BAB 3

1964 Words
BAB 3 HAPPY READING **** Sebenarnya sejak ia pindah ke apartemen, ia hidup dengan Andre, baik itu di apartemen Andre ataupun di apartemennya. Kedua orang tuanya mungkin tahu apa yang telah mereka lakukan, namun mereka tidak menanggapi apa-apa. Kedua orang tua mereka cukup open dalam menyikapi ini, mengenai pendidikan seks dan consent-nya. Ia sebagai anak juga paham tanggung jawab serta konsekuensi yang hadir atas keputusan untuk tinggal bersama. Intinya anak sudah dewasa dan paham, siap tanggung jawab terhadap pilihan apapun, karena sudah memikirkan keputusan matang-matang. Pulang kerja, seperti biasa mereka memutuskan untuk berbelanja ke salah satu supermarket yang ada di mall apartemennya. Feli memandang Andre berada di sampingnya sedang mendorong troli. Berbelanja seperti ini sering mereka lakukan. Living together di Indonesia sepertinya sudah sangat lumrah dan banyak dilakukan dan disukai oleh intelektual muda di kota-kota besar seperti Jakarta. Banyak factor mereka melakukan itu. Menurutnya pernikahan itu merupakan satu komitmen jangka panjang antara dua pihak yang rela hidup berdasarkan rasa hormat dan keyakinan terhadap satu sama lain. Inilah suatu symbol jaminan dan tanggung jawab kepada kedua pihak. Banyak masyarakat di luar sana menjudge tingkah laku bermesraan memang tidak bermoral dan mempengaruhi martabat seseorang terutama harga diri gadis. Namun ia sebagai kaum intelektual jaman sekarang tidak masalah. Banyak orang di luar sana living together lebih indah, hangat, dan bahagia ketimbang menikah. Dari sisi agama dan adat istiadat memang tidak boleh. Namun karena merasa lebih menantang terutama di bawah hukum yang melarang. Dan dari sisi psikologis, orang menikmatinya karena tidak terikat komitmen dan perjanjian sehingga tidak ada yang perlu dipertanggungjawabkan bila terjadi sesuatu, nothing to lose. Selama ia tinggal bersama dengan Andre tidak melulu soal seks. Ia tidak munafik kalau tinggal bersama pasti melakukan hal seperti itu. Namun itu hanya seperkian persen dari aktivitas lainnya yang ia lakukan. Tinggal bersama seperti ini bisa mengenal pasangan lebih dalam, dan bagaimana keseharian pasangan. Pertengkaran bisa terjadi karena hal sepele, perkara hanya handuk dan lupa membuang sampah. Ia pribadi sangat menikmati, karena ia sendiri bisa menggatur keuangan dengan baik, dan tanggung jawab. Sedangkan kaum muda sekarang banyak sekali enggan menikah, karena menikah tidak menjamin kebahagiaan. Apalagi patriaki sangat kental, ada ketakutan-ketakutan sendiri ketika akan melangsungkan pernikahan. Patriaki jaman dulu begitu kental, wanita setelah dewasa hanya diharapkan untuk menjadi istri yang kerjaanya seputar dapur, sumur dan kasur. Kalau mendapat suami yang baik itu bagus menurutnya bisa diajak kerja sama. Tapi jika mendapatkan suami yang berlaku sesuka hati, wanita mengalami KDRT, selingkuh, istri hanya bisa pasrah menerima nasib. Karena takut diceraikan dan tidak akan menghidupi dia dan anak-anak. Bahkan jaman sekarangpun istri kerap dipandang sebelah mata kalau tidak memberikan kontribusi dalam perekonomian keluarga. Oleh sebab itu ia masih ragu untuk menikah. Walau ia tahu bahwa Andre pria yang baik dan tidak akan melakukan itu, karena pada dasarnya Andre menerapkan kesetaraan. Selama mereka tinggal bersama ia dan Andre, saling menghargai privasi masing-masing. Saling percaya satu sama lain, me time berlaku untuk ke dua belah pihak. Ia boleh bersenang-senang dengan sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Untuk urusan keuangan Andre memberikan kartu kredit unlimited kepadanya, untuk keperluan mereka selama hidup bersama. Kekasihnya itu seorang pengusaha Nikel, pewaris utama CSM Grup. Anak pertama dari dua bersaudara, adiknya Vero sudah menikah terlebih dahulu. Vero menikah dengan salah satu anak konglomerat di negri ini. Sekarang menjadi nyonya Kafka pewaris Mayori grup, dan toko bakery Vero semakin berkembang, bahkan katanya sudah ada lima cabang yang tersebar. Satu hal lagi kenapa ia bisa bertahan dengan Andre hingga sekarang, karena keluarga Andre begitu baik kepadanya. Bahkan orang tuanya Andre sudah ia anggap keluarga sendiri. Setelah berbelanja Feli dan Andre kembali ke apartemen. Lift membawa mereka menuju apartemen milik Feli. Ia dan Andre memang tidak sepenuhnya tinggal di sini, kadang ia juga tinggal di rumah Andre di Pondok Indah. Feli dan Andre meletakan bahan-bahan makanan yang mereka beli di atas meja. ia memandang Andre menggulung kemejanya hingga ke siku. Aktifitas seperti sudah mereka lakukan selama dua tahun ini. Andre sama sekali tidak berubah, dia pria dewasa yang sangat menawan, ia suka dengan ketenangan dan kenyaman yang diberikan oleh Andre kepadanya. Selama ia mengenal Andre, ia tahu karakter Andre seperti apa, pertama pria itu tidak suka menimbun masalah. Misalnya saja hal sepele hal kaos kaki berbeda warna harus diselesaikan sekarang juga. Andre itu seseorang yang bisa melengkapi dan ia bisa melengkapi dirinya, hubungan dirinya dan Andre itu mirip simbiosis mutualisme. Andre juga menganggap pasangan setara. Ia suka dengan ide-ide dan padangan hidup Andre yang open minded. Dia mau melakukan pekerjaan dasar rumah, karena di apartemen mereka tidak memiliki asisten, jadi mereka mengerjakan bersama. Dia dibesarkan dari keluarga harmonis dan berpendidikan. Dia juga seseorang yang bisa merasa cukup. Seseorang yang tidak pernah melakukan kekerasan. Dia sangat tidak menyukai konflik. Dan dia adalah seseorang yang telah membantunya mewujudkan impian membangun toko tekstil hingga sebesar ini. Jujur, ia dan Andre tidak suka membahas tentang ras, agama karena mereka sendiri belum sepenuhnya yakin dengan agama, apalagi sekte makan bubur, karena bukan perkara kursial. Mereka juga belum membahas tentang anak, karena itu akan dibicarakan nanti. Feli menggoreng ayam, dan ia juga memasak sayur brokoli. Sementara Andre membantunya menyiapkan piring dan air. Kalau breakfast selalu Andre yang buat, karena kadang ia tidur susah bangun kalau pagi. Andre memandang Feli, meletakan makanan di meja, ayam goreng, sayur tumis brokoli, udang tempura, sambal, dan ada kerupuk. Sebelum mereka tinggal bersama ia tahu kalau Feli belum mahir memasak, namun setelah tinggal bersama keahlian Feli memasak meningkat, mereka sama-sama mencoba berbagai menu di youtube. Ia baru tahu ternyata memasak bersama itu menyenangkan. Ia mencicipi masakan Feli, “Masakan kamu enak,” ucap Andre. “Selalu enak,” ucap Feli terkekeh. Andre tersenyum, dan melirik jam menggantung di dinding menunjukan pukul 20.00 menit. Makan malam seperti ini biasa mereka ngomong secara deep dan membahas apa saja. “Kamu sudah memikirkan jawaban tadi?” Tanya Andre, ia memasukan makanan ke dalam mulutnya. Feli menarik nafas, ia memandang iris mata itu, tidak ada keraguan pada tatapan itu. Umurnya sudah 28 tahun, dan itu merupakan umur yang sangat ideal untuk menikah. “Iya sudah,” ucap Feli. Andre tersenyum, “Apa jawaban kamu?” Tanya Andre penasaran. Feli ikut tersenyum, “Iya, aku mau menikah dengan kamu,” ucap Feli. Andre tidak menutupi rasa bahagianya, ia meraih jemari Feli, ia elus punggung tangan itu, “Aku senang dengan jawaban kamu,” ucap Andre, ia tahu Feli salah satu penganut paham yang enggan menikah cepat. Sekarang bibir penuh itu menjawab iya, itu merupakan hal luar biasa. “Kamu siap menikah?” Feli mengangguk, “Ada beberapa alasan kenapa aku siap menikah dengan kamu.” “Alasannya apa?” Tanya Andre penasaran, ia sudah mengatakan ingin menikahi Feli secepatnya sejak tahun lalu, namun banyak alasan yang membuat Feli enggan menikah, jadi ia mengikuti kemauan sang kekasih. Feli menyungging senyum, “Aku sekarang sudah tahu tentang namanya prioritas dalam hidup, dan aku bisa mengaturnya. Aku sekarang sudah mengerti tentang kebahagiaan. Aku juga sekarang bisa mengambil keputusan yang tidak hanya berpatokan dengan perasaan saja, namun logika.” “Kita juga sudah dua tahun menjalin hubungan, bagi aku itu sudah sangat ideal mengenal karakter kamu sehari-hari. Kita juga sudah mempelajari peran yang baik sejak kita tinggal bersama. Kadang aku sering bertanya dengan diri sendiri, apakah aku siap menikah atau tidak. Dan ternyata aku siap menikah.” “Aku dan kamu juga memahami batasan-batasan pertemanan selama ini. Kita juga tidak membenarkan dalam hubungan tentang perselingkuhan dan kekerasan. Dan satu hal lagi, aku sudah siap secara psikis, mental dan finansial, untuk menikah dengan kamu.” “Aku sebagai wanita, akan berubah status menjadi sebagai istri. Aku perlu dan paham dalam penempatan ini. Teman aku Ocha sudah menikah dengan pria pilihannya, dan sekarang dia tampak bahagia, menceritakan kesehariannya bersama suami dan anaknya.” “Awalnya aku punya trust issue tentang pernikahan, namun pada akhirnya Ocha menikah selama dua tahun, dan pernikahanannya cukup bahagia. Kita beberapa kali mengunjungi Ocha dan aku berpikiran menikah tidak seburuk yang aku pikirkan.” “Aku pikir menikah ruang gerak aku terbatas, namun Ocha dan aku tetap bisa sering ketemu untuk lunch ataupun shopping bareng. Saat ini aku mulai tahu bahwa cantik itu perlu, finansial itu penting dan hubungan juga tidak kalah pentingnya.” “Aku mulai berpikir inilah kedewasaan yang sesungguhnya dan aku ingin menikah.” Andre tersenyum, ia beranjak dari duduknya, ia mendekati Feli, “Terima kasih sayang, sudah memutuskan untuk menikah denganku.” “Aku bahagia, kita bisa memutuskan untuk berkomitmen sejauh ini.” “Iya, sama-sama.” Mereka adalah dua orang yang sedang berbahagia, karena disitulah diberikan yang terbaik untuk hidup. Tanpa sadar mereka menjadi versi terbaik dalam hidup. Menjaga hubungan dengan rasa percaya yang begitu besar di masa depan. *** Beberapa menit kemudian mereka sudah menyelesaikan makannya. Andre dan Feli masuk ke dalam kamar. Feli memandang Andre membuka kancing kemejanya, ia memandang tubuh Andre di sana. Sejujurnya ia sudah sering melihat Andre bertelanjang d**a. Namun tetap saja membuat hatinya berdesir. “Sayang,” ucap Andre, ia hanya menyisakan boxer nya saja, menatap Feli yang sedang membuka kancing kemejanya. “Iya.” “Besok kita ke rumah mama ya.” “Kenapa?” “Bahas masalah ini. Mungkin dalam waktu dekat aku akan melamar kamu,” ucap Andre. “Iya.” “Kamu bahagia?” Tanya Feli memandang Andre dari kejauhan. Andre tertawa, ia melirik Feli, “Tentu saja sayang, aku menunggu ini sudah sejak tahun lalu.” Andre mendekati Feli, ia menyentuh rambut panjang itu, “Mandi, bareng ya,” ucap Andre dengan senyum nakalnya. Feli tahu apa apa yang ada di dalam pikiran Andre, “I know, apa yang kamu pikirkan.” “You always know, what I'm thinking, baby,” bisik Andre. Feli tertawa, ia membuka seluruh pakaiannya dan mereka masuk ke dalam kamar mandi. Tubuh mereka polos, air hangat membasahi tubuh mereka berdua. Andre berada di belakang Feli, ia mengecup leher jenjang itu, dan Feli memberi akses lebih untuk Andre mengecupnya lebih dalam. Bibirnya tidak berhenti mengecup leher, ia menghisap, mengigit pelan dan kedua tangannya memijat d**a Feli. Feli merasakan geli bercampur nikmat, ia membiarkan Andre menyentuhnya lebih dalam. Rasanya sangat luar biasa, gairahnya meningkat ketika tangan Andre memijat d**a semakin cepat. Tubuhnya diputar oleh Andre, mereka kini saling berhadapan satu sama lain di bawah air hangat yang jatuh. Andre mendekat dan lalu melumat bibir Feli dengan mengebu-ngebu, mereka menghisap bibir atas dan bawah secara bergantian. Lumatan-lumatan itu mencari cepat dan dalam. Mereka memainkan lidah, secara bergantian. Mereka berdua sama-sama terbakar gairah. Desahan-desahan halus keluar dari bibir Feli, itu membuat Andre semakin bersemangat melakukannya. Andre melepaskan pangutannya, ia mendorong tubuh Feli, dan Feli merasakan tubuhnya terbentur dinding. Bibir Andre menghisap d**a kanannya seperti bayi kehausan dan tangan kirinya menyentuh ujung putting. Desahan-desahan kembali lolos dari bibir Feli secara tidak beraturan, Feli merintih menahan nikmat. Tangan Andre turun ke bawah memegang area inti. Jari Andre mengeksplor daerah perineum, vulva, labia, dengan lembut ia menyentuh dengan alur zig-zag, sambil menatap reaksi Feli. Bibirnya menghisap d**a, desahan-desahan itu kembali lolos. Ia memasukan dua jarinya ke dalam inti. Ia mendorong dengan hentakan pelan, lama-kelamaan hentakan semakin kuat dan cepat. Feli melenguh tanpa henti ketika hentakan semakin kuat. Beberapa menit kemudian, tubuh Feli menegang, tangannya mendekap memeluknya. Tubuh Feli menegang kaku dan terhempas-hempas, cairan eforia dari tubuh keluar, ia menatap ekpresi menahan nikmat yang luar biasa pada Feli. Andre tahu bahwa Feli sudah mendapat klimaks pertamanya. Lalu setelah itu ia memasukan miliknya dari belakang. Ia mendorong tubuhnya dan mendorongnya dengan ritme, lama kelamaan ritmenya semakin dalam dan cepat. Mereka melakukan berbagai gaya bercinta, hingga akhirnya Andre menyeburkan eforia dalam dalam tubuh. Kini menjadi senyawa baru. Andre dan Feli sama-sama menetralkan nafas, mereka lalu melanjutkan mandi. “Puas nggak?” Bisik Andre. Feli tersenyum, “Iya.” “Kalau belum, kita lanjutkan lagi di ranjang.” “Oh no!” *** cerita ini sudah tamat dan dapat ditemukan di karyakarsa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD