nona, bagaimana keadaan anda?" Sapa bibi Milly dengan lembut. "Eh, sa..ya..dimana ya? Anda siapa?" Tanya gadis itu. "Saya bibi Milly, saya pengurus segala kebutuhan di rumah ini. Semalam anda dibawa oleh Tuan Muda dalam keadaan tidak sadarkan diri dan demam tinggi juga pakaian yang basah seluruhnya. Sekarang anda berada di istana Freonheart." Jawab bibi Milly. Seketika gadis itu langsung bangun dari posisi tidurnya dan duduk lalu sedikit mundur menjauh dari tempat bibi Milly berdiri. Gadis itu terlihat ketakutan setelah  mendengar ucapan bibi Milly. "I..ini...is..ta..na.. Freonheart?" Tanya gadis itu dengan gemetar. Bibi Milly tersenyum mengangguk. "Mengapa anda terlihat sangat ketakutan dengan istana ini?" Tanya bibi Milly. "ma..ma.af. saya mendengar banyak cerita menyeramkan tentang istana ini." Sahut gadis itu lalu melihat sekelilingnya lagi. Kamar ini terlihat tenang, nyaman namun terasa dingin dan di d******i warna hitam, sangat cocok dengan cerita menyeramkan yang beredar diluar.      "Cerita apa saja yang sudah anda dengar tentang istana ini nona?" Tanya bibi Milly. "Banyak gadis yang tidak kembali lagi setelah masuk ke istana ini. Bibi, apakah saya akan bisa kembali ke rumah saya lagi? Tolong katakan kalau saya tidak akan menghilang karena dibunuh di istana ini." Ucap gadis itu dengan polosnya. Bibi Milly tersenyum lebar. "Anda bisa pulang ke rumah anda lagi nona, tapi setelah kondisi anda dipastikan sehat." Sahut bibi Milly. "Bolehkah saya pulang sekarang?" Tanya gadis itu lagi. "Maaf, anda harus menunggu Tuan Muda kembali, setidaknya anda harus berterima kasih padanya karena telah menolong anda, bukankah begitu baiknya nona?" Sahut bibi Milly. "ehm..iya bibi, baiklah saya akan menunggunya kembali. Kapan dia kembali bibi?" Tanya gadis itu lagi "Tuan muda akan kembali saat sore hari." Sahut bibi Milly "Sebaiknya anda membersihkan diri lalu sarapan nona, saya akan menyiapkan kebutuhan anda untuk mandi." Ucap bibi Milly lalu melangkah ke kamar mandi yang ada di kamar itu.   "Ya Tuhan, semoga aku bisa keluar dari istana ini dalam keadaan hidup dan sehat seutuhnya. Kamar ini saja sangat membuatku merinding. Bibi tadi apakah dia manusia? Atau dia sebenarnya...???? Hiiiii......" Pikiran Celine terus membuat dirinya merinding dengan hal-hal seram yang mungkin ada di sekitarnya saat ini.   Ya, tentu saja gadis itu Celine Wilder. Dia pingsan karena demam tinggi setelah berjalan jauh dan di guyur air hujan selama satu jam. Para pria bertubuh besar itu meninggalkan dirinya sebelum memperkosanya karena takut jika Celine meninggal saat itu. Tuan muda yang kebetulan lewat jalan itu bersama Otista, lalu berhenti dan memutuskan untuk menolongnya. Tuan muda membawanya ke istana Freonheart, karena tak mungkin dibawa ke tempat lain, mengingat Tuan Muda akan berubah wujud menjadi singa pemburu saat tengah malam tiba.   "Nona, silahkan, anda bisa membersihkan diri sekarang." Ucap bibi Milly mengembalikan Celine ke dunia nyata. "Eh.iya bibi, terima kasih. Mmmm... maaf bibi, kalau boleh panggil saja saya Celine." Sahut Celine berusaha tersenyum.  "Baiklah nona Celine." Ucap bibi Milly "Eh..tanpa nona, hanya Celine. Ya, cukup Celine." Sahut Celine dan mulai turun dari tempat tidur mencoba berdiri namun tubuhnya ternyata masih lemah, dan membuatnya limbung lalu terduduk lagi di tepi tempat tidur.   Bibi Milly segera mendekat secepat kekuatan cahaya untuk menolong memapah tubuh Celine. Celine sedikit terkejut dengan pergerakan bibi Milly barusan, namun kebingungannya segera teralihkan saat mendengar ucapan bibi Milly yang melakukan panggilan intercom. "Kirim 5 pelayan ke kamar tamu, untuk membantu memandikan nona Celine" ucap bibi Milly dan tidak sampai lima menit kini telah masuk 5 orang pelayan seperti perintah bibi Milly. Celine masih menganga terkejut dengan semua hal yang terjadi serba cepat di tempat ini. "Eh..bibi..tidak perlu pelayan, saya bisa mandi sendiri." Ucap Celine. "Maaf nona Celine, saya tidak mau mengambil resiko terkena amarah Tuan Muda, jika sampai membuat nona Celine terluka. Kondisi nona masih lemah, jadi biarkan pelayan membantu anda." Sahut bibi Milly. "Eh..ta.tapi mungkin 2 orang sudah cukup, tidak perlu sebanyak ini bibi Milly." Ucap Celine tersenyum ragu. "Baiklah nona, hanya 2 pelayan yang akan membantu anda." Sahut bibi Milly lalu memberi kode pada yang lainnya untuk keluar.   Celine pun membersihkan diri dengan bantuan 2 pelayan tadi. Tidak, bukan sekedar mandi, ini bagaikan melakukan perawatan spa lengkap di pusat kecantikan yang mahal. Celine pun telah merasa segar setelah dua jam dia mendapat pelayanan khusus bagai putri kerajaan. Hatinya juga ikut merasa nyaman tidak setakut saat awal tadi. Bibi Milly yang menunggu di kamar pun lalu membawa Celine menuju ke ruang makan.   "Silahkan duduk nona Celine." Ucap bibi Milly. Celine masih bingung menatap ruang makan itu, ruangan yang sangat luas dengan meja yang sangat panjang dan deretan bangku yang ada di sampingnya juga di tiap ujungnya. Total ada 12 bangku disana. "Sebanyak inikah orang yang tinggal di istana ini? Apakah mereka sebuah keluarga besar? Sungguh senangnya memiliki banyak anggota keluarga, tidak seperti diriku yang kini menjadi sebatang kara, sendirian menghadapi hidup ini." Batin Celine kembali sedih mengingat kehidupannya.   "Nona Celine, anda baik-baik saja?" Tegur bibi Milly karena melihat Celine hanya terdiam berdiri melamun bahkan terlihat ada genangan air di pelupuk matanya. "Eh.ah.maaf, iya aku baik-baik saja." Sahut Celine lalu mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengusapnya. Celine lalu duduk di salah satu bangku yang terletak di ujung meja.   Pelayan mulai menghidangkan makanan dihadapan Celine. "Terima kasih." Ucap Celine pada pelayan itu. Bibi Milly tersenyum melihat sikap Celine yang rendah hati dan sangat menghargai orang lain sekalipun mereka hanya pelayan.   "Gadis ini sungguh jauh berbeda dengan semua gadis yang pernah tuan muda bawa kemari."  Batin bibi Milly menghela napas panjang merasa lega dan senang.   "Bibi Milly, anda tidak ikut sarapan bersamaku?" Tanya Celine. "Tidak nona, saya sudah sarapan pagi tadi. Terima kasih." Sahut bibi Milly dan Celine hanya mengangguk tersenyum lalu menyantap sarapannya.  ****   Sore hari. "Syukurlah anda sudah kembali Tuan Muda." Sapa bibi Milly menyambut sang Tuan Muda yang barusaja tiba. "Semua berkat doamu bibi Milly. Bagaimana gadis itu? Apakah dia sudah sadar?" Tanya tuan muda. "Sudah Tuan Muda, tapi dia selalu ingin cepat pulang ke rumahnya. Saya memintanya untuk menunggu sampai Tuan Muda kembali." Sahut bibi Milly. "Dimana Grisella? Apakah dia sudah mengetahui tentang gadis itu?" Tanya Tuan Muda. "Nona Grisella sedang menemani nona Celine di kamar tamu, dia mengajaknya bercakap-cakap supaya tidak bosan." Sahut bibi Milly dan Tuan Muda itu nampak mengernyitkan keningnya bingung dan tak percaya. "Grisella tidak ada keinginan untuk membunuhnya? Aneh sekali." Ucap sang Tuan Muda lalu tanpa menunggu jawaban dari bibi Milly, Tuan Muda itu langsung melesat cepat menuju ke kamar tamu.   "AAAAA....!!!! SIAPA KAMU?! TIDAK SOPAN!!! MASUK KE KAMAR ORANG TIDAK MENGETUK PINTU TERLEBIH DAHULU!!!" teriakan Celine terdengar menggema dari dalam kamar tamu. Bibi Milly segera menuju ke kamar tamu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Bibi Milly nampak bingung dengan situasi yang dilihatnya. Nona Grisella yang tertawa, nona Celine yang menutupi tubuhnya dengan selimut, wajah tuan muda yang nampak sangat kesal menatap ke arah Celine.   "Gggrrr....!!Aku pemilik rumah ini! Jadi aku tak perlu mengetuk pintu pada semua ruangan yang ingin aku masuki!" Ucap Tuan Muda dengan  nada kesal geram. "Eh. an..anda Tuan Muda yang dimaksud bibi Milly?" Tanya Celine ragu.   Tuan muda hanya diam menatap tajam pada Celine, tidak menjawab apapun karena masih kesal sekaligus gairahnya yang naik begitu mudahnya pada gadis itu. Seumur hidup tak ada yang berani membentak maupun berteriak memarahinya, juga membuat gairahnya naik semudah ini tanpa bersentuhan.   Celine akhirnya menatap ke bibi Milly  dan mendapatkan anggukan kepala. "Ah.maaf.. tapi setidaknya ini kamar tamu, Jadi jika ada tamu di kamar ini, anda seharusnya mengetuk pintu terlebih dahulu. Bagaimana jika tadi saya berdiri dalam keadaan telanjang? Untung saja saya ada di atas tempat tidur jadi bisa menutupinya dengan selimut." Ucap Celine lagi. "Ggrrrr.....! Memangnya apa yang sedang kalian lakukan hingga kamu tidak memakai pakaianmu?" Tanya Tuan Muda menggeram lagi karena dia sungguh harus menahan nafsunya, karena sesungguhnya dengan kekuatan yang dimiliki dari sihir gelap itu, dia tetap dapat melihat tubuh telanjang Celine meski tertutup selimut. "Grisella sedang memeriksa kesehatanku, jadi aku membuka pakaianku." Jawab Celine dengan polos. Grisella berdiri dan melangkah menghampiri Tuan Muda. "Sudahlah Tuan Muda, jangan terlalu galak padanya. Aku tahu sebenarnya anda sangat bernafsu padanya, baik-baik lah padanya supaya dia bisa menyembuhkan anda." Ucap Grisella sedikit berbisik lalu melangkah lagi menuju pintu hendak keluar. "Siapa juga yang bernafsu pada tubuh kecil seperti itu!" Sahut sang Tuan Muda berkelit. Grisella hanya tertawa lalu menghilang keluar dari kamar itu. "Saya permisi dulu Tuan Muda, masih ada yang harus saya kerjakan." Bibi Milly pun ikut berpamitan dan kini hanya ada Tuan Muda dan Celine dalam kamar itu.   Hening tak ada pembicaraan, keduanya masih pada posisi masing-masing. Celine nampak canggung ditatap tajam oleh pria dihadapannya. "Eh..ehm..terima kasih sudah menolongku." Ucap Celine pada akhirnya. Tuan muda itu masih tetap berdiri diam menatap Celine. "Kalau boleh saya ingin pulang sekarang, menurut dr.Hilda saya sudah sehat, Grisella juga mengatakan hal yang sama. Jadi tolong ijinkan saya pulang ke rumah saya." Ucap Celine lagi menunduk dan sesekali mencuri menatap tuan muda yang sangat tampan itu. "Baiklah, saya akan meminta Otista untuk mengantarkanmu pulang, lagipula tak ada gunanya menahanmu tetap disini!" Sahut Tuan Muda dan Celine merasa lega meski sedikit tersinggung dengan jawaban pria itu. "Eh. Otista? Siapa dia? Tidak perlu Tuan Muda, saya bisa naik taxi sendiri, tidak perlu merepotkan siapapun lagi, hari ini saya sudah merepotkan banyak pelayan di rumah ini." Ucap Celine. "Apa kamu tahu sekarang kamu berada dimana?" Tanya tuan muda. Celine langsung menepok keningnya. "Astaga! Anda benar, ini istana Freonheart, yang letaknya diatas bukit sangat jauh dari kota. Baiklah, biarkan Otista mengantarkan saya. Terima kasih Tuan Muda." Sahut Celine tersenyum lebar.   Tuan muda itu masih terus berdiri disana menatap terus ke arah Celine. Celine merasa canggung dengan tatapan itu. "Ehm...Tuan Muda, bisakah anda meninggalkan saya sendiri? Karena saya harus memakai pakaian saya." Ucap Celine ragu-ragu. Tuan muda itu tanpa berkata apapun hanya berbalik badan dan melangkah pergi dari kamar itu. Celine pun bernapas lega setelah tuan muda itu menutup pintu kamar dan menghilang dibaliknya.   "Tuan Muda yang angkuh! Memang wajahnya sangat tampan tapi sayang sekali sikapnya terlalu angkuh." Ucap Celine menggerutu sambil memakai pakaiannya. Celine turun ke bawah setelah berkemas dan membawa tas tangannya. Saat berjalan di tangga dia melihat Tuan Muda itu sedang duduk di ruang tamu bersama Grisella.   Keduanya lalu menatap Celine bersamaan.  "Lihat baik-baik Tuan Muda, gadis cantik seperti itu akan anda lepas begitu saja?" Ucap Grisella        "Aku tidak menyukainya, dia bukan tipe ku Grisella." Sahut Tuan Muda, namun matanya terus tertuju pada Celine yang melangkah turun satu persatu anak tangga. Grisella menoleh pada Tuan Muda itu dan hanya tersenyum sinis penuh arti. "Baiklah, suruh saja dia pergi, tapi ingat! jangan pernah memintaku ataupun Otista untuk mencari keberadaannya saat anda menyesal nanti." Ucap Grisella. "Aku tak akan menyesal, aku juga tak akan mencarinya Grisella." Sahut Tuan Muda tapi tetap masih menatap Celine tanpa berpaling. Grisella hanya mendengus kesal pada keangkuhan Tuan Muda di sampingnya.   "Saya sudah siap Tuan Muda, terima kasih sudah menolong saya. Saya akan pergi sekarang. Terima kasih Grisella sudah menemaniku sepanjang hari." Ucap Celine saat sudah berada di hadapan keduanya. "Aku senang berkenalan denganmu Celine, mungkin lain kali kita bisa pergi bersama untuk menghabiskan waktu luang kita." Sahut Grisella tersenyum, Celine pun mengangguk, dirinya sangat canggung dengan tatapan sang Tuan Muda yang tak pernah lepas sedari tadi.   Seorang pria muda melangkah masuk ke dalam ruangan itu. OTISTA "Dia Otista, dia yang akan mengantarkanmu pulang." Ucap Tuan Muda itu. "Hai, aku Otista, senang berkenalan denganmu." Sapa Otista ramah sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Celine. Celine tersenyum dan menjabat tangan Otista. "Saya Celine Wilder, saya juga senang berkenalan dengan anda." Sahut Celine, namun Otista seakan tak mau melepaskan tangan mereka. "Ouw iya terima kasih sudah bersedia mengantarkan saya pulang." Ucap Celine. "untuk gadis secantik dirimu, aku akan melakukan apapun." Sahut Otista. "Gggrrrrr...! Otista, apa yang kamu lakukan? Lepaskan tangannya!"  Suara batin Tuan Muda berbicara telepati pada Otista. "Bukankah Tuan Muda tidak menyukainya??? Jadi biarkan saya yang memilikinya." Sahut Otista lewat pikirannya. "Gggrrrrr.......!!! Ggrooooaaarrrrr!!!!"  sebuah suara geraman yang mengaum bagai singa mendadak terdengar menggelegar dalam ruangan itu.   Celine segera menciut ketakutan dan merinding bulu kuduknya, tangannya segera ditarik lepas dari genggaman Otista dan mendekap tubuhnya sendiri karena ketakutan. Grisella menatap kesal pada kedua pria itu. "O.Tis..Ta.!!" Geram Grisella menegur Otista. Otista hanya tersenyum. "Maaf, apakah ada seekor singa yang dipelihara di istana ini?" Tanya Celine dan ketiganya hanya saling menatap tanpa ada yang mau menjawab karena bingung hendak menjawab apa. "Ah! Nona Celine, maaf tadi saya menyalakan televisi dengan volume keras. Tadi itu suara dari televisi para pelayan di dapur." Ucap bibi Milly yang entah kapan sudah berada di belakang Celine.   Celine terkejut dan menoleh ke belakang lalu tersenyum lega, begitu juga dengan Tuan Muda, Grisella dan Otista yang menghela napas lega. "Jangan menakutinya Tuan Muda! Tahan auman anda!" Batin Otista kembali menggoda Tuan Muda. "Semua ini karena dirimu! Cepat pergi! Antarkan dia sampai di depan pintu rumahnya!"  Batin Tuan Muda pun menyahut dengan perintah. "Tidak perlu sampai di depan pintu rumah, cukup sampai dia menemukan taxi saja." Batin Grisella pun kini ikut menggoda sang Tuan Muda. "Antar sampai depan pintu rumahnya! Ini perintah!"  Batin Tuan Muda pun bertambah kesal.   Grisella dan Otista saling berpandangan dan tersenyum penuh arti, sedangkan bibi Milly hanya menggelengkan kepalanya melihat interaksi ketiganya. "Ayo nona Celine, kita pergi sekarang." Ajak Otista. Celine memeluk bibi Milly sebelum pergi. "Terima kasih bibi, anda sudah sangat baik padaku. Aku tak akan melupakan kebaikan kalian semua. Aku pergi sekarang." Ucap Celine berpamitan.   Tuan Muda sempat tersentak melihat sikap Celine barusan terhadap bibi Milly. "Apakah itu berarti dia juga tak akan melupakan aku? Bukankah aku juga telah berbuat baik menolong dirinya?"  Batin Tuan Muda berbicara sendiri, namun Grisella dan Otista juga bibi Milly mampu mendengarnya. "Sudah kukatakan dia gadis yang sangat berbeda dengan gadis lainnya. Apa Tuan Muda berharap dia selalu mengingat anda?"  Batin Grisella menyahut.   Tuan muda itu tersentak, sejenak dia lupa bahwa mereka berempat disini memiliki kekuatan membaca pikiran satu dan lainnya. Otista dan Celine segera melangkah keluar, sang Tuan Muda segera naik ke atas melesat cepat menuju kamarnya. Grisella dan bibi Milly hanya saling memandang dan melempar senyum. Sang Tuan Muda segera membuka gorden kamar tidurnya dan melihat kebawah, menatap Celine yang sedang melangkah menuju ke mobil bersama Otista.   Ada sebuah perasaan aneh dalam dirinya sedari tadi, perasaan yang sangat ingin menahan Celine untuk tidak pergi, tapi Tuan Muda tak tahu apa itu dan mengapa seperti itu. Ini pertama kalinya dia melihat seorang gadis dengan gairah yang berbeda. Ini pertama kalinya dia melihat seorang gadis dan sangat ingin melindunginya dan terus menjaganya juga memilikinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

KILLING ME PERFECTLY ( INDONESIA )

read
89.4K
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

PERFECT PARTNER [ INDONESIA]

read
1.3M
bc

YUNA

read
3.0M
bc

CRAZY OF YOU UNCLE [INDONESIA][COMPLETE]

read
3.2M
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook