Hari Buruk

1018 Words
Seperti biasa, meski kegaduhan terkait skandalnya yang berusaha merayu Sei masih terdengar, Neira harus tetap mengantar Kristal untuk kontrol obat ke dokter. Dia tidak bisa membiarkan adiknya terlambat meminum obat. "Apa kamu sudah siap Kristal?" tanya Neira. Kali ini ia tampil tanpa make up tebal. Hanya lipgloss agar bibirnya tidak terlihat kering. "Siap." Segera ia merasakan kalau adiknya jauh lebih bersemangat. "Good Girls. Kakak yakin kalau kamu sebentar lagi sembuh," ucap Neira. Dia tidak sabar menantikan adiknya bisa bermain bebas seperti anak anak lainnya. Namun setelah apa yang ia unggah dalam media sosial, Neira mulai takut dengan lingkungan Kristal. Banyak yang tahu jika dia memiliki kakak yang berusaha merayu pria bertunangan. Dengan menarik nafas dalam-dalam, Neira menepis semua kekhawatirannya. Dia menggandeng Kristal menuju lift yang akan mengantarkan mereka ke basement tempat mobil terparkir. Semua nampak normal, tidak ada paparazi yang mengintai. Neira tahu jika ia tidak bisa kembali ke dunia hiburan karena dosanya. Dan ia berpikir jika hal ini lebih baik baginya dan adiknya. Lagi pula tujuannya sejak awal adalah untuk biaya pengobatan adiknya. Mobil yang ia kendarai berjalan. Mereka menuju ke rumah sakit khusus untuk penyakit adiknya. Neira sama sekali tidak sadar jika dua mobil mengikutinya. Saat mereka berada di jembatan terpanjang di negara ini, salah satu dari mobil itu menyerempet mobil Neira. Tentu saja Neira panik. Dia berusaha untuk mengendalikan mobil dengan mengerem nya. Beruntung mobilnya berhenti. Dia pun menghela nafas panjang sampai ada satu mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya. Menabrak Neira yang memeluk Kristal dan menjerit. Mobilnya pun terdorong dan meluncur ke bawah jembatan di mana sungai dalam menantinya. "Tidaak!" "Kyaaa!" Suara benturan benda padat dan air terdengar mengerikan. Namun tidak ada satupun yang melihat karena jalan sedang sepi. Hanya orang-orang suruhan Sally yang menatap datar pemandangan itu. "Kita pergi," ucap pemimpin mereka. Semuanya segera masuk ke dalam mobil dan melaju. Tidak ada satu pun dari mereka yang merasa iba karena sudah membuat dua orang terjebak dalam mobil yang perlahan tenggelam. Tidak ada yang tahu akan apa yang menimpa Neira dan adiknya. Semuanya mengira kedua gadis itu masih berada di apartemen dan bersembunyi dari khalayak ramai. Beberapa dari mereka juga mengira kalau Naira masih malu menunjukkan diri di depan umum karena perbuatan yang ia lakukan. Hanya setelah polisi menemukan mobil Neira yang mengapung di sungai barulah media dihebohkan dengan kecelakaan itu. Polisi mengumumkan jika ada kecurigaan Neira mengalami kecelakaan bersama adiknya. Apalagi mereka tidak menemukan Neira dan adiknya di apartemen Neira. Hal itu jelas menggegerkan dunia hiburan dan masyarakat, terutama Sei. Dia tidak akan mengira kalau Neira akan mengalami hal seperti itu. Dia terjatuh di kursi dan jiwanya seolah menghilang dari raganya. "Ini tidak mungkin...." guman Sei. Jelas ia tidak mempercayai kalau Neira mengalami kecelakaan dan tubuhnya tidak ditemukan. Dia pun melihat ke arah Johan dan mencari tahu kebenaran tentang kabar yang santer terdengar. "Johan, aku mau info tentang Neira sekarang! "ucap Sei dalam keadaan emosi. Johan mengangguk dan ia pun melangkah keluar dari ruangan. Dia sendiri tidak percaya jika Neira dan adiknya akan mengalami kecelakaan. Padahal saat ini mereka berdua sedang merencanakan sesuatu untuk Neira. Sei mengepalkan tangannya erat-erat. Dia sudah tidak ingin lagi dan juga sudah muak dengan hidupnya yang diatur kakekknya. Dengan langkah besar ia pun keluar dari ruangan dan pulang ke rumah. Di sana ia bertemu dengan Sally dan juga kakeknya. Seperti biasa gadis itu pasti menjilat kakeknya. "Aku ingin berbicara," ucap Sei. Sally menghentikanpercakapannya dengan Homes lalu menatap ke arah Sai. " Ada apa sayang? "tanya Sally. Homes juga ikut memperhatikan Sally yang wajahnya nampak tegang. "Benar. Ada apa Sei? " Sei menatap kedua orang itu lalu mengutarakan apa yang selama ini ia tahan. "Mulai saat ini aku memutuskan pertunanganku dengan Sally. " Seperti disambar petir Sally tidak mengira jika Sei akan membatalkan pertunangannya. " Ada apa? kenapa kamu tiba-tiba mengatakan hal kejam itu? " Sally bertanya dan menunjukkan wajah yang hampir menangis. Padahal ia melakukan segalanya agar Sei tetap di sisinya. "Apa kamu lupa dengan statusmu jika kamu menolak melakukan perintah kakek?! "tanya Homes dengan nada emosi. "Aku sudah tidak peduli lagi. Sekarang aku akan keluar dari perusahaanmu dan juga keluar dari rumah terkutuk ini. " Emangnya siapa yang tahan dengan segala aturan dari kakeknya yang membenci keturunannya sendiri. Dia bahkan tidak ingin berada di sini satu detik pun. "Johan, beritahu bagian PR untuk mengumumkan jika aku sudah tidak lagi bertanggung jawab pada perusahaan SI Internasional group." Johan yang menerima teleponnya segera menggangguk. Hal ini adalah kesempatan yang sudah lama ia tunggu dan rencanakan. Walau saat ini Neira belum ditemukan tapi ia yakin kalau gadis itu pasti masih hidup. "Apa yang diumumkan oleh tuan Sei tentu saja membuat saham perusahaan SI Internasional group akan jatuh dan turun drastis. Siapapun tahu kalau perusahaan ini tidak mungkin berkembang tanpa tangan dingin dari Sei." Namun Johan tidak perduli. Dia segera mengumumkan perintah Sei. Yang mana terjadi aksi penjualan saham besar- besaran ketika berita di luncurkan. Homes yang melihat kondisi perusahaan tidak bisa percaya jika perusahaannya hampir hancur. Dia menemui James untuk menyuruh Sei kembali. "Kamu harus menghentikan semua ini atau kita akan berada di jalanan!" teriak Homes. "Bukankah ini yang ayah inginkan? sekarang ayah bisa bergantung pada Sally. Jadi aku tidak akan mengganggu Ayah lagi," ucap James. Homes tercengang. Dia pun melihat ke arah anaknya yang lain. Mereka juga siap mengosongkan rumah karena tahu jika perusahaan pasti akan hancur. "Kalian mau kemana !?" teriak Homes. "Ayah, bukankah selama ini kamu membenci kami? sekarang kami akan pergi." Homes menyaksikan satu persatu anak anaknya pergi. Dan secara kebetulan Sally datang ke arahnya. "Kakek kenapa semua orang pergi?" tanya Sally. "Mereka tahu kalau perusahaan akan hancur jadi pergi meninggalkan ku." Sally terdiam. Dia mulai merasa jika suatu kesalahan datang ke sini. Homes memegang tangan Sally. "Nak, aku menyayangimu lebih dari anak anakku sendiri. Kamu mau merawat kakek kan?" Sally segera menarik tangannya. Dia tidak gila mau merawat laki laki tua seperti Homes. "Kakek, aku sibuk. Nanti aku akan datang lagi." Sally mundur dan berlari keluar rumah. Homes tidak percaya jika gadis yang sangat ia sayangi pergi begitu saja di saat ia sedang dalam keadaan terpuruk. Dia kini sadar jika Sally hanya memanfaatkannya saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD