Akting

908 Words
Beberapa saat kemudian Rendra kembali dengan salep memar di tangan lalu duduk di sisi ranjang di mana Aura telah dalam posisi duduk. Rendra membuka tutup salep lantas mengoleskan salep seujung jari di kening Aura perlahan, sesekali Aura meringis. Setiap ringisan yang terdengar, Rendra meniup luka tersebut membuat harum mint dari nafas Rendra menerpa wajah Aura. Ya ampun, jantung Aura jadi berdebar-debar karenanya. Aura sendiri tidak mengerti kenapa, wajahnya pun merona sehingga dia harus secara perlahan menundukan kepala untuk menyembunyikannya. Tapi Aura terlambat, Rendra telah melihat rona merah itu dan begitu tampak menggemaskan di matanya. “Kamu ceroboh,” tegur Rendra dingin berusaha menetralkan perasaan aneh yang mulai menelusup ke dalam hatinya. Lelaki itu beranjak berdiri untuk menyimpan kembali salep ke tempatnya. Aura tidak perlu mengomentari karena seketus apapun Rendra padanya, dia tau kalau lelaki itu menyayanginya Hari ini berkali-kali Rendra menunjukan perhatian kepada Aura. Aura tidak akan terlalu percaya diri dengan segala bentuk perhatian Rendra, karena dia tau Rendra pasti menyayanginya hanya sebagai seorang Kakak. Namun setidaknya sikap dingin dan ketus pria itu hanya merupakan karakter dan bukan karena membencinya. *** “Congratulation!“ Para karyawan memberi Rendra kejutan atas keputusannya melepas masa lajang. “Selamat Tuan Rendra....” Ucapan selamat Rendra dapatkan dari sekertaris pribadinya yang merupakan sahabat semasa kuliah dulu. Gadis berambut pirang itu memberikan sebuah hadiah yang diterima oleh Rendra disertai ucapan terimakasih. Ucapan selamat juga datang dari sahabat yang bekerja di perusahaan ini, Rendra memang mengajak beberapa temannya untuk bergabung di perusahaan om Salim. Menurut Rendra, bekerja dengan orang-orang yang seumur dengannya memudahkan dirinya menyalurkan aspirasi karena dapat dengan cepat dimengerti oleh kalangan muda sepertinya. “Aku tidak pernah menyangka kalau kamu akan menikah secepat ini.” George yang merupakan sahabatnya-pimpinan bagian Keuangan memasuki ruangan kerja Rendra tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Rendra menghembuskan nafas kasar seraya menjatuhkan tubuh di kursi kebesarannya. Wajah nelangsa tanpa sadar dia tunjukan membuat sahabatnya yang sudah delapan tahun mengenal Rendra mengerutkan kening. “Di jodohin?” tebaknya tepat sasaran karena Rendra langsung menoleh. “Cantik?” George bertanya penuh minat membuat Rendra berdecak sebal seraya merotasi bola matanya. George terkekeh kemudian memberikan laporan yang diminta Rendra tadi malam. “Sampaikan salamku kepada istrimu, katakan kepadanya ‘semoga berhasil’.” Setelah berucap demikian George beranjak untuk keluar dari ruang CEO. Langkahnya terhenti ketika Rendra memanggil kemudian berbalik menunggu apa yang akan disampaikan sahabatnya. “Semoga berhasil untuk apa?” tanya Rendra kemudian. “Apalagi kalau bukan untuk berusaha membuat kamu jatuh cinta padanya,” jawab George malas lantas benar-benar berlalu dari sana. Rendra menghembuskan nafas kasar, dia termenung mencerna ucapan George. Tampaknya Aura butuh usaha yang keras untuk membuat Rendra jatuh cinta. Apakah mereka harus menjalankan pernikahan ini sampai maut memisahkan nanti? Apa dia bisa mencintai Aura sementara hati dan benaknya masih dimiliki Alisha? Ketukan di pintu membawa Rendra kembali dari lamunan. Setelah meminta siapa pun yang mengetuk benda tersebut untuk masuk, sang sekertaris menghampiri membawa MacBook di tangan, mengingatkan kembali bahwa meeting akan dimulai beberapa saat lagi. *** “Abang baru pulang?” Pertanyaan dari suara lembut dan polos terdengar ketika Rendra membuka pintu ruang tamu. Aura dengan susah payah berdiri sambil menopang tubuh pada tongkat, menyambut Rendra tidak lupa senyum tulus dia berikan untuk suaminya. Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban itu sama sekali tidak Rendra hiraukan, dia malah mengerutkan kening sambil menghampiri Aura. “Ngapain di sini?” tanyanya pelan tapi dingin. “Nungguin Abang....” “Ngapain harus ditungguin? Kamu seharusnya enggak boleh turun dari tempat tidur, aku udah bilang sama pelayan buat ngelayanin semua kebutuhan kamu,” omel Rendra yang kini sudah berdiri menjulang di hadapan Aura. “Lagi akting, Bang ... kemarin Abang bilang semua pelayan tau Aura istri Abang! Kata Mami seorang istri harus menunggu suaminya pulang kerja, jangan dulu makan apalagi tidur...makanya Aura tungguin Abang, biar para pelayan percaya kalau kita suami istri,” balasnya meracau panjang lebar namun Rendra cukup mengerti apa yang dimaksud gadis polos itu. Rendra menipiskan bibir, kemudian memberikan jas juga tas kerja yang dijinjingnya kepada Aura. “Kalau gitu, sekalian bawain jas sama tas aku ya ke atas,” pinta Rendra membuat mata Aura membulat sempurna. Lelaki itu pun melengos begitu saja meninggalkan Aura yang bingung bagaimana harus berjalan karena tangannya penuh dengan barang sementara harus menopang tubuh menggunakan tongkat. Tidak berapa lama seorang pelayang membantu membawakan jas dan tas Rendra. “Dasar suami kaga ada akhlak,” gerutu Aura bersungut-sungut. Diujung tangga paling atas, Rendra melipat bibirnya ke dalam menahan senyum. Selang berapa lama Rendra yang tubuhnya telah segar menuruni anak tangga menuju ruang makan di mana Aura telah terlebih dahulu berada di sana. Lelaki itu begitu tampan walau hanya menggunakan kaos polos dan celana tidur panjang berbahan katun. Aura melayani Rendra layaknya seorang istri dia harus menahan sakit ketika berdiri menggunakan satu kakinya untuk mengisi piring kosong Rendra dengan lauknya yang kemudian dia berikan kepada lelaki itu. “Akting Bang...akting,” gumam Aura kepada Rendra yang sedang menatapnya dengan ekspresi penuh antisipasi. Tentu itu hanya akal-akalan Aura saja karena ketika di pesawat dalam perjalanan ke London, Rendra memintanya untuk tidak perlu melayani kebutuhan lelaki itu. Namun walau bagaimana pun Aura sudah menjadi seorang istri yang harus melayani suaminya, maka agar pahala bisa dia dapatkan mala akan dia lakukan walau harus membohongi suaminya. Aura tidak tahu bagaimana masa depan rumah tangganya, dia hanya mencoba menerima apa yang sudah ditakdirkan untuknya. Rendra tidak menolak ketika Aura melayaninya bahkan mengucapkan terimakasih pun tidak namun diam-diam Aura merasa lega.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD