“Kalau dia nggak mau jawab, lo sosor aja, Bang.” “Apanya yang disosor?” “Lo cium dia, ah elah!” “Gila lo, ya!” Al membentak. “It works for me. Lo juga harus coba.” “Nanti kalau gue ditampar, gimana?” “Kalau ditampar, ya, itu artinya dia nggak cinta sama lo. Bukan rejeki lo!” “Gitu, ya?” *** Lio tidak menjawab. Lidahnya mendadak kelu. Kakinya seolah terpaku ke lantai tempatnya berdiri. Ia tidak menolak, juga tidak mengiyakan, kalah oleh rasa penasaran. Al semakin mendekat. Jantungnya berlompatan seperti ingin keluar dari rongga dadanya. Keringat dinginnya bercucuran. Tungkainya di bawah sana menggigil hebat. Mencoba saran konyol dari Ian ketika menelepon pria itu di saat terdesak seperti ini, memang tergolong nekat. Apalagi ia tidak punya pengalaman dengan perempuan manapun seb

