In High School

988 Words
"Loh kamu gak kepang rambut, Lis?"tanya Mona pada adiknya yang sibuk push up dipagi hari dengan seragam yang melekat. "Ck, males banget. Siapa gue? Siapa mereka?"ucap Lisa cuek setelah menyelesaikan push upnya. "Yaampuuuun.... tuh seragamnya lecek gara gara kamu push up, rambutnya juga udah berantakan." "Diem. Masih pagi cerewet banget. Mau aku tinggal?" "Ya Mona sama kak Gavin naik mobil dong. Lagipula Lisa kalau bonceng kaya roaller coaster." "Oh jadi gitu. Yaudah aku duluan aja, Mon. Aku sarapan di kantin. Bye."kesal Lisa. "Eh, Lisa mau kemana? Mona tadi bercanda. Lis.... Mona minta maaf..." Lisa sudah menapakkan kakinya keruang makan. Mona lari dengan tergopoh gopoh menyusulnya. Ia bahkan sudah berkaca kaca. "Ma, Lisa udah telat. Lisa sarapan di Kantin aja. Mona berangkatnya sama kak Gavin."datar Lisa membuat semua orang diam. Mona sudah menitikkan airmatanya melihat Lisa sudah pergi menggunakan motor sportnya. "Dek, sama kakak kan? Makan dulu baru berangkat."lembut Gavin mengusap air mata adiknya. "Kalian sudah dewasa masih aja berantem." "Mona niatnya mau bercanda. Tapi gak tahu kalau Lisa marah. Ayo kak berangkat."ucap lesu Mona. "Udah ya nangisnya. Cantiknya luntur loh."ucap Gavin disenyumi Mona. Mona dan kakaknya telah sampai terlebih dahulu 5 menit sebelum apel tiba. Semua orang yang sudah bergerombol menyiapkan barisan menatap Mona. Dejak kagum dan tatapan memuja semua siswa yang ada. Belum selesai dengan pandangan mereka pada Mona, satu lagi yang membuat mereka gagal fokus. Datanglah motor sport keluaran terbaru membelah barisan. Mona menatap nanar punggung Lisa dan berjalan mendatanginya. Begitu helm dilepas nampak rambut panjang keluar dan membuat semua membulatkan matanya. Ada 2 bidadari di sekolahan mereka. Beuuuuuh.... pasti dalam waktu dekat mereka akan jadi murid yang populer. "Heh! Apa lo liat liat! Upacara mau mulai tuh." Sengak Lisa dengan wajah tak bersahabat membuat semua orang mengurungkan niatnya mengidolai sosok tersebut. "Lisa... Mona minta maaf."cicit Mona bergetar. Lisa menatap kakaknya jengah. Ia menepuk punggung gadis itu pelan. Semua orang masih melihatnya. "Nih pake. Topi kamu tadi ketinggalan. Kamu berangkat sekolah gak ada kendala kan? "Lembut Lisa di senyumi kakaknya. "Mona gak papa, Lis. Makasih.... jadi Lisa gak marah nih?"tanya Mona dengan senyum berlesung pipi yang membuat para siswa sudah meleleh menatapnya. "No. Yaudah ayo baris." Kegiatan Mos berlangsung dengan lancar. Kini Mona dan Lisa sedang duduk bersama dikantin. Semua mata selalu memandang keduanya. Bagaimana ada gadis secantik mereka. "Heh! Jaga mata lo ya, gausah natap kakak gue kayak gitu."teriak garang Lisa menantang sekumpulan kakak kelas atau mungkin anggota OSIS karena bet seragam dan jasnya. Namun Lisa sama sekali tak gentar. Seringai dari salah satu kumpulan mereka. Pria yang tampan dengan wajah bulenya. Ia sedari apel selalu menatap Lisa dengan penasaran. "Pede banget lo kalo temen gue mandangin kakak lo. Lagian kakak lo fine fine aja, atau lo cemburu karena kakak lo selalu dipandangi banyak orang?"remeh pria tersebut bername tag ALEXANDER DEVRIO REGANTARA. Lisa malah menyerigai menanggapi pria tersebut. Mona mencekal tangan Lisa agar tetap duduk dan menghiraukan ucapan kakak kelasnya. "Bentar, Mon. Kamu makan aja dulu." Ucap Lisa menghiraukan Mona dan mulai berjalan mendekati pria tersebut. Lisa berdiri menantang pria dihadapannya. Bahkan segerombolanpun ia tak merasa gentar. Dengan berani Lisa merebut gelas jus kakak kelas yang berani menatap kakaknya. Craaaaaassss.... Lisa meremas gelas tersebut sampai hancur. Darah mengalir segar disela sela jarinya. Semua mata bahkan sudah melongo tak percaya. Bahkan pria tampan yang menantangnya juga terkejut namun ia segera merubah ekspresinya. Dengan kekuatannya Lisa menampar pipi orang menatap kakaknya dan menyeringai kearah pria tampan tersebut. Ia bahkan memiringkan kepalanya lalu tersenyum. Bekas darah mengecap tamparan diwajah. "Malah bagus gak ada orang yang mandangin gue. Gue cuma bayangan kakak gue. Ini peringatan. Jangan sampai ada yang berani!" "Lisa!" Teriak Mona mendatangi adiknya dengan wajah panik. "Diem. Aku gak papa" "Yaudah kita obatin dulu tangan kamu. Kamu selalu bikin aku khawatir. Jangan sekali kali aneh aneh kaya gini deh. Mentang mentang kuat belagu, kamu itu jangan lupa kalo kamu juga cewek, Lis." Lisa hanya terkekeh geli melihat Mona memonyongkan bibirnya sambil berjalan. Bayangannya mirip soang. Setelah selesai memerban tangannya, Mona dan Lisa berjalan menuju kelasnya untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Semua cewek sudah berganti pakaian dengan seragam olahraga. Bahkan semua cowok sudah pergi kelapangan untuk bermain futsal. Dengan percaya dirinya, Lisa membuka kaus seragamnya dihadapan siswi siswi yang ada dikelasnya. Semua yang awalnya sibuk berdandan dan merapikan penampilannya harus terhenti ketika melihat tubuh indah Lisa. Bahkan ia punya garis sixpack. Meleleh..... Mona membulatkan matanya saat melihat Lisa ganti pakaian dihadapan teman wanitanya yang lain. "Lisa! Gimana kalo ada cowok yang masuk.... kamu gak malu?"gemas Mona. "Kan kalo ada. Lagian disini cewek semua. Aku juga pake tanktop. "Acuh Lisa. Seketika suasana jadi hening dan membuat Lisa curiga. Ia melototkan matanya melihat teman temannya. "Apa lo liat liat. Jangan jangan kalian pada nafsu. Eh, gue masih cewek tulen."rengut Lisa. "Udah udah ayok kelapangan. Lagian punya perut kotak kotak dan body proposional di keperin." "Siapa yang pamer sih."bela Lisa. "PERHATIAN SEMUA SISWA DAN SISWI SMA DHARMA UNTUK TIDAK KELUAR AREA KELAS KARENA ADA SERANGAN DARI SMA REGAL. SEKALI LAGI BERHATI HATILAH." Semua gonjang ganjing menyelematkan diri. Lisa sendiri menyerngitkan keningnya. Oke pengalaman sekolah baru beberapa hari dan sekarang ada tawuran? Hebat. "Mon, kamu jangan jauh jauh sama aku. Jangan takut. Ada aku."genggam erat tangan Lisa. "Lisa..."cicit Mona ketakutan dan membuat Lisa geram. "Ada aku, Mon.... tenang aja. Asal kamu tetap sama aku. Kita aman."ucap Lisa merangkul erat saudaranya. Bunyi pecahan kaca jendela mengenai pelipis Mona. Semua menjerit merengkuh satu sama lain. Mata Lisa berkobar amarah sama seperti warna darah yang ada dipelipis Mona. "BANGSAT!"umpat Lisa tak tertahankan melihat Mona kesakitan. Ia segera mengeluarkan kotak P3K di tasnya dan membalut luka Mona. "Mon, kita pulang. "Datar Lisa dan segera menyeret Mona. Lisa bahkan sudah memakai jaket hitam dan maskernya lalu menuntun saudaranya keluar area sekolah. Tawuran tak terelakan terjadi begitu dahsyat. Bunyi tembakan memnggema membuat perhatian semua orang teralihkan pada satu pusat. Lisa. Dengan pistolnya mengacung keatas membuat semua siswa yang terlibat tawuran lari terbirit birit. Namun hanya satu yang terdiam ditempat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD