Bab. 63

1929 Words
         "Ayah, nanti antarkan aku ke minimarket terlebih dahulu ya, aku mau beli sesuatu," ucap Duma yang duduk di sebelah Jogi yang sedang menyetir mobilnya tersebut. Jogi pun mengangguk, menuruti permintaan dari anak semata wayangnya tersebut.           "Besok kau sudah kembali masuk sekolah, bagaimana semuanya sudah kau siapkan?" tanya Jogi. Ya, tidak terasa liburan sekolah akan berakhir. Tepatnya, hari ini adalah hari terakhir libur sekolah, dan besok semua anak-anak sekolah, baik itu SD, SMP, maupun SMA akan kembali melakukan kegiatan belajarnya.          "Iya ayah, semua sudah di siapkan," jawab Duma sambil memainkan ponselnya. Mobil Jogi pun berhenti ketika lampu lalu lintas dengan warna merah yang menyala. Jogi menolehkan kepalanya ke arah Duma yang sedang sangat fokus memainkan ponselnya, entah apa yang dilihat dari ponselnya itu.           "Kau sudah kelas dua belas, artinya kurang dari setahun kau akan lulus sekolah. Lalu, kau sudah ada rencana untuk melanjutkan pendidikan kau kemana?" tanya Jogi dengan serius. Duma yang ditanya tentang pendidikan oleh ayah nya pun, lantas Duma langsung menghentikan kegiatan nya memainkan ponselnya itu. Duma menaruh ponsel nya ke dalam slingbag nya yang ia bawa.           "Aku masih belum tahu mau melanjutkan pendidikan ku ke perguruan tinggi yang mana ayah, aku bingung. Dan aku juga belum memikirkan jurusan kuliah apa yang harus aku ambil," ucap Duma yang memberitahukan kegelisahan nya kepada ayah nya. Jogi pun menghela napasnya. Jogi mengusap pelan kepala anaknya tersebut.           "Sayang, Dimulai saat ini kau harus memikirkan masa depan kau. Kau tidak boleh bermain-main selayaknya kau masih di kelas sepuluh. Saat ini kau sudah kelas dua belas, kau harus segera memantapkan hati kau untuk memilih perguruan tinggi negeri dan jurusan mana yang kau minati. Dan tentunya kau juga harus banyak belajar untuk mempersiapkan masuk ke perguruan tinggi negeri tersebut. Lagipula di kota ini juga ada perguruan tinggi negeri yang bagus bukan? Nah coba kau daftar disana," ucap Jogi memberikan wejangan dan sarannya kepada Duma.          "Baiklah ayah," ucap Duma.           Tidak lama mobil Jogi pun berhenti di sebuah halaman minimarket. Kemudian, Duma pun langsung saja turun dari mobil nya itu dan berjalan untuk masuk ke dalam minimarket tersebut. Duma mencari sesuatu yang dibutuhkan nya saat ini. Karena ketika berjalan Duma tidak melihat ada seseorang yang berada di depannya, maka Duma pun tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang membawa sebuah kardus. Dan ya, kardus yang dibawa oleh seseorang itu pun terjatuh sehingga, isi yang ada di kardus itu pun ada yang keluar. Duma pun terkejut.          "Aduh! Maaf ya mba, saya tidak melihat," ucap Duma sambil membantu membereskan barang-barang yang berceceran di luar kardus tersebut, dan ia masukkan kembali ke dalam kardus tersebut. Ternyata tadi Duma menabrak seorang pegawai minimarket ini. Pegawai minimarket yang ditabrak oleh Duma pun mendongakkan kepala nya ketika ia sudah memasukkan semua barang-barang minimarket tadi ke dalam kardusnya. Namun, pegawai itu pun terkejut, ternyata yang menabrak nya adalah sahabat nya.          "Aruna!"           "Duma!" ucap mereka bersamaan. Duma pun langsung memeluk tubuh Aruna. Memang mereka selama libur sekolah ini, mereka tidak pernah ketemuan, seperti hangout bareng atau yang lainnya. Mereka hanya berkomunikasi lewat ponsel mereka masing-masing, itu pun jarang sekali. Mereka hanya saling menanyakan kabar.          Duma melihat pakaian yang saat ini Aruna kenakan. Duma menatap heran kepada Aruna yang memakai pakaian seragam minimarket ini. Karena, Duma sangat penasaran akhirnya Duma pun langsung saja menanyakan nya.          "Kau bekerja disini?" tanya Duma dengan ragu. Aruna tersenyum mengangguk, menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu.          "Di minimarket ini?" tanya Duma yang masih tidak percaya jika Aruna. Sahabat nya itu bekerja. "Tapi, kenapa kau bekerja?" tanya Duma lagi. Aruna menghela napas nya. Aruna tidak mungkin menceritakan penyebab kenapa Aruna saat ini bekerja.          "Aku hanya ingin bekerja saja," jawab Aruna singkat. Seolah Duma masih belum puas dai jawaban singkat yang diberikan dari Aruna, Duma pun ingin kembali bertanya. Namun, mengingat ayahnya yang sudah menunggunya di dalam mobil, Duma tidak ingin ayahnya menunggunya lebih lama lagi.           "Baiklah Aruna, nanti kita ngobrol lewat chat aja ya. Ayah ku sudah menunggu ku di depan, aku ke kasir dulu ya. Dan ya, sampai ketemu besok di sekolah," ucap Duma sambil melambaikan tangannya ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecil. Aruna tentu saja yakin, pasti sahabat nya itu sudah sangat kepo sekali tentang dirinya yang bekerja di minimarket ini. Aruna pun kembali melanjutkan pekerjaan nya. --- Aruna           "Teman-teman, hari ini saya akan memberikan bonus kepada kalian semua. Untuk hari ini minimarket tolong ditutup lebih awal ya," ucap paman Bontor tiba-tiba. Kami semua pun langsung menoleh ke arah paman Bontor. Aku pun menatap bingung ke arahnya. Katanya bonus? Bonus apa? Memang, hari ini adalah hari pertama aku menerima gajih. Dan semua gajih di kirim ke rekening masing-masing. Terkecuali aku, karena aku belum ada rekening, dan aku pun sudah bilang kepada paman Bontor untuk memberikan gajih ku secara cash aja. Dan paman Bontor pun mengiyakan permintaan ku.            "Bonus apa nih pak?" tanya salah satu teman kerja ku. Akbar.            Di sini usia ku lah yang paling muda diantara para pegawai lainnya. Mereka semua rata-rata berumur dua puluhan. Dan disini tidak ada yang merasa bahwa dia lah yang paling bagus dalam bekerja, semua disini saling membantu, saling membimbing. Mereka pun sudah menganggap aku seperti adik mereka sendiri. Aku sangat senang memiliki teman kerja seperti mereka semua.            "Hari ini saya akan mentraktir kalian semua makan setelah pulang kerja ini," ucap paman Bontor sambil tersenyum lebar. Kemudian, semua pegawai disini pun langsung teriak senang. Aku pun turut ikut senang mendengar nya. Ternyata rasanya seperti ini ya jika bekerja. Bahkan selama aku bekerja, aku tidak pernah merasa lelah.           "Aruna, nanti ke ruangan saya ya," aku yang tadinya sedang menatap semua teman-teman kerja ku yang sedang berteriak kesenangan pun langsung menoleh ke arah paman Bontor.           "Sekarang paman?" tanya ku. Paman Bontor pun mengangguk, dan ia pun langsung berjalan menuju tangan untuk menuju ke ruangannya yang ada di lantai 2. Aku pun dengan segera mengikuti langkahnya.            Aku mengetuk terlebih dahulu pintunya. Setelah paman Bontor mengijinkan aku untuk masuk, aku pun langsung membuka pintu ruangan paman Bontor. Aku langsung saja duduk di kursi di depan meja paman Bontor. Aku melihat paman Bontor yang membuka laci meja nya dan langsung mengeluarkan sebuah amplop putih panjang. Dan ia pun menaruh nya di hadapan ku.           "Itu uang gajih kau Aruna, dan ya hari ini tepatnya adalah hari terakhir kau bekerja bukan?" tanya paman Bontor. Aku menatap amplop putih tersebut. Kemudian, aku mendongak menatap paman Bontor.           "Paman.... Seperti yang aku bilang di awal, aku ingin bekerja disini terus Paman," ucap ku. Paman Bontor pun menghela napas nya.            "Aruna, paman tau kau ingin sekali melanjutkan pekerjaan kau ini. Tapi, apa ibu kau tau kalau kau ingin tetap terus bekerja? Paman juga tidak melarang, hanya saja paman juga memikirkan pendidikan yang sedang kau jalani ini Aruna. Kau harus memikirkan nya, saat ini kau harus fokus tentang pendidikan kau," ucap paman Bontor. Aku menundukkan kepala ku. Memang benar, aku juga belum memberitahu ibu kaalu aku ingin melanjutkan pekerjaan ku ini. Dan jika aku memberitahu ibu tentang ini, tentunya ibu akan menolak dengan keras. Masih untung ibu memberikan ijin untuk ku bekerja selama 2 minggu ini.            "Tidak usah khawatir Aruna, selagi kau hidup pasti akan ada banyak rezeki yang akan menghampiri diri kau, selama kau percaya pada Tuhan kau, hidup kau akan selamat dan selalu di berikan kelancaran," ucap paman Bontor menasihati ku. Sedih rasanya jika aku harus meninggalkan pekerjaan ini, aku sudah sangat nyaman dengan pekerjaan ini. Aku tidak ingin meninggalkan teman-teman kerja ku.           "Kalau kau ada waktu kosong, kau boleh kok bermain kesini, bekerja disini. Jangan sungkan-sungkan nak, dan itu juga tetap akan paman bayar," ucap paman Bontor lagi. Aku pun dengan perlahan mengangguk. Menyetujui ucapan paman Bontor.            "Baiklah paman, terima kasih selama ini paman sudah mau membantu Aruna, maafkan Aruna ya paman jika selama Aruna bekerja di minimarket paman, Aruna pernah berbuat ceroboh dan sebagainya," ucap ku. Paman Bontor pun berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri ku. Kemudian, paman Bontor memelukku. Aku sangat terharu dengan paman Bontor. Paman Bontor yang bukan siapa-siapa saja sangat menyayangi ku seperti anaknya, tapi ayah? Bahkan untuk memelukku saja tidak pernah. Aku tersenyum miris.            "Tidak usah minta maaf, Aruna sudah paman anggap seperti anak paman sendiri. Kapan-kapan nanti main ke rumah paman ya," ucap paman Bontor sambil mengusap punggung ku pelan. Aku mneganidi pelukan nya. Aku sangat menyayangi paman Bontor. Aku tidak siap jika aku sampai kehilangan paman Bontor. Aku mengusap perlahan ketika air mata ku terjatuh di pipi.            "Semangat belajar nya, paman doakan kau akan menjadi anak yang sukses," ucap paman Bontor. Aku pun mengamini doanya di dalam hati.            "Terima kasih ya paman, kalau begitu Aruna ke bawah dulu," pamit ku. Aku pun langsung berjalan menuju pintu dan keluar dari ruangan paman Bontor.           Aku berpikir aku harus memberitahu semua teman-teman ku yang bekerja di minimarket ini. Aku pasti akan sangat kangen dengan mereka, yang setiap hari nya penuh dengan canda tawa ketika bekerja. Sebab itulah aku tidak pernah merasa lelah selama bekerja. Aku menatap mereka yang sedang tertawa bersama-sama. Walaupun aku bekerja di minimarket ini baru 2 minggu, aku sudah menganggap mereka seperti kakak-kakak ku sendiri. Aku tersenyum menatap mereka semua.            "Hei Aruna! Sini gabung, ngapain kau berdirinya di sana," aku pun langsung saja mengubah raut wajah ku menjadi senang. Aku pun dengan segera berjalan menuju ke meja kasir. Saat ini minimarket akan segera tutup, dan tepat hari ini aku sudah selesai bekerja di minimarket ini. Dan besok aku harus melakukan aktivitas ku seperti biasa. Bersekolah.            "Kakak-kakak," panggil ku. Ya, aku harus segera bilang kepada mereka. Karena, memang mereka tidak tau jika aku bekerja di sini hanya 2 minggu. Mereka yang sedang tertawa pun langsung menghentikan tawanya. Mereka semua langsung memfokuskan ke arah ku. Tiba-tiba kak Dora pun menarik tangan ku untuk berdiri di sebelahnya. Namun, tiba-tiba saja kedua mata ku berkaca-kaca, entah aku tidak sanggup rasanya untuk meninggalkan mereka.           "Eh kok nangis Aruna, kenapa loh? Siapa yang nakalin Aruna hm?" aku pun langsung saja menangis dan memeluk kak Dora. Kak Dora pun mengusap-usap bahu ku. Teman-teman ku yang lainnya juga segera menenangkan ku. Ada yang menghibur ku dengan lelucon yang di lontarkan nya agar aku bisa tertawa kembali. Iya, dia adalah kak Akbar yang selalu memberikan lelucon-lelucon yang membuat orang-orang langsung tertawa mendengar nya.            "Ada apa adikku?" tanya kak Dora. Aku menarik napas ku pelan dan ku hembuskan pelan.            "Kakak-kakak maafin Aruna ya kalau selama ini Aruna bekerja di sini sudah membuat kalian repot, membuat kalian lebih capek karena harus mengajari Aruna. Maafin Aruna juga jika Aruna pernah buat salah dengan kalian baik itu sengaja maupun yang tidak di sengaja. Maafin perkataan Aruna juga, jika selama Aruna bekerja di sini ada kata-kata yang tidak mengenakkan di hati kakak-kakak semua. Maafin Aruna dan Aruna sangat terima kasih dengan kalian semua, karena kalian udah mau membimbing Aruna selama bekerja disini," ucap ku dengan suara yang bergetar. Aku mengusap air mata ku yang kembali mengalir di pipi ku.            "Loh emang mau kemana Aruna? Kau tidak bekerja lagi?" tanya kak Dewi. Aku tersenyum ke arahnya.           "Besok Aruna sudah mulai masuk sekolah dan Aruna pun berhenti bekerja di sini, jadi Aruna harus fokus kembali ke pendidikan Aruna," jawab ku.           "Oh begitu, yaudah tidak apa-apa belajar yang benar supaya jadi orang sukses. Terus kalau udah sukses jangan lupain kita-kita yang bekerja di sini ya Aruna, dan juga sering-sering main ke sini. Duh kak Akbar bakalan kangen banget sama Dede gemes kakak yang ini," ucap kak Akbar tentu saja dengan candaan nya. Aku terkekeh pelan.           "Aruna tidak akan melupakan kalian, nanti kalau Aruna ada waktu Aruna main kesini kok," ucap ku. Iya, aku tidak akan pernah melupakan mereka. Aku akan selalu mengingat jasa-jasa mereka di hidup ku. Kemudian, mereka semua pun langsung memeluk ku. Aku tersenyum, aku sangat senang mengenal mereka selama ini. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD