3. Putra Semata Wayang

1809 Words
Adrian Hadiningrat tampak terburu-buru untuk lekas pulang ke rumahnya yang terletak di Green Hill, North Citraland, Surabaya. Usai mengurusi administrasi wanita paruh baya yang ia tolong di pinggir jalan Rungkut bersama sang putri, pria itu pun bergegas pulang ke kediaman mewahnya tanpa berpamitan terlebih dahulu pada mereka. Sambil mengendarai mobil sedan mewah putihnya, Adrian menyusuri jalanan kota Surabaya yang padat merayap di malam hari. Dari Rumah Sakit Royal yang terletak di Rungkut, Surabaya Timur, ia membutuhkan waktu hampir satu jam untuk tiba di rumahnya yang ada di Citraland, Surabaya Barat. Selama perjalanan, ia mencoba untuk menelepon asisten rumah tangganya yang bernama Rahma. “Halo … Mbak, Auriga gimana di rumah? Nggak rewel kan selama saya tinggal kerja?” tanya Adrian yang mencemaskan seorang anak kecil berusia dua tahun yang harus tinggal bersamanya tanpa adanya ibu di sisi anak kecil itu. Rahma segera menjawab pertanyaan sang majikan. “Alhamdulillah Tuan, Den Riga agak rewel sedikit tadi tapi nggak apa-apa kok, Tuan. Bisa Rahma atasi,” jawab Rahma dari balik telepon. “Tapi dia nggak nangis-nangis karena cari baby sitter-nya yang lama kan, Mbak?” tanya Adrian lagi seraya menambah kecepatan mobil agar bisa cepat sampai di Citraland. Rahma menggeleng. “Enggak kok, Tuan. Den Riga tadi memang meringik minta ice cream yang sudah habis di kulkas. Akhirnya tadi saya belikan di supermarket di dekat sini. Tapi nggak nyari-nyari susternya kok, Tuan.” “Syukurlah kalau begitu, aku masih berusaha untuk mencarikan suster pengganti untuk Auriga. Masih belum ketemu yang cocok untuk dia,” keluh Adrian. “Iya, Tuan. Selama masih ada Rahma, Tuan Adrian tenang saja dulu. Masih bisa Rahma jaga meski kudu gantian sama kerjaan rumah,” sahut sang asisten rumah tangga menanggapi. “Iya sih, Mbak. Tapi saya masih kasihan sama Mbak harus kerja dobel-dobel. Ya sudah, Mbak, titip Riga dulu ya. Setengah jam lagi saya sampai.” Rahma manggut-manggut. “Iya, Tuan. Hati-hati di jalan ya, Tuan.” Adrian pun mengakhiri teleponnya bersama sang asisten rumah tangga. Sepanjang perjalanan, ia memikirkan nasib Auriga Putra Hadiningrat yang merupakan putra semata wayang dari pria itu yang lahir dua tahun yang lalu namun tanpa kehadiran sang ibu di sisinya. Jika mengingat hal tersebut, bayangan mengenai masa lalu Adrian sekilas muncul di benaknya. Tiga Tahun Yang Lalu Adrian tengah bersama-sama seorang wanita cantik dan berkelas yang bernama asli Amanda van Ness yang diubah menjadi Amanda Vanessa saat menjadi selebriti. Wanita berdarah Belanda – Indonesia itu merupakan kekasih dari Adrian selama setahun belakangan. Mereka berdua sangat cocok menjadi pasangan kekasih hingga selalu didoakan untuk berjodoh. Hingga pada suatu hari terdapat peristiwa tak terduga yang terjadi di antara mereka berdua. Saat itu Adrian dan Amanda tengah menghadiri acara pernikahan salah satu teman Amanda yang seorang artis terkenal di Resort Canggu, Bali. Selama berada di pesta pernikahan, sepasang kekasih itu terlihat sangat romantis dan dilanda rasa cinta yang menggebu-gebu sampai-sampai tak menyadari hingga gaya berpacaran mereka telah kelewat batas pada malam itu. Sepasang kekasih yang dimabuk asrama tersebut secara tak sengaja telah melewatkan satu malam indah bersama setelah acara pernikahan berakhir. Diliputi rasa cinta yang bergelora, Andrian dan Amanda seakan lupa jika mereka belum resmi berstatus suami istri namun keduanya telah bercinta semalaman di sana. “Sayang, kita kok nekat sih, kita belum menikah tapi sudah berani sekamar berdua. Kalau aku sampai hamil bagaimana?” tanya Amanda terlonjak ketika menyadari kalau telah bercinta dengan Andrian tadi malam. “Namanya terbawa nafsu. Kita sama-sama mau kan semalam. Positive thinking saja, kamu nggak sampai hamil. Jika kau sampai hamil, aku akan bertanggung jawab dan menikahimu. Jangan khawatir itu, Sayang,” ucap Adrian menenangkan Amanda seraya mendekap mesra wanita itu. Amanda mendesah pelan. “Tapi aku masih mau berkarir. Belum ingin menikah muda. Kita kan baru saja lulus kuliah kan. Perjalanan masih panjang. Aku ingin berkarir.” “Karir apa? Kau ingin jadi aktris film terkenal begitu?” Amanda mengangguk. “Iya, kan mimpiku dari dulu menjadi aktris film papan atas. Malah ingin sampai ke Hollywood kalau bisa.” “Terus kamu mengejar karir saja? Nggak mau jadi istriku yang mengandung anak-anakku?” cecar Adrian sambil mengernyit. Saat mengetahui Andrian tampak sebal dengan ucapannya, Amanda lekas meraih wajah sang kekasih untuk dikecup. “Aku mau jadi istrimu, Sayang. Tapi nanti ya, biarkan aku berkarir dulu,” sahut Amanda seraya mengecup pipi Adrian. Itu adalah percakapan terakhir mereka yang membahas tentang pernikahan sebelum akhirnya membahas ini lagi sebulan kemudian akibat Amanda dinyatakan mengandung anak Adrian pasca malam indah mereka tersebut. Wanita yang berprofesi sebagai artis itu terguncang saat mengetahui ia tengah hamil. “Adrian, aku hamil. Gimana ini? Aku masih muda. Aku nggak ingin menikah dulu. Apalagi sampai aku punya anak,” keluh Amanda frustasi. “Itu sudah menjadi risiko kita yang telah berhubungan badan malam itu jika sampai hamil. Aku akan tanggung jawab sama kamu. Tenang saja, aku akan menikahimu,” tegas Adrian mantap sembari memegang hasil pemeriksaan dari dokter kandungan yang menyatakan jika Amanda positif hamil. Amanda yang frustasi langsung menggelengkan kepala. “Aku nggak mau. Aku nggak mau menikah dalam waktu dekat. Umurku masih sangat muda. Aku nggak sanggup jadi ibu,” tolak Amanda. “Terus anak kita yang kau kandung bagaimana? Mau kau gugurkan begitu?” tanya Adrian dengan mata menyala. Wanita blasteran Belanda – Indonesia itu hanya terdiam. Tak sanggup menjawab pertanyaan sang kekasih yang membuatnya serba salah. Ia pun hanya bisa menangis sesenggukan. “Aku nggak tahu aku harus gimana. Aku nggak bisa memilih antara karirku ataupun anak ini. Aku bingung. Aku nggak bisa milih,” jawab Amanda setelah beberapa menit mendiamkan Adrian. “Terus maumu bagaimana, Sayang? Lahirkan anak kita ini ya setelah kita menikah. Aku ayahnya, aku berhak atas anak itu,” bujuk Adrian. Berusaha meyakinkan Amanda untuk mau menikah dengannya. “Berikan aku waktu, aku mau berpikir matang-matang.” “Iya, pikirkan dulu yang terbaik untukmu. Yang aku minta hanyalah aku menginginkan anak itu. Anak itu adalah buah cinta kita yang harus dirawat dan dibesarkan,” ujar Adrian yang membuat Amanda terenyuh. Setelah beberapa hari bahkan berminggu-minggu berpikir, akhirnya Amanda memberikan keputusan. Ia mengajak Adrian menemuinya setelah syuting film berakhir. Sebenarnya merupakan keputusan yang berat untuknya karena menyangkut kehidupannya kelak. Namun wanita itu tetap harus memilih demi kebaikan bersama. “Adrian, aku sudah memutuskan untuk tidak menggugurkan anak ini karena menghilangkan nyawa anak sendiri adalah perbuatan yang sungguh keji. Namun aku minta maaf …” jelas Amanda yang sempat menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya. “Minta maaf apa, Sayang?” tanya Adrian bingung. Amanda mendengkus kemudian menjawab pertanyaan kekasihnya. “Aku nggak bisa menikah denganmu dalam waktu dekat. Aku masih sangat muda dan masih ingin berkarir.” Adrian langsung menyela. “Terus maksudmu gimana???” Amanda menatap serius ke arah Adrian. “Aku akan melahirkan anak ini di luar negeri. Aku nggak ingin rahasia ini diketahui publik terutama orang tuaku dan production house nggak boleh sampai aku hamil. Selama hamil aku mau berada jauh di Jerman. Mau menjalani masa-masa hamil dan melahirkan di sana. Aku mau cuti kerja selama setahun di sana. Setelah aku melahirkan, aku akan membawa anak ini padamu atau mau kuberikan pada sepasang suami istri yang menginginkan anak tapi tak kunjung mendapatkan anak.” Ucapan Amanda sontak membuat Adrian terlonjak hingga lemas. Masih setengah tak percaya dengan kalimat yang terlontar dari mulut wanita itu yang tak ingin menikah dengannya tapi mau melahirkan si jabang bayi di luar negeri. Hati pria itu terasa sakit karena berniat meminang perempuan pujaannya namun malah ditolak dengan alasan terlalu muda dan karir. Ia pun kecewa dengan Amanda. Sangat kecewa. “Apa kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu??? Kau benar-benar tak ingin menikah denganku sekarang??? Kau hanya ingin mempertahankan karirmu sebagai artis???” pekik Adrian frustasi. “Maafkan aku, ini keputusan sulit. Tapi aku mencitai pekerjaanku. Aku mau menjadi istrimu tapi di saat aku sudah siap untuk berumah tangga dan menjadi ibu,” tegas Amanda yang seketika membuat hati Adrian hancur. Hancur karena wanita itu. Wanita yang ia puja sebagai kekasihnya tersebut. Adrian pun menarik napas panjang lalu menghembuskannya seraya menatap tajam ke arah Amanda yang berhasil membuatnya sakit hati. “Baiklah, aku terima keputusanmu. Jika memang itu yang terbaik, lakukan saja sesuai keinginanmu. Yang aku inginkan hanya satu yaitu bawakan anak ini padaku setelah ia lahir. Dia adalah anakku yang akan menjadi tanggung jawabku meski tanpa adanya dirimu di sisiku,” tandas Adrian dengan mata berkilat. Sejak saat itu, perjanjian rahasia antara Adrian dan Amanda pun terjadi. Secara diam-diam wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki di Frankfurt, Jerman tanpa sepengetahuan siapapun kecuali Adrian. Ia telah melewati masa-masa kehamilan di Frankfurt dan baru kembali ke Surabaya, Indonesia setelah melahirkan anaknya. Saat melakukan pertemuan rahasia bersama Adrian di sebuah tempat khusus, Amanda membawa seorang bayi laki-laki mungil yang diberi nama Auriga untuk diserahkan pada sang ayah. Wanita itu lebih memilih karirnya sebagai artis di Jakarta. “Tolong jaga anak ini baik-baik. Kau ayah biologis dari anak ini. Dan aku memang ibu yang nggak baik untuk anak ini. Aku tak pernah berharap dia sudi menganggapku sebagai ibunya suatu hari nanti. Karena aku tak pernah merawat dia. Maafkan aku, Adrian. Aku bukan calon istri yang baik untukmu,” celoteh Amanda sebelum ia meninggalkan Adrian dan anak mereka di sana. Ia berceloteh seraya berurai air mata. Tak lama kemudian, Amanda beranjak dari tempat itu sambil melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan pada anak yang ada di tangan Adrian. Ia bergumam dalam hati. Selamat tinggal anakku. Selamat tinggal kekasihku. Kalian pernah menjadi bagian terindah dalam hidupku tapi aku tak bisa berada di antara kalian. Aku pergi …. Adrian menyaksikan kepergian ibu dari anak yang ada di dekapnya itu sembari menitikkan air mata. Ingin rasanya menahan Amanda agar tidak pergi dari sana namun apa daya, ini semua sudah menjadi keputusan wanita itu sendiri dan tetap percaya bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik. Bayangan masa lalu tentang Adrian, Amanda, dan Auriga yang terlintas di benak pria tampan yang bernama Adrian tersebut harus berakhir ketika mobil yang ia kendarai telah tiba di halaman rumah mewah yang terletak di Green Hill, North Citraland, Surabaya. Adrian bergegas memasuki rumah untuk menghampiri putra semata wayangnya yang bernama Auriga. “Riga … Riga Sayang, Papa sudah pulang …” panggil Adrian mencari-cari anaknya saat memasuki rumah. Ketika Adrian memanggil-manggil namanya, Auriga yang tengah berada di kamar bersama sang asisten rumah tangga lekas menengok ke arah pintu kamar untuk melihat sosok pria jangkung berwajah tampan yang baru saja masuk ke sana. Anak laki-laki berusia 2 tahun itu kegirangan saat melihat Adrian seraya berkata, “Papa ….” Ayah dan anak pun bertemu dalam dekapan hangat. Dengan cepat Auriga diangkat sang ayah untuk melampiaskan rasa rindu karena telah ditinggal seharian. “Putraku Sayang, Papa kangen sama Riga. Seharian nggak ketemu Riga. Maaf hari ini pulangnya agak telat,” celetuk Adrian yang dibalas anaknya hanya dengan senyum manis. Lantas mereka berdua pun menghabiskan masa-masa menyenangkan antara ayah dan anak di kamar putra semata wayangnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD