19. Race to Seven

2782 Words

“Ayolah, temani gue main!” Liona mengguncang tubuh Tama yang tertidur di kamar keras-keras. Sepulangnya dari stasiun TV sore tadi, pria itu malah bertandang ke apartemennya dan menghabiskan stok makan malamnya sampai Lio harus memesan ulang, lalu tertidur kelelahan. “Gue capek,” gumam Tama berbalik menarik lututnya dan meringkuk seperti bayi. “Lo tidur di sana saja, ‘kan bisa!” seru Lio mengajukan protes. Ia jenuh melahap setumpuk buku dalam beberapa minggu terakhir dan berencana berganti suasana malam minggu ini. “Hmm.” Tama bergumam malas dengan mata tertutup. Lio menendang kaki Tama keras-keras sampai pria itu terduduk dan meringis. Matanya melotot jengkel. “Apaan sih?!” “Buruan!” “Sialan!” Tama menyumpah nyaring dan menariki rambutnya kasar. “Lo ke neraka saja, sana!” Lio nyengi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD