Bab. 69

1470 Words
        "Saat ini hujan deras sekali ya," ucap Emma sambil menatap ke arah luar jendela mobil. Iya, lagi-lagi Jogi mengantar Emma pulang. Akhir-akhir ini hubungan Jogi dan Emma sedikit dekat, dalam artian mereka tidak canggung lagi seperti awal mereka bertemu. Mereka sudah seperti layaknya temenan yang sudah sangat lama sekali.         "Lamtiar gimana kabarnya Jogi? Saya mau main tapi belum ada waktu kesana," ucap Emma menanyakan kabar istri Jogi ketika lampu lalu lintas menunjukkan lampu berwarna merah menyala. Sebelum menjawab pertanyaan Emma, Jogi mengambil air mineral yang ada di belakang kursinya itu.          "Kau ingin minum?" tanya Jogi menawarkan minum kepada Emma. Emma pun dengan cepat menggelengkan kepalanya menolak tawaran dari Jogi.          "Kabar lamtiar baik kok, kau main saja ke rumah kapan-kapan," jawab Jogi. Emma mengangguk mendengar jawaban Jogi tentang kabar Lamtiar.          "Memang sih kemarin-kemarin Lamtiar sempat sakit, tapi saat ini udah sehat kok," lanjut Jogi. Ketika lampu lalu lintas sudah berubah menjadi warna hijau, Jogi pun segera menjalankan mobilnya itu menuju rumah Emma.          Tidak ada percakapan lagi di antara mereka, sampai ketika mereka tiba di depan gang rumah Emma. Emang sedikit bingung ketika ia ingin turun dari mobil Jogi, karena saat ini memang hujan lebat sekali. Jika Emma tetap menerobos untuk sampai ke rumahnya Emma akan basah kuyup nantinya.         Jogi yang paham akan kekhawatiran Emma pun mencoba membalikan badannya ke belakang kursi kemudi nya itu untuk mencari sebuah payung di dalam mobilnya tersebut. Karena seingat Jogi, Lamtiar pernah menaruh payungnya di dalam mobilnya ini untuk jaga-jaga jika ada keadaan genting seperti ini. Dan benar saja Jogi melihat sebuah payung di bagian belakang mobilnya, kemudian, Jogi pun langsung saja mengambil payung tersebut.         "Ah! ini saya punya payung kau bisa gunakan payung ini," ucap Jogi sambil memberikan sebuah payung yang ia ambil dari bagian belakang mobilnya, yang sebenarnya payung itu milik Lamtiar. Istrinya.         Emma pun dengan segera mengambil payung yang disodorkan oleh Jogi. Mengingat saat ini hujan turun dengan sangat lebat, Emma pun menawarkan kepada Jogi untuk menunggu hujan reda di rumah nya itu.          "Kau ingin langsung pulang? ini hujan sangat deras loh, jalanan juga sangat licin, sepertinya sedikit susah untuk kau mengemudikan mobilnya sekarang," ucap Emma dengan nada khawatirnya.          Jogi pun melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya saat ini ini jam tersebut sudah menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. Jogi berpikir sebentar. Sepertinya Jogi memang harus langsung pulang saja ke rumah.         "Iya Em! saya harus pulang sekarang nih, nanti takutnya Lamtiar nungguin saya di rumah," ucap Jogi.          "Tunggu di rumah saya aja dulu, bahaya kalau kau tetap ingin pulang ke rumah sekarang juga. Tunggu lah hujan sedikit reda biar kau lebih aman mengemudikan mobilnya," ucap Emma memberikan saran kepada Jogi. "Kalau kau takut khawatir dengan lamtiar yang menunggu lama di rumah, nanti kau telepon saja lamtiar, kau bilang nanti kalau pulang ke rumahnya sedikit terlambat karena hujan sangat lebat sekarang, bagaimana?" tanya Emma.          Jogi pun memikir kan ucapan dari Emma itu. Kemudian, tidak lama Jogi pun mengangguk, menyetujui saran dari Emma.         "Baiklah, sebentar saya memberikan kabar terlebih dahulu kepada Lamtiar," ucap Jogi sambil merogoh saku celananya itu untuk mengambil ponsel miliknya dan segera menghubungi lamtiar. Setelah Jogi memberikan kabar kepada Lamtiar bahwa dirinya akan pulang terlambat ke rumah, Jogi pun langsung saja membuka pintu mobilnya itu dan langsung membuka payung yang ia ambil kembali dari tangan Emma.         Setelah itu keduanya pun masuk ke dalam gang dan berjalan menuju rumah Emma. Ketika mereka berjalan tiba-tiba saja dari arah belakang ada yang menabrak tubuh Jogi, sehingga Jogi pun terjatuh dan payung pun terlepas dari tangan Jogi tersebut. Emma pun terkejut ketika melihat Jogi yang tiba-tiba terjatuh dan badannya pun ditindih oleh seorang pria.         "Astaga! Jogii!" ucap Emma sambil membantu menyingkirkan tubuh pria yang menimpa tubuh Jogi tersebut.          Setelah tubuh pria yang menimpa tubuh Jogi itu disingkirkan, Emma pun mencoba mengulurkan tangannya untuk membantu Jogi agar segera bangun.          "Siapa dia?" tanya Jogi sambil menatap tubuh seorang pria yang sudah terkapar di atas tanah. Emma pun penasaran siapa pria tersebut. Di dalam pikiran Emma saat ini, pria itu adalah Abraham, karena postur tubuh pria itu mirip sekali dengan postur tubuh Abraham. Emma menatap Jogi yang mencoba untuk membalikkan tubuh pria yang terkapar di atas tanah itu, agar Jogii bisa melihat wajah pria tersebut.          Dan betapa terkejutnya Emma, ketika Jogi berhasil membalikkan tubuh pria itu. Ternyata dugaan nya itu benar bahwa pria itu adalah suaminya. Abraham. Emma pun langsung saja mendekati tubuh suaminya itu. Kemudian, Emma langsung membuang botol minuman alkohol yang dipegang oleh tangan Abraham.          "Abraham! astaga! hujan-hujan seperti ini kau malahan berada di luar rumah, harusnya kau menjaga Aruna di rumah, bukannya malah keluar-keluar seperti ini," ucap Emma kesal melihat Abraham.          Jogi yang mendengar bahwa Emma mengenali pria ini langsung bertanya, "kau kenal dengannya Emma?"         Emma melirik Abraham dan langsung menganggukkan kepalanya. "Dia suami saya," jawab Emma.          Kemudian Jogi pun langsung saja membantu pria tersebut yang merupakan suami Emma untuk bangun. Emma pun mengambil payung yang tergeletak di atas tanah dan langsung saja menutupi tubuh Abraham beserta Jogi agar tidak terkena air hujan lagi. Mereka berjalan menuju rumah Emma.          Setibanya mereka di rumah Emma langsung saja mengetuk pintu rumahnya tersebut. Tak lupa Emma meneriakan nama Aruna, bermaksud untuk segera membukakan pintu rumahnya ini karena pintunya itu terkunci dari dalam. Lalu, terdengarlah suara kaki yang berjalan terburu-buru dari dalam rumah, Emma yakin itu adalah Aruna. Kemudian, pintu rumah pun terbuka dan menampilkan Aruna dengan pakaian tidurnya.         "Tolong bantu Om Jogi untuk membopong ayah kau masuk ke dalam," perintah Emma kepada Aruna.          Aruna yang masih terkejut pun langsung saja membantu Jogi untuk membawa masuk Abraham. Di dalam pikiran Aruna pun bertanya-tanya, ada apa ini semua? kenapa ayah dan ibunya itu bisa bersama dengan ayahnya Duma. Setelah Abraham dibawa masuk dan didudukkan di kursi ruang tamu, Aruna pun kembali menutup pintu rumahnya, karena Aruna takut petir yang ada di luar itu menyambar mereka yang berada di dalam rumah.         "Aruna buatkan teh hangat untuk Om Jogi sekarang," perintah Emma lagi. Aruna pun dengan sigap bergegas ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Jogi. --- Aruna          Ketika aku sedang membuatkan teh hangat untuk Om Jogi, tiba-tiba saja ibu datang ke dapur menghampiriku.           "Sejak kapan ayah kau itu keluar rumah Aruna? apa dia tidak tahu di luar rumah itu lagi hujan lebat, dan tadi ibu malu sekali sama ayah kau itu, ibu malu dengan Jogi," ucap ibu yang berdiri di sampingku.           Aku pun mengernyit heran, memangnya apa yang diperbuat oleh Ayah sampai merasa malu dengan om Jogi. Dan aku pun bingung kenapa bisa mereka bertemu. Dan lagian juga sekarang Jam sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Kenapa Om Jogi masih bersama dengan ibu? ada urusan apa mereka. aku pun berinisiatif untuk bertanya kepada Ibu, meminta penjelasan kepada ibu tentang ini semua.          "Ibu kok bisa bersama Om Jogi? dan katanya tadi ibu malu dengan om Jogi atas perbuatan ayah? memang Ayah melakukan perbuatan apa sampai Ibu merasa malu dengan om Jogi?" Ibu menghela napasnya kasar.           "Kebetulan tadi ibu pulang bersama dengan om Jogi. Dan karena hujan lebat ini, Ibu menawarkan kepada Om Jogi untuk menunggu hujan reda terlebih dahulu di rumah kita ini. Ketika Ibu dan Om Jogi berjalan, tiba-tiba saja Ayah kau menabrak tubuh Om Jogi, sampai tubuh Om Jogi pun terjatuh dan ayah kau menimpa tubuh Om Jogi itu, ibu malu karena ayah kau itu mabuk. dia mabuk-mabukan, ibu melihat di tangan ayah kau, kalau ayah kau itu memegang botol minuman alkohol nya. Harusnya ayah kau itu mikir, seharusnya dia ada di rumah menjaga kau di rumah, bukannya malah keluyuran tidak jelas seperti ini," ucap Ibu menjelaskan kepadaku.           "Ayah memang keluar dari sejak ia makan ketika sore tadi. Aku pun tidak tahu dia keluar ke mana," ucap ku.          "Pasti Jogi memandang keluarga kita ini sangat rendah, pasti Jogi memandang ibu ini perempuan yang rendah. Pasti Jogi berpikir, bisa-bisanya ibu menikah dengan pria pemabuk seperti itu,"          "Aku harap om Jogi tidak berpikiran seperti itu. Sudahlah bu, aku ingin mengantarkan teh hangat ini dulu kepada Om Jogi," ucap ku. Kemudian, aku pun berlalu meninggalkan ibu di dapur.           Ketika aku sudah berada di ruang tamu aku melihat om Jogi yang bersiap-siap untuk pergi.           "Om Jogi mau ke mana?" tegur ku. Om Jogi pun menoleh ke arah ku, lalu tersenyum.          "Om mau pulang dulu ya, sudah malam. Hujannya juga sudah sedikit reda tidak lebat seperti tadi," aku melirik ke arah jendela memperlihatkan keadaan diluar.           "Sebentar ya Om aku panggilin Ibu dulu," ucap ku sambil membalikkan tubuh ku. Namun, om Jogi melarang ku.          "Tidak usah Aruna. Om Jogi pulang dulu ya, jangan lupa pintunya dikunci," Aku pun mengangguk, setelah itu om Jogi langsung berlalu pergi keluar rumah ku, dan berjalan menuju mobil yang pastinya terparkir di depan gang sana, tak lupa om Jogi menggunakan payung yang menutupi tubuhnya agar tidak terkena hujan. Setelah itu aku langsung mengunci kembali pintu rumah dan membawa kembali teh yang telah aku buat untuk Om Jogi ke dapur. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD