5. Terjerat Lembah Hitam

1591 Words
Pasca kematian sang ibunda, Ahtissa benar-benar seorang diri sekarang. Hidup sebatang kara di kontrakan ringkih yang tak lama lagi akan habis masa kontraknya. Kondisi perekonomian gadis malang itu pun tidak ada kemajuan. Bahkan nyaris kehabisan uang karena sampai detik ini, ia masih belum mendapatkan pekerjaan. Ahtissa merasa frustasi dan bingung. Apalagi saat sang pemilik kontrakan tiba-tiba datang ke rumah kontrakan yang digunakan gadis itu sebagai tempat tinggal. “Tissa, minggu ini adalah minggu terakhir kamu bayar kontrakan. Bagaimana? Dana untuk pembayaran kontrakan sudah bisa aku terima apa belum?” tanya wanita paruh baya yang berwajah ketus pada Ahtissa. Sebelum menjawab pertanyaan si pemilik kontrakan, Ahtissa menghela napas. “Maaf Bu, Tissa masih belum punya uang untuk melanjutkan mengontrak. Uang lima juta rupiah itu banyak, Bu. Tissa masih harus mengumpulkan uang itu dan masih harus cari kerja. Tolong, Bu, berikan Tissa kelonggaran waktu. Pasti akan Tissa bayar jika sudah cukup uangnya,” pinta Ahtissa yang merayu sang wanita paruh baya guna tetap tinggal di sana. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepala. “Nggak bisa, Tissa. Aku juga butuh uang. Kau harus cepat menyelesaikan tunggakan sewa. Jika tak mampu, mohon maaf kau harus pergi dari sini dan biarkan penyewa lain yang hendak mengontrak rumah ini. Menggantikan dirimu,” tegas sang pemilik kotrakan tanpa mau dinegosiasi. Ahtissa hanya bisa mendesah pasrah. Mau tak mau ia harus segera mencari pekerjaan lebih giat lagi. Bermodal surat keterangan lulus SMA saja mengingat ijazah tamat SMA yang belum tersedia, gadis cantik itu hanya bisa berkeliling-keliling kota Surabaya untuk mencari pekerjaan. Mengendarai sepeda motor Honda Beat keluaran pertama, Ahtissa mencoba untuk melamar pekerjaan sebagai pelayan restoran maupun pelayan café. Berharap lamaran kerja yang telah ditaruh di beberapa titik itu membuahkan hasil. Berdoa dalam hati agar bisa memperoleh pekerjaan yang halal. “Pak, mohon lamaran kerja saya dipertimbangkan ya, Pak. Saya baru lulus SMA. Saya butuh pekerjaan. Tolong saya,” pinta Ahtissa usai menyerahkan lamaran kerja pada sebuah restoran cepat saji di sekitar ruko dan pertokoan sepanjang MERR. “Iya, nanti akan saya kirimkan ke bagian HRD. Tapi saya nggak menjamin ya, Mbak. Lowongan kerjanya cuma satu dan yang melamar banyak sekali. Semoga saja Mbak ini salah satu orang yang beruntung,” sahut supervisor restoran cepat saji. Ahtissa manggut-manggut. “Iya, Pak. Semoga saya termasuk orang yang beruntung tersebut ya, Pak.” Tak lama kemudian, Ahtissa pun bergerak ke ruko lainnya. Harus sabar mencari pekerjaan yang sesuai keinginannya. Usai berkeliling di sekitar perkantoran sepanjang ruko MERR, akhirnya Ahtissa harus beristirahat untuk duduk di bawah pohon rindang yang terdapat penjual bakso di sana. Ia mencoba melirik ke dalam dompet untuk memastikan apakah masih ada cukup uang untuk membeli bakso sebagai makan siang. Masih ada uang dua puluh ribu di dalam dompet ini, bisa sih beli bakso tapi sepertinya takkan kenyang hanya untuk beli bakso. Lebih baik aku beli nasi bungkus saja. Gumam Ahtissa dalam hati. Saat ia bergerak membeli nasi bungkus di pinggir jalan, terdapat dua sosok pria yang tengah mengendarai mobil, melirik ke arah Ahtissa. “Eh bro, ada rejeki di siang bolong ini. Di pinggir jalan pula,” celetuk seorang pria yang berusia sekitar empat puluh tahunan dan ditemani oleh pria dewasa yang berusia lebih muda darinya. “Maksudnya bagaimana? Rejeki apa sih???” tanya pria yang berada di samping kemudi itu. “Coba kau tengok itu sebelah kiri jalan. Ada gadis bening nan cantik lagi beli nasi bungkus. Itu,” sahut pria yang bernama Bagong itu sambil menunjuk ke arah Ahtissa berada. Sosok pria di sampingnya yang bernama Rudi langsung menoleh ke arah Ahtissa. “Wah, iya, Gong. Benar kamu. Cantik dan masih muda itu. Pasti laku banget ini. Ayo, kita samperin dia!” Bagong mengangguk. “Ayo, aku parkirkan mobil dulu.” Bagong dan Rudi lekas memarkirkan mobil sebelum menghampiri Ahtissa. Usai mobil tersebut diparkir di parkiran ruko, kedua pria itu bergerak mendekati gadis cantik yang tengah dehidrasi akibat terik sinar matahari Surabaya. Ia pun meneguk air mineral dingin yang ia beli di pinggir jalan. Kedua pria yang berjalan itu hampir dekat dengan lokasi Ahtissa berada. Mereka berdua mempercepat langkah ketika tahu gadis itu telah membayar uang nasi bungkus dan berniat untuk segera pergi dari sana. Bagong dan Rudi segera menahan langkah Ahtissa. “Nona cantik, tunggu!” panggil Rudi. Ahtissa menoleh ketika panggilan pria dewasa itu ditujukan untuknya. “Manggil saya?” tanya Ahtissa takjub. Bagong mengangguk. Begitu pula dengan Rudi yang memindai tubuh Ahtissa dari ujung kepala hingga kaki. “Iya, Cantik. Nama kamu siapa?” tanya Bagong membuka obrolan dengan Ahtissa. Ahtissa yang sejak dulu tak bisa langsung akrab dengan orang asing, terdiam sejenak. Bertanya-tanya tentang siapa kedua pria itu. Ia pun menjawab pertanyaan Bagong dengan menyebut nama tengahnya saja. “Jihan …” jawab Ahtissa. “Wah, selain wajahnya cantik, namanya juga cantik. Kamu umur berapa? Baru lulus SMA apa?” tanya Rudi antusias. Berencana merayu Ahtissa agar mau ikut bersamanya dan Bagong nanti. “Iya, saya baru delapan belas tahun. Baru lulus SMA. Kenapa ya, Pak?” tanya Ahtissa mulai curiga. “Wah, daun muda nih. Kebetulan sekali. Aku ada penawaran pekerjaan untuk gadis muda sepertimu. Mau ya? Ikut kami berdua. Dijamin bayarannya cukup besar untuk gadis muda sepertimu,” pinta Bagong sambil melirik ke arah Rudi. Seakan-akan mereka berdua merencanakan sesuatu. Ahtissa mendesah pelan. Ia bergumam dalam hati. Wah, kebetulan sekali. Aku kan memang butuh pekerjaan. Siapa tahu pekerjaan yang ditawarkan oleh dua pria ini cocok untukku. Aku mau jika pekerjaan itu bisa memberiku uang yang cukup untuk bayar kontrakan dan hidup sehari-hari. Ahtissa berdeham. “Hmmm … pekerjaannya seperti apa ya, Pak?” Rudi langsung menjawab pertanyaan gadis itu. “Manggilnya jangan, Pak. Mas saja ya, Jihan. Pekerjaannya gampang saja kok. Jualan,” sahut pria sambil mengejapkan mata ke arah Bagong. “Jualan apa maksudnya, Mas? Apa SPG store atau event begitu kah?” tanya Ahtissa penasaran. “Ya, semacam itulah. Kau butuh pekerjaan kan?” tanya Bagong. “Kok, Mas bisa tahu saya butuh kerja?” “Itu di tasmu ada amplop untuk melamar kerja. Iya kan?” Pria itu berbalik bertanya. Ahtissa menghela napas lalu bersuara. “Oh iya, Mas. Saya memang sedang mencari kerja. Tetapi ingin jadi waitress saja sebenarnya daripada SPG karena almarhumah Mama saya tidak suka pekerjaan sebagai sales. Sebenarnya Mama saya, saya bisa kerja kantoran. Jadi admin atau resepsionis. Maaf Mas, apa tidak ada pekerjaan seperti itu?” Bagong dan Rudi saling bertatapan muka satu sama lain. Ada rencana licik di antara kedua pria itu untuk Ahtissa. Usai melirik satu sama lain, akhirnya Bagong menjawab pertanyaan gadis cantik itu. “Iya, beres kok, Jihan cantik. Kami ini semacam outsourching yang akan memberikan pekerjaan yang cocok untuk kamu. Tenang saja,” jawab Bagong berusaha menjawab rasa penasaran Ahtissa terhadap perkerjaan yang hendak dilalui oleh gadis itu. “Oh iya, Mas. Syukurlah kalau begitu. Untuk mencari pengalaman kerja, saya mau bekerja ikut outsourching. Mulai kapan saya bisa mulai kerja?” Rudi langsung menjawab. “Mulai nanti malam kau sudah bisa mulai bekerja. Sebentar lagi kau sudah bisa ikut kami.” Ahtissa terkejut lalu membuka mulut lebar-lebar. “Hah? Malam? Kerja apa memangnya? Apa shift malam?” “That’s right. Awal-awal kerja kamu training malam dulu. Seperti shift malam. Nanti akan dijelaskan. Ayo, sekarang kamu siap-siap ikut kami ya. Ada semacam asrama atau mess buat kamu selama traning,” ujar Bagong. “Wah, saya dapat mess, Mas?” Kedua pria itu mengangguk bersamaan. “Iya dong, kamu dapat penginapan. Namanya juga training. Sudah bisa berangkat sekarang kan?” Ahtissa manggut-manggut. “Bisa, Mas.” Senyum mengembang dari raut muka kedua pria misterius tersebut. Pria yang berniat memperkenalkan Ahtissa pada dunia kerja yang tidak ia sangka-sangka sebelumnya. Tidak sesuai dengan yang dijanjikan oleh Bagong dan Rudi tadi. Ahtissa pun segera diajak beranjak dari sana oleh kedua pria tersebut dengan naik mobil. Mobil Suzuki Ertiga yang ditumpangi oleh Bagong, Rudi, dan Ahtissa pun melaju dengan kencang ke arah Puncak Lontar, Surabaya Barat. Membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk bisa sampai dari Surabaya Timur ke Surabaya Barat. Mereka bertiga hendak menuju sebuah wisma di daerah Lontar yang belakangan ini ramai dikunjungi oleh para pria-pria dewasa yang haus akan hubungan seksual. Termasuk om-om hidung belang yang sering datang ke sana untuk menjalani cinta satu malam bersama gadis-gadis muda. Ahtissa yang masih belum tahu rencana busuk dua pria asing yang dikenalnya secara tiba-tiba tersebut, hanya bisa berdiam diri sepanjang perjalanan. Ia sudah tidak sabar untuk cepat sampai ke sana mengingat gadis itu sudah ingin mulai bekerja sesuai dengan harapannya. Namun nasib buruk menimpa Ahtissa ketika ia mulai menyadari jika ada yang tidak beres dengan pekerjaan yang dijanjikan oleh kedua pria itu. Netra cokelat milik Ahtissa secara mengejutkan menangkap tulisan ‘Wisma Dahlia’ yang terpampang di sebuah bangunan yang cukup luas di sana. Ia mengerutkan kening dalam ketika melihat pemandangan yang ada di sana yakni berjejer gadis-gadis muda yang berpenampilan seksi dan menggoda tengah duduk-duduk di sofa depan wisma. Seolah-olah menanti kedatangan para pria berduit untuk memilih salah satu dari mereka dalam hal berkencan. “Stop! Please, stop! Saya kok diajak ke tempat seperti ini? Katanya mau training kerja???” tanya Ahtissa frustasi. Bagong dan Rudi terkekeh. “Ya ini, training kerjanya. Selamat datang di Wisma Dahlia sebagai kantormu yang baru untuk jadi pelayan. Pelayan seks komersial di sini.” Seketika jantung Ahtissa hampir copot saat mendengar ucapan Rudi dan Bagong. Mendadak ia lemas ketika tahu jika ternyata ia terjerat lembah hitam oleh dua orang pria yang ternyata berprofesi sebagai mucikari. Ahtissa syok berat hingga ia pingsan di tempat akibat terguncang. Apakah Ahtissa bisa selamat di lembah hitam ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD