Bab. 72

1312 Words
"Aruna kau dipanggil Ibu Desi di ruang guru sekarang," aku yang sedang berbincang-bincang dengan Duma yang berada di sebelah ku pun langsung saja menoleh, karena mendengar nama ku disebut oleh teman kelas ku. "Aku?" tanya ku memastikan. "Ck! Iya lah siapa lagi, udah sana buruan Ibu Desi menunggu kau di ruang guru," ucap Riska. Aku pun menganggukkan kepalaku. "Bentar ya Duma, aku menemui Ibu Desi dulu," ucap ku kepada Duma. Setelah itu aku pun langsung saja beranjak dari kursiku dan pergi keluar kelas menuju ruang guru. Aku berjalan sendirian di koridor, sambil memikirkan cerita Duma tadi. Katanya, akhir-akhir ini ibu dan ayahnya sering sekali berantem. Duma tadi bercerita sambil menangis. Aku tidak tega melihatnya. Padahal aku berpikir, karena keluarga Duma itu harmonis, Om Jogi dan ibu Lamtiar tentunya pasti akan jarang sekali berantem. Namun, pikiranku itu salah. Dan ya, selain Duma menceritakan tentang kedua orangtua nya itu, Duma pun tadi menceritakan kepada ku tentang pacarnya yaitu Jordan Pangestu. Duma bercerita, mencurahkan isi hatinya kepadaku. Katanya, pacarnya itu akhir-akhir ini berubah sikapnya dengan Duma. Sekarang pacarnya menjadi lebih cuek dengan Duma. Pasti itu berat untuk Duma. Duma yang memikirkan masalah kedua orang tuanya yang selalu ribut saja di rumah, dan juga memikirkan tentang perubahan sikap dari pacarnya itu. Tentunya aku sebagai sahabatnya akan selalu memberikan semangat untuknya. Tidak terasa aku pun sudah berada di lantai dasar. Namun, ketika aku ingin berbelok ke arah kiri, tiba-tiba saja ada seorang murid yang menabrak ku, sampai aku dan murid itu pun terjatuh. "Awh!" ringis ku sambil memegang sikut tangan kananku kamu sempat terbentur oleh undakan tangga tadi. "Astaga kau tidak apa-apa?" Aku menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing, ternyata benar itu adalah lah pacar Duma. Jordan Pangestu. "Kita ke UKS ya, sayang," ucap Jordan kepada siswi yang menabrak ku tadi. Dan aku mendengarnya memanggil siswa tersebut sayang? Kenapa dia memanggil siswa itu sayang? aku menatap kepergian Jordan dengan murid perempuan yang menabrak ku tadi. Aku memikirkan panggilan Jordan kepada murid perempuan itu. Tidak mungkin kan Jordan berselingkuh dari Duma, atau pendengaran ku yang salah? Ya, sepertinya aku salah mendengar. Astaga Aruna! Aku mengingat kembali tujuanku yang datang ke lantai dasar ini untuk menghampiri bu Desi yang ada di ruang guru. Lantas aku pun langsung saja berdiri dan membersihkan rok ku yang sedikit kotor. --- Aku keluar dari ruangguru setelah membantu Ibu Desi. Namun, aku berjalan menuju toilet terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas. Aku berjalan melewati taman, tapi tiba-tiba saja langkah ku terhenti. Aku memfokuskan pandangan ku ke arah Taman itu, memastikan apa yang aku lihat itu benar. Itu Jordan kan? Tapi kenapa Jordan memeluk seorang siswi, yang sepertinya itu adalah siswi yang menabrak ku tadi di dekat tangga. Jadi, benar apa yang aku pikirkan ini, berarti Jordan menyelingkuhi Duma? "JORDAN!!" teriakku menghentikan kegiatan Jordan, sehingga Jordan pun langsung melepaskan pelukan nya dengan siswi tersebut. "APA YANG KAU LAKUKAN?!" ucapku dengan keras meminta penjelasan dari Jordan. "Kau selingkuh dari Duma hah?!!" tanyaku menuntut Jordan. Aku melihat Jordan dan siswi itu pun terkejut mendengar teriakan dariku. Jordan pun sepertinya gelagapan, bingung ingin menjawab apa dari pertanyaan yang aku lontarkan kepadanya. "Aruna?!" "Jadi, benar kau selingkuh dari Duma? benar begitu Jordan?!" tanyaku yang tak peduli dengan keterkejutannya itu. "Aruna kau salah paham. Ini bukan seperti yang kau lihat," ucap Jordan yang mencoba mengelak. "Terus tadi apa kau memeluk-meluk murid perempuan itu? dan berarti bener dong pendengaranku tadi, ketika murid perempuan itu jatuh dan kau memanggilnya dengan panggilan sayang?!" ucap ku sambil melirik murid perempuan itu yang masih saja menundukkan kepalanya, tidak berani menatapku. "Apa?!" Aku pun menoleh ketika mendengar suara seseorang yang yang berada di belakangku. Benar saja di sana ada Duma yang berdiri sambil memegang buku. Duma pun langsung saja berjalan dengan cepat menghampiri ku. Duma memegang bahu ku, meminta penjelasan tentang apa yang ia dengar barusan. "Aruna apa yang kau katakan? Yang aku dengar tadi itu salah kan? dan Jordan? dan perempuan ini siapa?" tanya Duma beruntun. Aku melirik Jordan dan murid perempuan itu. Aku meminta Jordan untuk segera memberikan penjelasan kepada Duma, agar Duma tidak salah paham. "Kenapa kalian diam saja? cepat jelaskan! Ada apa semua ini? Apa maksud ucapan kau Aruna? Dan Jordan tolong kau bicara, aku meminta penjelasan dari kalian semua," ucap Duma dengan wajahnya yang sudah memerah. Aku menundukkan kepala ku, aku tidak berani untuk memberikan sebuah penjelasan kepada Duma. Tapi, tiba-tiba saja aku terkejut, ketika melihat Duma yang mendorong murid perempuan yang berdiri di samping Jordan. "DUMA!!" teriak Jordan memarahi Duma, sampai-sampai Duma pun terkejut mendengar teriakan dari pacarnya itu. Aku melihat Jordan yang membantu murid perempuan itu untuk berdiri. Pikiran ku benar, berarti Jordan memang benar-benar menyelingkuhi Duma. Tapi, apa maksud dari Jordan menyelingkuhi Duma itu? kenapa? apa penyebabnya? "Inilah yang membuat aku tidak betah dengan kau, dengan sifat kau yang kekanak-kanakan seperti ini membuat kepala ku pusing sekali, kau egois, kau mau menang sendiri, semua keinginan kau itu aku harus menuruti saat itu juga, siapa coba yang akan betah memiliki sebuah hubungan dengan kau?" ucap Jordan. Aku yang mendengar ucapan Jordan itu pun sakit sekali rasanya, apalagi Duma yang harus menerima ucapan dari pacarnya itu. "Jordan, apa maksud kau? sebelumnya kau tidak protes dengan sikap ku ini kan? kalau kau merasa keberatan dengan sikap ku ini, harusnya kau bilang, harusnya kau bicara dengan ku. Aku akan mencoba untuk mengubah sikap yang mungkin menurut kau itu buruk," ucap Duma dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Aku pun berinisiatif untuk merangkul Duma, aku tidak tega melihat Duma yang disakiti oleh pacar pertamanya ini. "Sudah berapa kali aku bilang? aku pernah bilang kan sama kau, kurangi sifat kekanak-kanakan kau itu. Tidak semua orang menyukai sifat kekanak-kanakan yang ada di dalam diri kau itu, sifat manja, inilah, itulah. Kau itu sudah besar bukan anak-anak lagi," ucap Jordan yang masih saja menyebutkan Duma. "Jordan, jaga mulut kau itu," ucap ku memperingati Jordan agar mulutnya tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati Duma lagi. "Kau diam saja Aruna, kau jangan ikut campur urusan ku dan Duma. Ingat batasan kau, kau itu hanya sahabat Duma saja," ucap Jordan menatap ku tajam. "Dan kau Duma, karena aku sudah tidak tahan lagi dengan kau, maka aku putuskan hubungan kita cukup sampai di sini saja," ucap Jordan. aku pun terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Jordan itu, dengan mudahnya Jordan mengakhiri hubungannya dengan Duma tanpa memikirkan perasaan Duma saat ini. "Jordan, kau tidak bisa mengakhiri hubungan ini dengan keputusan sepihak seperti ini. Kau tidak memikirkan perasaan aku? dengan teganya kau mengakhiri hubungan kita dan kau lebih memilih bersama dengan perempuan ini? Iya?" Ucap Duma sambil menunjuk wajah perempuan yang berdiri di samping Jordan tersebut. Perempuan itu pun masih saja menundukkan kepalanya, tidak berani untuk mendongakkan kepalanya. Jordan pun langsung saja menepis jari Duma yang menunjuk kearah wajah perempuan yang berdiri di samping Jordan itu. "Aku lebih baik memilih perempuan yang berarti di sampingku ini daripada tetap memiliki hubungan dengan kau Duma. Perempuan yang di sampingku ini, perempuan yang kau tunjuk-tunjuk ini, dia lah yang lebih memahami diriku daripada kau. Aku harap nantinya kau akan menemui sosok pria yang lebih baik dari aku in, yang lebih mengerti diri kau. Dan aku harap kau bisa mengubah diri kau ini menjadi lebih baik lagi. Jadikan semua ini sebagai pelajaran di kehidupan kau, kita masih bisa untuk berteman tanpa memiliki hubungan yang khusus. Jika kau butuh bantuan ku, aku akan bersedia untuk membantu kau, tapi kau jangan menyalah artikan bantuan yang aku berikan. Jaga diri kau baik-baik. Aku pamit," ucap Jordan sambil menarik tangan perempuan yang ia pilih itu, melangkah pergi meninggalkan aku dan Duma di taman sekolah ini. Duma pun tiba-tiba saja jatuh terduduk di atas tanah. Memeluk kedua kakinya. Aku pun turut saja merangkul Duma. Aku mencoba untuk menenangkannya. "Sudah Duma, sudah jangan menangis, masih banyak pria yang lebih baik dari Jordan. Sudahlah, sayang sekali air matamu terbuang sia-sia hanya menangisi pria seperti Jordan itu," ucap ku sambil mengusap-usap punggung Duma. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD