Bab. 71

1314 Words
        "Bang sebelum kau pergi ke kantor, bisa tidak antar saya terlebih dahulu ke rumah teman saya? soalnya saya mau mengambil baju kebaya saya di sana, kebetulan teman saya itu penjahit," ucap Lamtiar kepada suaminya. Jogi, yang sedang memakan sarapannya di meja makan.          "Ck! saya tidak bisa Lamtiar kalau hari ini. Memangnya kenapa sih kalau hari minggu nanti? Atau ketika saya sedang libur bekerja, hari ini saya cukup sibuk. Di kantor saya harus menyelesaikan beberapa dokumen dengan cepat, dan saya juga harus mengantar Duma ke sekolah, kalau saya mengantar kau juga ke rumah teman kau terlebih dahulu, yang ada nanti saya telat ke kantornya," ucap Jogi yang sedikit kesal.         Duma yang duduk di di meja makan bersama ayah dan ibunya itupun hanya memperhatikan percakapan mereka, Duma tidak ingin ikut campur dengan urusan mereka.         "Oh ya udah bang, kalau gitu nanti aja, ketika kau libur kerja aja, nanti tolong antar saya ke rumah teman saya untuk mengambil kebaya milik saya dan Duma ya," ucap Lamtiar sambil tersenyum kecut.          Jogi pun tidak menanggapi ucapan dari istrinya tersebut. Setelah itu mereka pun kembali melanjutkan kegiatan sarapan mereka dengan suasana yang hening.  ---         "Akhir-akhir ini kau selalu diantar oleh teman pria kau itu, dia siapa? selingkuhan kau? tajir juga sepertinya," ucap Abraham sambil menari kursi makan dan langsung duduk di sana. Dan kebetulan juga di dapur ada Emma yang sedang mencuci piring kotor.          Emma menolehkan kepalanya ke belakang, menatap Abraham yang sedang memakan sarapannya di meja makan tersebut. Emma mendengar bahwa suaminya itu bertanya tentang pria yang akhir-akhir ini sering bersama dengannya, pria itu adalah Jogi, suami dari sahabatnya dekatnya.         "Hei ditanya sama suami sendiri kok diam aja. Itu beneran kau selingkuh sama pria tajir itu? wah! wah! wah! hebat sekali kau, kau bisa dapat pria tajir seperti itu, bisa lah kau porotin uangnya kau manfaatin aja pria itu," ucap Abraham.         Emma yang merasa kesal mendengar ucapan Abraham yang menurut Emma itu sangat rendahan sekali, Emma pun membanting piring yang ia pegang ke atas wastafel. Kemudian Emma membalikkan badannya, menatap tajam Abraham yang masih asyik menyantap sarapan paginya itu. Emma bersyukur bahwa anaknya itu telah berangkat ke sekolah, dengan begitu anaknya tidak mendengar kembali perdebatan antara Emma dan Abraham.         "Bisa tidak sih kau itu jangan suka mencari keributan dengan saya? kau itu jangan suka mengada-ngada, bilang saya selingkuh lah ini lah itu lah. Walaupun saya hidup dengan kesusahan seperti ini, saya itu masih mikir ya, saya tidak akan melakukan perbuatan rendahan seperti itu. Saya masih mikir tentang Aruna, anak saya," ucap Emma yang sudah sangat kesal sekali mendengar ucapan tidak jelas yang dilontarkan oleh Abraham.         "Masih mending saya tidak meninggalkan kau ya bang, kau tidak pernah menafkahi saya dan Aruna. Masih bersyukur kau tidak saya tinggalkan, kalau saya tinggalin Abang gimana nanti hidup Abang pasti akan semakin berantakan," lanjut Emma.         Mendengar kata-kata meninggalkan, Abraham pun langsung menatap tajam Emma. "Awas aja kalau sampai berani-beraninya meninggalkan saya, kalau kau masih menyayangi anak yang tidak berguna itu, maka kau harus tetap tinggal bersama saya, jika kau tidak menyayangi lagi anak kau itu, berarti saya bisa melakukan apa saja sama anak kau itu. Saya tidak peduli mau dia itu anak kandung saya atau bukan," ucap Abraham meremehkan Emma.          Abraham menatapnya dengan menaikkan salah satu alisnya menatap remeh istrinya itu. Emma pun langsung saja pergi dari hadapan suaminya itu, pergi masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap berangkat kerja.         Tidak lama Emma pun keluar dari kamarnya dan sudah berganti pakaian menggunakan seragam kerja cafenya itu. Sebelum benar-benar pergi bekerja, Emma pun berhenti sebentar di dekat Abraham.         "Ingat ya bang! pria yang kau maksud tadi itu adalah suami dari sahabat saya. Dan kau jangan sekali-sekali lagi berpikir kalau saya selingkuh dengan pria itu, yang jelas-jelas suami dari sahabat saya itu," ucap Emma. Kemudian ia pun langsung saja berlalu meninggalkan Abraham.         "Ya, ya, ya, semoga saja kau tidak menjilat ludah kau sendiri," ucap Abraham, ketika istrinya itu sudah pergi keluar berangkat kerja.  --- Aruna          Bel istirahat pun berbunyi. Aku menolehkan kepala ku ke arah Duma yang sedang memainkan ponselnya. Iya, semenjak waktu itu, ketika Duma telah memberikan penjelasan nya kepada ku, dan setelah aku bicara dengan Duma dan meninggalkannya di kelas sendirian, membiarkan dirinya untuk berpikir tentang apakah ia akan melanjutkan hubungan pertemanannya dengan ku atau tidak. Pada saat itu, aku berpikir pasti Duma akan langsung menjauhi ku karena ia telah mendengar kebenarannya dari mulutku sendiri. Namun, ternyata pemikiranku itu salah. Duma malah ingin berteman kembali dengan ku.          Aku berpikir bahwa aku akan menjalankan kehidupan sekolah aku lagi tanpa adanya seorang teman. Namun, pemikiran ku itu pun langsung ditepis dengan kedatangannya Duma ke rumah ku.           "Aruna kau ingin ke kantin dengan ku dan Jordan atau tidak?" tanya nya sambil memasukkan ponsel nya ke dalam saku baju seragam nya itu.           Aku berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan dari Duma, sebaiknya aku tidak ikut dengan mereka daripada aku nanti menjadi nyamuk di antara mereka. "Kau duluan saja Duma, aku mau mengerjakan sesuatu dulu," jawab ku beralasan.           Duma menaikkan sebelah alisnya menatapku bingung, mungkin ia heran tentang urusan ku itu. Namun, akhirnya Duma pun mengangguk dan langsung pergi keluar kelas menuju kantin yang tentunya sembari menghampiri Jordan.           Jordan Pangestu, ia adalah pacar Duma. Jordan adalah siswa jurusan IPS. Aku pun tidak tahu, dari mana Duma bisa mengenal Jordan. Duma tidak pernah menceritakan tentang Jordan kepada ku. Tapi, yang aku dengar Jordan ini anak yang baik-baik. Awalnya aku juga terkejut, tiba-tiba saja waktu itu Duma bercerita denganku, Kalau ia mendapatkan sebuah pengakuan cinta dari Jordan. Dan katanya juga Duma sudah lama dekat dengan Jordan.           Aku hanya berharap semoga hubungan Duma dan Jordan akan selalu baik-baik saja, walaupun mungkin nantinya mereka akan menghadapi masalah yang ada di dalam hubungan mereka, tapi aku harap mereka akan mengatasi masalah mereka itu dengan bijak. Disini aku sebagai sahabat Duma, hanya bisa mendukungnya selagi itu membuat nya bahagia.          Mengingat aku harus mengisi perutku aku langsung saja pergi ke kantin dan segera memesan makanan untuk ku. sembari menunggu makananku datang aku mengedarkan pandangan ku mencari sahabat ku, Duma. Namun, aku pun tidak melihat adanya Duma ataupun Jordan di kantin. Aku hanya melihat teman-temannya Jordan saja yang sedang berkumpul di bagian kanan pojok kantin sana. Mungkin mereka sedang berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Tak lama pesanan makanan ku pun diantar ke meja ku lantas aku pun langsung saja menyantap makananku sebelum bel masuk berbunyi. ---          "Eh ternyata kau Jogi, kirain tadi siapa. Mau meeting di sini?" tanya Emma.           Jogi yang tadinya sedang memainkan ponselnya pun mendongakkan kepalanya menatap Emma. Jogi pun tersenyum.          "Tidak kok, kebetulan saya pulang kerja dan langsung mampir ke sini, saya mau beliin makanan buat Lamtiar yang di rumah," jawab Jogi. Emma pun mengangguk paham. Beruntung sahabat nya mendapatkan pria yang perhatian dan sayang dengan keluarga nya seperti Jogi ini.          "Mau pesan apa?" tanya Emma kemudian.          "Cheese cake satu ya," jawab Jogi.           Emma pun mencatat langsung pesanan yang diucapkan oleh Jogi itu.           "Baiklah tunggu sebentar ya, akan segera dibuatkan" ucap Emma sambil membalikkan badannya, bermaksud untuk pergi menuju dapur.           Ketika yang ingin melangkahkan kakinya Jogi pun memanggil Emma. Dan segeralah ia membalikkan badannya kembali menghadap Jogi dan bertanya, "Ada apa Jogi?"          "Kau pulang jam berapa Em?" tanya Jogi. Emma yang mendengar pertanyaan dari Jogi pun mengernyit heran, kenapa joki menanyakan waktu pulang Emma bekerja.           "Ah maksud saya, kalau misalnya kau pulang sebentar lagi, saya bisa menunggu kau dan kita bisa pulang bersama?" ucap Jogi menjelaskan.           "Oh hari ini cafe akan tutup di malam hari, jadi ya mungkin sekitar jam sembilan atau delapan malam saya baru pulang. Dan Jogi ... Kau jangan terlalu sering mengantarkan saya pulang, saya jadi tidak enak dengan Lamtiar," ucap Emma.           "Ah tidak apa-apa lah, kau kan sahabat Lamtiar, dia juga tidak berpikir macam-macam kok,"           "Ehm! Yasudah, saya ke dapur dulu mau memberitahu ke rekan lainnya untuk segera membuatkan pesanan kau," ucap Emma.           Jogi pun mengangguk. Lalu, Emma pun langsung saja pergi menuju dapur untuk memberikan pesanan makanan yang dipesan oleh Jogi tadi. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD