Bab. 73

1216 Words
         Duma pun turun dari mobil taksi yang ia tumpangi dari sekolah menuju rumahnya. Duma pun langsung saja merogoh saku seragamnya untuk mengambil uang untuk membayar tarif taxi yang digunakan nya tersebut. Iya, hari ini Duma meminta kepada ayahnya untuk tidak menjemputnya di sekolah, karena Duma takut ayahnya itu akan menanyakan tentang mengapa kedua matanya itu sembab seperti habis menangis.           "Terima kasih ya Pak," ucap Duma. Setelah itu ia pun membalikkan badannya dan melangkah menuju pintu rumahnya. Di sana sudah terlihat adanya mobil ayahnya yang sudah terparkir, tentu saja ayahnya itu sudah pulang dari kantornya.          Duma membuka pintu rumahnya. Tapi, suasana di dalam rumah nya tidak biasanya sepi seperti ini. Biasanya ibunya itu menyambut kepulangan Duma dari sekolah.           Duma pun menutup kembali pintu rumahnya dan segera berjalan menuju kamarnya itu. Duma masih sangat sedih sekali mengingat kejadian di sekolah tadi, ketika pacarnya itu memutuskan hubungan dengan nya. Duma tidak menyangka bahwa pacarnya itu akan tega melakukan ini semua.           Tidak terasa air mata Duma pun kembali turun membasahi kedua pipinya. Namun, buru-buru Duma menghapus air mata nya tersebut, Duma tidak ingin kedua orang tuanya itu mengetahui bahwa saat ini di rumah sedang bersedih. Duma menarik napasnya dan menghembuskannya pelan-pelan.          Duma pun melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti di dekat pintu rumah nya tadi. Duma berjalan masuk kedalam ruang keluarga untuk menuju kamarnya. Duma pun mengernyit heran kenapa di rumah ini ia pun belum melihat keberadaan ayahnya ataupun ibunya.           Duma pun berinisiatif untuk melangkahkan kakinya terlebih dahulu menuju kamar orang tuanya itu. Sebelum kedua kaki Duma sampai di depan pintu kamar kedua orang tuanya itu, tiba-tiba saja Duma mendengar ada suara orang yang sedang berdebat. Tanpa pikir panjang lagi Duma pun segera mempercepat langkahnya untuk sampai di depan pintu kamar kedua orang tuanya itu. ---          "Cobalah kau ini sebagai perempuan, jangan selalu bergantung kan diri kau itu kepada saya. Mandiri lah kau itu, Lamtiar. Coba kau contoh sahabat kau itu, si Emma. Walaupun dia ada suami tapi dia tidak menggantungkan dirinya dengan suaminya itu, dia mandiri tidak seperti kau yang selalu saja menyangkut pautkan diriku dengan urusan kau itu, Saya juga punya urusan lain!" ucap Jogi menatap Lamtiar yang sedang duduk di pinggir kasurnya sambil menundukkan kepalanya.          Lamtiar pun langsung saja mendongakkan kepalanya mendengar nama sahabatnya itu pun disebut oleh suaminya.           "Kok malah bawa-bawa nama sahabat saya. Ada apa dengan kau, Jogi? tidak biasanya ketika kita ribut kau membawa nama Emma itu. Saya ini istri kau dan Emma adalah sahabat saya. Kami ini adalah dua perempuan yang berbeda, kau tidak bisa menyamakan diriku dengan Emma," ucap Lamtiar sambil bangun dari duduknya, berdiri menghadap Jogi.          "Bukannya saya mau membanding-bandingkan kau dengan Emma, tapi saya bilang kepada kau agar jangan terlalu bergantungkan hidup kau dengan saya, kalau saya tidak ada, kau akan bagaimana nanti jadinya," ucap Jogi.           "Ya tentu saja lah Emma tidak menggantungkan kehidupannya dengan suaminya, kau kan tau sendirilah suaminya bagaimana. Suaminya itu pemabuk, penjudi, dan tidak memiliki penghasilan. Lalu, kalau Emma menggantungkan kehidupannya dengan suaminya, apa jadinya kehidupan dia dan Aruna. Dan jika Emma memiliki suami yang sama seperti saya, tentunya Emma pun akan menggantungkan kehidupan dengan suaminya itu. Pastinya dia tidak akan capek-capek berkerja dan dia pastinya akan di rumah saja mengurus anaknya itu. Beda dengan saya kau bekerja, jadi ngapain lagi saya bekerja. Kalau saya bekerja dan kau bekerja nantinya siapa yang akan mengurus Duma, yang ada Duma akan kekurangan kasih sayang orang tua," ucap Lamtiar yang tidak suka dirinya itu dibanding-bandingkan oleh sahabatnya.           "Kau ini! kan saya cuman meminta bantuan dengan kau, ya kalau kau tidak mau ya sudah, tidak usah bicara yang merembet kemana-mana. Sampai membanding-bandingkan istri kau ini dengan sahabat saya sendiri. Apa maksudnya hah? kalau kau tidak mau ya udah bilang tidak mau," lanjut Lamtiar bicara.           Jogi pun menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan kasar, lalu mengusap wajahnya pun dengan kasar.           "Bukannya saya tidak mau mengantarkan kau, Lamtiar. Saya mau mengantar kau, tapi kau lihat dulu dong saya. Saya ini capek habis pulang kerja, masa iya saya baru pulang langsung keluar rumah lagi. saya juga butuh istirahat," ucap Jogi yang sudah kesal.           Tanpa menunggu balasan dari istrinya itu pun, Jogi langsung saja pergi dari hadapan Lamtiar menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dan jogi pun membanting pintu kamar mandinya itu dengan keras sampai menimbulkan suara yang sedikit membuat memekakkan telinga. ---           Duma mengunci pintu kamarnya dan langsung saja melempar asal tas sekolahnya. Kemudian, ia pun duduk di pinggir kasur nya itu. Duma menghapus kasar air mata nya yang mengalir di kedua pipinya.           Duma menangisi keadaan orang tuanya itu yang lagi-lagi berantam, entah mereka merebutkan hal tentang apa. Duma merasa keluarganya sudah tidak harmonis lagi. Orang tuanya yang awalnya tidak suka berantem ataupun berdebat, tapi sekarang hal sekecil apapun saja mereka perdebatkan.           Dirinya yang telah diputusin oleh Jordan dan sekarang ia harus mendengarkan suara keributan yang ditimbulkan dari kedua orang tuanya itu. Duma ingin sekali keluarganya kembali seperti yang dulu.            Duma melucuti semua pakaian seragam sekolah nya, lalu ia berjalan menuju kamar mandi agar segera membersihkan tubuh nya itu. --- Aruna           "Ibu, kok akhir-akhir ini ibu selalu di antar pulang sih sama Om Jogi?" tanyaku sambil menarik salah satu kursi yang di dekat meja makan sambil melihat ibu yang sedang memasak. Ibu pun menoleh kearah ku dan menatapku dengan tatapan yang bingung.           "Itu kebetulan aja kok Aruna kebetulan Om Jogi bertemu dengan ibu. Karena, rumah kita juga searah, jadi Om Jogi menawarkan tumpangan untuk ibu. Ibu juga sudah menolak tawaran darinya, cuman kan Om Jogi memaksa nya, jadi ibu juga tidak enak untuk menolaknya lagi. Memang kenapa Aruna sebelum-sebelumnya juga kau tidak menanyakan tentang ini?" jawab ibu.           Aku menghela napas ku pelan. Aku bingung, Aku ingin menjelaskan kepada Ibu agar ibu tidak lagi pulang bersama dengan om Jogi. Tapi, aku bingung bagaimana aku menjelaskan dengan ibu. Aku mengetuk-ngetuk pelan jari telunjuk ku di atas meja makan.            "Bukannya begitu Bu, waktu itu ada yang menanyakan tentang om Jogi. Katanya, om Jogi itu siapa? Dan akhir-akhir ini dia selalu saja bersama dengan ibu. Dan makanya aku bertanya sama ibu soal ini. Jadi, menurut ku lain kali ibu jangan pulang sama om Jogi lagi, tidak enak sama tetangga kalau ibu terus-terusan bersama dengan om Jogi. Aku tidak ingin orang-orang mencap jelek Ibu dan salah paham sama ibu, makanya aku bilang seperti ini," ucap ku mencoba menjelaskan dengan pelan kepada Ibu agar ibu paham.           "Memangnya siapa Aruna yang bertanya seperti itu? sibuk sekali sama kehidupan keluarga kita, memang dia tidak mengurusi keluarganya apa sampai orang yang bersama ibu saja harus ditanya seperti itu, memang dia siapa?" ucap ibu yang aku rasa ibu pun sedikit kesal mendengarnya.           "Iya ada pokoknya Bu tetangga. Udah pokoknya Ibu pikirkan saja ucapan dari Aruna, itu juga demi kebaikan ibu dan keluarga kita kan," ucap ku yang mencoba menenangkan agar ibu tidak tersulut emosi.           Kemudian ibu pun tidak lagi merespon ucapan ku. Aku menghela napas ku pelan.            "Ibu perlu bantuan? biar Aruna juga membantu ibu untuk segera menyelesaikan pekerjaan Ibu ini," ucapku menawarkan bantuan kepada ibu.           "Tidak usah Aruna, Ibu sudah mau selesai," jawab ibu.           Mendengar jawaban ibu itu pun, aku langsung saja beranjak dari meja makan dan pergi melangkah menuju kamar ku. Aku ingin menghubungi Duma, aku ingin memastikan keadaannya seperti apa sekarang. Karena, saat ini Duma pastinya sedang sangat sedih, karena habis diputusin oleh pacarnya itu, padahal hubungan mereka belum terlalu lama.  []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD