PoV Maura "Sini, Sayang." Aku menepuk kursi yang ada di sampingku untuk memintanya duduk. Nenek yang faham dengan isyarat itu menatapku dan Aira bergantian dengan tajam. "Untuk apa? Di sini akulah penguasa!" Nenek tiba-tiba bangkit dan berkata yang membuat hatiku terasa sangat sakit. "Jangan kira kau anak orang kaya, lantas berbuat seenaknya!" ucapnya lagi. Apakah wanita ini sungguh nenekku? Kenapa aku malah merasa dia berpihak kepada keluarga lain? Padahal dari kekayaan ataupun kedudukan, keluarga Gunawan jauh di bawah kami. Bukannya sombong, harta kekayaannya memang tidak ada persepuluh-nya dari kekayaan kami. Lantas, kenapa nenek masih berpihak kepada orang-orang yang jahat itu? "Tidak usah dengarkan apa yang Nenek katakan, duduklah!" Aku menuntunnya untuk duduk, tapi Aira terliha

