Bab. 70

1091 Words
        "Terima kasih ya pak," ucapku sambil memberikan uang kepada seorang tukang ojek yang telah mengantarku ke sekolah pagi ini. Iya, hari ini aku berangkat sekolah tidak menggunakan bus karena ku bangun kesiangan. Terpaksa Aku menggunakan jasa ojek walaupun tarif nya itu mahal.          Aku melihat jam yang melingkar di di pergelangan tangan kiri ku, sebentar lagi sekitar lima menit lagi, bel masuk akan berbunyi dan tepat hari ini juga jam pelajaran pertama diisi oleh guru yang killer. Dan bagaimanapun caranya aku harus segera tiba di kelas ku, sebelum guru yang mengajar di jam pertama di kelas ku itu masuk, Aku tidak ingin sampai guru killer itu memberikan hukuman kepada ku. Karena, aku pernah mendengar dari murid-murid yang pernah diajar oleh guru tersebut, bahwa jika ada salah satu murid yang telat datang masuk ke kelas ketika jam pelajaran guru itu, maka guru tersebut akan memberikan hukuman kepada siswa tersebut sampai membuat siswa yang melakukan kesalahan tersebut kapok tidak akan melakukan nya lagi. Guru tersebut bernama Bu Ratna, guru mata pelajaran kimia.         Tanpa pikir panjang lagi aku langsung saja bergegas menuju kelasku yang berada di lantai 3. Tempat saja ketika kakiku sudah menginjak makan lantai 3 tepatnya di depan pintu kelasku bel masuk pun langsung saja berbunyi. Aku bernafas lega, untung saja aku tidak telat masuk ke kelas. Aku pun segera berjalan menuju tempat duduk ku dan di sana sudah ada Duma yang sedang membaca sebuah buku, entah itu buku apa aku tidak tahu.          Aku pun langsung saja duduk di kursi ku, melirik sebentar ke arah Duma. Sikapnya masih sama seperti kemarin, Duma masih mencoba untuk menjaga jarak dengan ku. Ketika aku ingin berbicara dengan Duma, tepat saja di depan sana Bu Ratna, guru mata pelajaran kimia di kelas ku pun masuk dengan penggaris kayunya yang panjang itu. Serta wajahnya yang datar, dan juga tatapannya yang tajam. Aku melihat Bu Ratna itu pun bergidik ngeri.          "Pagi semuanya! kalian sudah mengenali saya bukan? Apa perlu saya memperkenalkan diri kepada kalian? Tapi saya rasa tidak perlu memperkenalkan diri saya lagi kepada kalian, pastinya kalian semuanya sudah mengenali saya kan dari cerita-cerita murid-murid yang pernah diajar oleh saya, benarkan?" ucap Bu Ratna dengan mata nya yang mengedar melihat semua murid yang ada di dalam kelas ini.          Kami semua pun mengganggu membenarkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Bu Ratna itu. Kemudian, Bu Ratna menaruh penggaris kayunya itu di atas mejanya dengan sedikit keras sampai aku pun terkejut mendengar bunyi yang ditimbulkan dari penggaris kayu milik Bu Ratna itu.         "Baiklah, semuanya buka buku kalian kita langsung saja masuk materi yang pertama,"          Aku pun langsung saja mengeluarkan buku cetak dan buku tulis ku ke atas meja dan mulai memperhatikan Bu Ratna yang sedang menjelaskan materi di depan sana. ---         Aku bernapas lega ketika bel istirahat pun berbunyi. Bu Ratna pun langsung saja mengakhiri kegiatan mengajarnya di kelas ku. Prabu Ratna pergi keluar kelas, aku pun membereskan semua buku yang berhubungan dengan mata pelajaran Bu Ratna.         Aku melirik Duma yang masih saja diam, tidak berniat untuk membuka suatu pembicaraan dengan ku. aku menghembuskan nafasku dengan kasar, bagaimana pun juga aku harus meminta penjelasan kepada Duma, kenapa sikap dia akhir-akhir ini berubah kepadaku, aku harus menanyakan kepadanya tentang apakah aku membuat kesalahan kepadanya.          "Duma," panggilku kepadanya. Ia pun menolehkan kepalanya ke arah ku. Aku berdehem sebentar sebelum melanjutkan kan pembicaraan ku.         "Ada apa dengan kau Duma? kenapa akhir-akhir ini sikap kau denganku sangat dingin seperti ini? kenapa kau seolah-olah berusaha untuk mengacuhkan diriku?" Tanyaku yang langsung pada intinya.          Aku melihat Duma yang berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan dariku, entah apa yang dipikirkannya aku pun tidak tahu.         "Duma kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? kenapa kau tiba-tiba seperti ini? apakah kau memiliki teman yang baru, sehingga kau memilih untuk meninggalkan diriku. Bukankah kau berjanji waktu itu, bahwa kita ini adalah sahabat. Kau berjanji bahwa kau tidak akan meninggalkan aku," ucap ku yang sedih jika memang benar ucapan ku itu benar.         "Aruna, Aku minta maaf tentang sikapku dari kemarin yang berusaha untuk menjaga jarak dengan kau. Aku bodoh! aku kemakan omongan orang-orang yang belum tentu itu benar faktanya," ucap Duma menyesal.          Aku mengernyit heran mendengar jawaban dari Duma, memang orang-orang menceritakan diriku ini seperti apa? sampai-sampai Duma mencoba menjaga jarak denganku.          "Tunggu dulu, aku ingin tahu siapa orang-orang itu? dan mereka menceritakan apa dengan kau?" tanyaku meminta penjelasan kepada Duma.          "Waktu itu mereka, yaitu Citra dan Shela menghampiri diriku. Aku pikir mereka memiliki keperluan dengan ku, namun tiba-tiba saja mereka menceritakan tentang keluarga kau. Mereka bilang kepadaku, bahwa keluarga kau itu tidak benar, ayah kau itu penjudi dan suka mabuk-mabukan. Dan mereka bertanya kepadaku kenapa aku masih ingin berteman dengan kau, Aruna. Mereka mengatakan, sebaiknya aku menjauhi kau, karena kau itu berasal dari keluarga yang tidak benar. Begitulah mereka menceritakan tentang engkau kepadaku dan Dengan bodohnya aku pun malah terhasut dengan ucapan mereka, aku malah menjauhi kau, yang mana kau itu sangat baik kepadaku. Padahal kau itu berteman denganku itu tulus tanpa memanfaatkan diriku," ucap Aruna panjang lebar menjelaskan penyebab ia yang menjauhi diri ku.          Aku menarik napas ku dan menghembuskan nya kasar. Masalah apalagi ini. Aku tidak habis pikir, kenapa sih mereka itu jahat kepada aku. Padahal di pikir-pikir aku itu tidak pernah mengganggu kehidupan mereka. Aku tidak pernah mengurusi kehidupan mereka, tapi kenapa sih mereka itu sepertinya merasa sangat terganggu sekali dengan keberadaan ku ini, padahal kan aku tidak pernah merugikan mereka.         "Maafkan aku, Aruna. Maafkan Aku. Kau mau kan berteman kembali dengan ku? Bersahabat kembali denganku? Tapi aku ingin menanyakan kan tentang cerita dari Citra dan Shela itu tidak benar kan?" tanya Duma.          Mendengar pertanyaan dari Dumai itupun aku bingung ingin menjawab jujur atau bohong. Tapi, aku berpikir lagi, jika aku bohong memang apa untungnya buat aku? dan jika Duma ingin kembali menjauhiku setelah mengetahui kebenaran dari cerita itu, aku pun sudah siap kalau dia tidak ingin berteman lagi dengan ku. Memang dari awal juga aku tidak memiliki teman kan, jadi pastinya aku biasa-biasa saja dong.         Aku menarik napas ku pelan dan menghembuskan nya lagi dengan perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari Duma, "Sebenarnya cerita yang diceritakan dari Citra dan Shela itu memang benar adanya, Duma. Ayah ku memang seorang penjudi dan pemabuk. Dan jika kau tidak ingin berteman dengan ku karena masalah itu, aku persilahkan. Aku tidak akan melarang kau untuk menjauhiku, karena aku sadar aku memang tidak pantas untuk berteman dengan kau," ucap ku.         Aku melihat raut wajah Duma yang terkejut ketika mendengar jawaban dari ku. Aku menghela napas ku kasar dan tanpa pikir panjang lagi, aku pun langsung beranjak dari kursi ku pergi meninggalkan Duma yang masih dengan keterkejutannya itu. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD