Bab. 4

1739 Words
         "Letak kan kertas selembar dan alat tulis pena di atas meja kalian masing-masing sekarang. Selain barang yang ibu sebutkan tadi itu semua, silahkan kalian masuk kan ke dalam tas kalian. Termasuk Handphone atau catatan-catatan kecil yang kalian buat sendiri untuk contekan, pokonya semuanya. Jangan berani-berani kalian menaruh contekan di mana pun. Karena saya pasti akan segera mengetahui nya. Kerjakan ujian ini dengan jujur. Tidak boleh ada yang menengok ke kanan dan ke kiri. Paham kalian?!" ucap Ibu Badia. Guru mata pelajaran kimia di kelas ku. Ya! Ibu Badia adalah salah satu guru yang terkiller yang ada di sekolah ku.          "Paham Bu," jawab kami semua dengan kompak. Ibu Badia langsung saja membagikan kertas-kertas yang berisi soal-soal yang harus di kerjakan dengan segera. Langsung saja, aku bergegas mengerjakan ulangan harian kimia ini. Beruntung nya aku kemarin sudah belajar semua materi-materi yang di berikan oleh Ibu Badia. Memang, soal-soal yang di berikan oleh ibu Badia cukup sulit. Apalagi jika tidak belajar terlebih dahulu. Sudah lah pasrah saja jika begitu.            Aku yang sedang mengerjakan ulangan pun tiba-tiba saja ada yang mendorong pelan kursi ku dari belakang. Aku langsung saja menegakkan badan ku. Terdengar ada bisikan dari belakang. "Aruna, nomor tiga apakah kau sudah?" Aku langsung saja menjawab dengan gelengan kepala.             "Kau jangan bohong, cepat lah berikan aku contekan. Sulit sekali nomor tiga ini," aku menyenderkan badan ku ke kursi. Dan langsung menjawab dengan suara yang sangat pelan. "Sungguh Kelvin aku juga belum, aku juga kesulitan-" ucapan ku terpotong oleh teguran yang sangat keras dari Ibu Badia.            "Kau bicara dengan siapa Aruna?!" Aku yang di sebut nama nya oleh ibu Badia pun langsung menegakkan badan ku. Aku gugup.            "T-tidak ada Bu," ucap ku dengan nada setenang mungkin agar ibu Badia tidak mencurigai ku.            "Yasudah lanjutkan ujian kau," ucap nya dengan mata yang sudah menatap ku dengan tajam. Aku hanya mengangguk menanggapi nya. Aku melanjutkan mengerjakan ujian ku dan tanpa ku hiraukan panggilan-panggilan dari Kelvin di belakang. ---           Aku pergi ke toilet setelah aku menyelesaikan ujian ku. Sungguh otak ku rasanya ingin meledak saja mengerjakan soal-soal nya. Ibu Badia jika memberikan soal tidak kira-kira sekali. Aku mencuci wajah ku dengan air keran yang mengalir agar terlihat lebih segar. Aku menatap wajah ku dari cermin. Aku tersenyum melihat wajah ku dari cermin toilet tersebut. Menarik napas dan menghela nya sekali. Aku merapihkan rambut-rambut ku yang keluar dari kunciran rambut ku. Setelah selesai, langsung saja aku pergi keluar untuk ke kantin membeli makanan untuk aku santap di kelas.            Aku berjalan dengan kesendirian ku. Tidak ada yang menemani. Aku tersenyum melihat orang-orang yang sedang bercanda dengan teman-teman akrab nya. "Eh!" Aku terkejut. Hampir saja aku menabrak salah satu murid. "Eh! Maaf kak ... Oh iya untung kita ketemu disini. Kebetulan tadi kak Aruna di panggil ibu Iis, di suruh menemui ibu Iis di ruangan BK sekarang kak," ucap nya menyampaikan amanat dari salah satu guru. "Oh gitu ya, yaudah terima kasih ya," ucap ku sambil tersenyum kepada adik kelas itu. Entah, dia kelas berapa, mungkin kelas sebelas. Mereka mengangguk dan langsung pergi dari hadapan ku. Aku bergegas pergi menuju ke ruangan BK untuk menemui ibu Iis. ---             Setelah aku sampai di depan pintu ruangan BK (Bimbingan Konseling), Aku pun mengetuk pintu terlebih dahulu.            "Ya, silakan masuk," ucap ibu Iis yang ada di dalam. Setelah mendengar jawaban bahwa aku di perbolehkan masuk. Aku segara membuka knop pintu tersebut. Aku masuk dan langsung menutup kembali pintu itu. Aku berjalan ke arah ibu Iis.             "Ibu memanggil saya?" tanya ku memastikan. Ibu Iis yang tadi nya sedang mengisi data-data pun langsung mendongak ketika mendengar suara ku. "Oh Aruna, kau sudah datang, silakan duduk dulu," ucap ibu Iis yang baru menyadari kedatangan ku. Aku pun langsung duduk di depan meja kerja nya. "Jadi gini Aruna, ibu mau minta tolong untuk bantuin ibu mengisi data-data murid-murid dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas, bisa tidak Aruna?" ucap Ibu Iis. "Oh boleh Bu, yang mana yang harus saya kerjakan Bu?" tanya ku. Ibu Iis langsung saja memberikan sebuah laptop kepada ku.             "Ini! Kau tolong masukkan data-data nya ke laptop ini ya, setelah selesai masukkan ke dalam flashdisk ini. Biar nanti ibu gabungkan dengan data-data yang ada di komputer ini," ucap ibu Iis sambil memberikan sebuah laptop yang ia punya. Aku langsung saja mengambil nya dan membawa nya ke tempat meja yang di dekat pintu. "Tolong cepat di selesaikan ya Aruna, soalnya kepala sekolah membutuhkan nya dengan segera. Dan tadi kau juga sudah ibu izinkan kepada guru mata pelajaran yang mengajar di kelas kau saat ini," ucap nya.             "Baik Bu, akan segera saya selesaikan," ucap ku sambil mulai menekan-nekan tombol keyboard di laptop milik Bu Iis. ---             Di rumah, saat ini Abraham hanya sendirian. Emma. Istri nya sedang bekerja. Dan Aruna. Anak nya sedang sekolah hari ini. Saat ini sudah pukul sebelas siang. Dan Abraham pun baru saja bangun dari tidur nyenyak nya. Abraham langsung saja bergegas bangun dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.            Setelah nya, Abraham pun langsung keluar dari kamar nya, dan berjalan menuju dapur untuk mengisi perut nya yang sudah kosong. Enak sekali sepertinya melihat hidup Abraham. Kerjaan nya hanya tidur dan makan. Tidak berguna.            "Sepi sekali rumah ini, sepertinya Aruna masih berada di sekolah," ucap nya kepada diri nya sendiri. Langsung saja Abraham mengambil piring yang ada di dalam rak piring dan mengisi nya dengan dua centong nasi dan lauk pauk yang sudah di persiapkan oleh Emma sebelum Emma berangkat kerja. Setelah nya Abraham langsung membawa makanan nya dan segelas air putih ke depan tv. Ya, Abraham makan dengan sambil menonton siaran yang di tayangkan di TV.             "Argh! Sialan! Tidak gol lagi" ucap Abraham dengan kesal. Ya! Saat ini Abraham sedang menonton sepak bola sambil menghabiskan makanan nya.                  Drrttt ... Drrttt ... Drrttt            Ketika Abraham sedang menyuapkan sesuap nasi nya sekali lagi ke dalam mulut nya. Abraham merasakan getaran dari handphone milik nya. Abraham langsung mengambil handphone nya yang ia letakkan di atas meja. Abraham menyipitkan mata nya untuk membaca siapa yang menghubungi nya saat ini. Terkejut. Ternyata pak Bima yang menghubungi nya. Pak Bima adalah seseorang penagih hutang. Setiap bulan pak Bima menagih hutang kepada Abraham. Dan Abraham saat ini sudah menunggak 3 bulan. Abraham tidak membayar hutang nya selama itu. Abraham hanya memberikan janji-janji palsu kepada pak Bima. Abraham memutuskan untuk tidak mengangkat telpon dari Bima. Biarkan saja nanti juga mati sendiri panggilan telepon dari Bima. Abraham belum ada uang untuk membayar hutang nya tersebut. Abraham melirik handphone. Benar saja perkiraan nya sudah mati panggilan dari nya. Tidak lama handphone nya pun bergetar kembali. Abraham tetap saja membiarkan handphone nya bergetar. Tidak memperdulikan ada panggilan dari Bima. Si penagih hutang tersebut. Abraham bangun dari duduk nya untuk menaruh piring bekas ia makan. Meninggalkan handphone nya yang masih bergetar di meja. Abraham yang sedang membuat kopi di dapur pun mendengar ada suara ketukan di pintu depan.             "Siapa itu yang mengetuk pintu," ucap Abraham. Abraham pun langsung saja mengecek lewat jendela untuk melihat siapa yang bertamu di siang hari ini. Abraham pun langsung terkejut melihat nya. Ternyata Bima yang mengetuk pintu.            "Abraham!" teriak Bima memanggil Abraham. "Abraham! Buka pintu nya!" teriak Bima semakin keras. Abraham pun masih saja belum membukakan pintu rumah nya untuk Bima.            "Bu, mau tanya, rumah itu di dalam ada orang nya tidak Bu?" tanya Bima kepada ibu-ibu yang sedang berjalan sendirian. Abraham yang mendengar Bima bertanya kepada seseorang pun langsung saja mengintip.             "Oh, sepertinya ada Abraham nya pak di dalam, kalau istri nya lagi bekerja dan anak nya lagi sekolah. Coba saja di ketuk pintu nya biasanya jam segini Abraham masih ada di rumah nya pak," jawab ibu-ibu tersebut.            "Sudah Bu, tadi saya sudah memanggil nya malah. Tapi, tidak ada orang yang menyaut," jawab Bima.            "Saya tidak tau kalau begitu pak,"           "Yasudah, terima kasih ya Bu," Bima pun kembali ke depan pintu rumah Abraham. Bima langsung saja menelpon bos nya tersebut untuk memberi tahu bahwa abraham sedang tidak ada di rumah nya sekarang. Abraham tetap saja mengintip, memperhatikan Bima yang masih saja menelpon. Tidak lama, Bima pun langsung melangkah pergi dari halaman rumah Abraham. Abraham yang sedari tadi mengintip dari jendela rumah pun langsung saja menghela napas nya. "akhirnya si rentenir itu pergi juga dari rumah ku," Abraham pun langsung saja kembali berjalan ke dapur dan membuang bubuk kopi dan gula dari gelas yang ingin ia buat tadi. Abraham pun langsung saja berjalan ke arah kamar nya untuk mengambil sebuah baju dari lemari nya.            Abraham pun mematikan televisi yang ia tonton tadi, sebelum ia pergi dari rumah. Abraham mengunci pintu rumah nya dan langsung mengambil motor yang terparkir di samping rumah nya. Untung saja Bima tadi tidak melihat ada motor yang terparkir. Ketika abraham sedang memanaskan motor nya sebelum ia menggunakan nya. Tiba-tiba saja ada yang memanggil Abraham.            "Hey Abraham, kau ada di rumah dari tadi? Saya kira kau tidak ada di rumah," tanya Ibu-ibu tersebut. Ternyata ibu-ibu itu adalah ibu-ibu yang tadi Bima tanyakan tentang keberadaan Abraham. Abraham yang di tanya seperti itu pun langsung saja menjawab. "Iya Bu saya ada di dalem rumah kok dari pagi, memang nya ada apa bu?" tanya balik Abraham.            "Enggak, Tadi itu ada yang menanyakan kau soalnya," jawab ibu-ibu tersebut. Abraham pun langsung menunjukkan ekspresi yang seperti orang bingung. Dan ia pun langsung saja menyambangi ibu-ibu itu yang sedang berdiri di depan pagar bambu rumah nya sambil membawa plastik yang entah isi nya itu apa.             "Siapa memang bu yang menanyakan saya?" tanya Abraham pura-pura tidak mengetahui ada yang mencari nya.             "Entah lah, saya pun tidak tahu siapa dia, yang jelas perawakan nya memiliki tubuh yang sangat besar, memakai jaket kulit berwarna hitam, terus memakai kacamata yang berwarna hitam juga, lalu, ia juga memakai topi berwarna hitam. Pokonya semua nya warna hitam deh. jika di lihat-lihat serem sekali kayak preman, makanya tadi saya buru-buru menjawab pertanyaan dari dia. Soalnya saya takut lihat perawakan nya," jawab ibu-ibu itu mendeskripsikan rupa Bima dengan ekspresi wajah yang terlihat takut.             "Benarkah?"             "Iya, apakah kau tidak mendengar ada suara orang teriak? Katanya dia sudah meneriaki nama kau dari tadi, tapi tidak ada yang menyahut,"             "Tidak, mungkin tadi saya menyetel suara televisi terlalu keras sehingga tidak terdengar ada yang memanggil," jawab Abraham. Berbohong kembali. "Yasudah, saya hanya memberi tahu itu saja, kalau begitu saya pamit pulang dulu ya," pamit ibu-ibu tersebut. Abraham pun hanya mengangguk. Dan kembali lagi ke arah motor yang sedang ia panasin tadi. Segera saja Abraham langsung menaiki kendaraan beroda dua tersebut. Dan langsung menancapkan gas. Pergi entah kemana. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD