Kepergian Sei dan Sally agak mengganggu Neira. Usai berlatih, ia mulai duduk di pojok untuk menulis lagu. Ia mencurahkan semua kemampuannya untuk membuat lagu dengan melodi yang akan ia praktekkan melalui piano. Semua yang ia lakukan tak lain demi mendapatkan uang.
"Aku butuh uang lebih banyak untuk memiliki kekuasaan. Lalu menjadikan Sei milikku seorang," guman Neira.
Dan ia tahu kalau harus memanfaatkan apa yang ia miliki untuk mencapai keinginannya.
"Hanya uang yang aku inginkan sekarang. " Tatapan keserakahan itu nampak begitu jelas. Kegilaan yang terpancar dari matanya yang jernih. Sungguh suatu ambisi mengerikan yang berbanding terbalik dengan wajahnya yang memukau.
"Kamu kan sudah banyak uang," ucap Johan yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
Neira melirik sekilas, dan ia melanjutkan kegiatannya. Lagunya harus booming agar bisa mendapatkan lebih banyak uang.
"Tapi itu tidak cukup untuk memantapkan posisi ku di dunia hiburan," kata Neira.
"Memagnya apa yang kamu inginkan?"
"Aku ingin memulai perusahaanku sendiri, " jawabnya. Dia tidak mungkin mengatakan kalau ingin memiliki Sei. Selain merebut Sei, ia ingin mensejajarkan statusnya agar sepadan dengan Sei. Neira benar-benar tidak mau kalah dari Sally.
Johan memiliki tekad yang kuat. Dia suka dengan tekad itu. Seseorang memang harus memiliki tekad yang kuat agar berhasil. "Itu bagus, tapi aku memiliki cara yang lebih bagus agar kamu menjadi terkenal dan lagumu booming."
Ucapan Johan menarik perhatian Neira. Itulah yang ia butuhkan. Cara cepat agar memiliki segalanya. Dia rela melakukan apapun demi memiliki Sei. Sungguh Neira tidak tahan harus membayangkan Sei dijamah oleh Sally.
"Aku mulai tertarik. Katakan padaku apa rencana hebat mu Johan," ujar Neira.
Kecerdasan Johan memang ia butuhkan, dan itu menjadi bantuan yang paling penting.
"Baiklah, setelah acara ulah tahun perusahaan pastikan tuan Sei menyetujui peluncuran solo baru mu."
"Baiklah, aku harap kamu tidak mengecewakan ku Mr Johan."
Latihan kembali di mulai. Neira melanjutkan latihan dengan danser yang mengiringinya.
Sementara itu, Sally mulai melepaskan pakaiannya di depan Sei. Dia ingin membuktikan kalau dirinya bisa memuaskan Sei. Tatapan menggoda pun ia berikan, bersama dengan gestur tubuh yang bergerak seperti ular.
"Lihat aku Sei. Aku akan membuktikan kalau aku sangat ahli," kata Sally. Dia berjongkok di depan Sei. Tangannya mencoba membuka kancing celana yang Sei kenakan.
"Sally..." panggil Sei.
Sei tidak tahu apakah ia harus membiarkan Sally melakukannya atau tidak. Sungguh ia tidak ingin menyakiti hati Sally dengan menolaknya terus menerus. Namun gadis itu tidak berhenti menggodanya sehingga ia harus mengatakan hal kejam agar Sally berhenti.
"Diamlah," bisik Sally.
Tepat sebelum Sally melakukan aksinya, Sei justru melihat bayangan Neira. Gadis itu tersenyum padanya sehingga Sei refleks mundur.
Sally kembali dibuat sakit hati oleh Sei. Pria itu tidak lagi menolak dengan kata-kata, melainkan dengan tindakan. Yang mana saat ini menjadi begitu menyakitkan.
"Lagi-lagi kamu menolakku!"
"Pergilah. Aku tidak memiliki waktu untuk melayani mu." Sei menjawab kemarahan Sally dengan pengusiran. Membuat gadis itu mematung dengan harga diri yang terluka. Dia tidak habis pikir kenapa pria yang sangat ia cintai tega melakukan ini padanya.
"Apa kamu memiliki wanita lain?" tanya Sally. Hatinya hancur karena pria ini benar- benar kejam.
"Itu bukan urusanmu."
Andai saja Sei bisa, ia ingin mengusir Sally atau bahkan memutuskan hubungannya. Sayangnya dia tidak bisa karena ancaman keluarganya. Membuat ia tidak berdaya sehingga harus mengatakan pada siapapun kalau dirinya mencintai Sally. Padahal kenyataannya ia sama sekali tidak mencintainya. Dia tidak mungkin mencintai gadis yang menyebabkan teman baiknya bunuh diri karena patah hati.
Sally yang ditinggal pergi kembali menangis. Matanya basah dengan air mata. Di saat seperti ini ia mulai teringat dengan Alex. Mantan kekasih yang ia putus demi bersama Sei. Orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Sei yang jauh lebih baik dari Alex. Akan tetapi yang ia dapatkan justru kebencian Sei. Pria itu nampaknya terpaksa menerima perjodohan. Walau demikian ia terkenal setia. Itulah yang membuatnya bertahan.
Di lorong, Sei mengirim pesan pada Neira.
To Baby.
Segera pulang ke apartemen, aku menunggumu.
Setelah pesannya terkirim, ia melanjutkan langkahnya menuju ke basement parkiran. Sei selalu menggunakan mobil yang dipakai Johan untuk menemui Neira. Semua demi mempertahankan image setia sehingga keluarganya tidak marah.
Neira yang melihat pesan Sei tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Dia pun pamit pada rekan - rekannya yang lain.
"Aku pergi dulu ya, bye..." Neira melambaikan tangannya dengan bersemangat. Dia sangat puas melihat Sei memilihnya dari pada memilih Sally. Padahal dari gestur tubuh Sally yang ia baca, Sally menunjukkan ingin menggoda Sei.
"Okey, hati - hati."
Sungguh suatu kejutan yang tidak menyenangkan terjadi saat Neira naik lift. Saat pintu lift terbuka, Sally ada di dalam sana. Ia nampak habis menangis, tapi bisa ia sembunyikan dengan baik oleh kacamata.
'Dia pasti sedih karena ditolak Sei,' batin Neira.
"Halo Miss Sally. Senang bertemu dengan anda," ucap Neira.
Sally mengangguk. Dia tidak bisa bicara karena takut ketahuan habis menangis.
Keduanya diam selama ada di lift. Neira enggan bicara begitu pula sebaliknya. Sally yang tadi sempat cemburu pada Neira akibat kejadian tidak terduga saat rapat mulai mengabaikannya. Namun ketika ia melihat Neira yang sudah selesai latihan yang bertepatan dengan perginya Sei, membuat ia curiga. Jadi ia bertanya alasan Neira pulang lebih dulu.
"Aku yakin kalau latihan belum selesai. Tapi kenapa kamu sudah pergi?"
Neira menyadari kalau nampaknya Sally curiga. "Aku sudah menulis lagu, tinggal mencocokkan nada ke studio rekaman. "
"Oh."
"Dengan siapa kamu akan mengarang instrumennya?" tanya dia lagi. Nampaknya ia sangat penasaran.
"Aku tidak tahu sebab semua aku serahkan pada Mr Johan."
Sally tahu kalau Johan masih lajang. Dia pun tersenyum dan mengira kalau Neira memiliki hubungan dengan Johan.
"Dia pria yang baik, " ucap Sally.
" Benar sangat baik."
"Dan tampan," imbuh Sally.
Neira mulai tahu arah pikiran Sally. Dia pun mengikutinya. "Benar, sangat tampan. "
Neira pun menertawakan kebodohan Sally. Dia sangat puas melihat Sally yang membohongi dirinya sendiri dengan mengira dirinya memiliki hubungan dengan Johan. Seharusnya dia curiga kalau Sei yang menyuruh Johan menyiapkan segala hal agar perselingkuhan mereka tidak ketahuan. Bukannya mengira ia memiliki hubungan dengan Johan.
'Terserah kamu saja. Yang pasti aku yang akan memenangkan Sei.'
Mereka pun berpisah setelah tiba di basement. Neira merasa puas setelah berhasil mengecoh Sally. Padahal sekarang ia sedang bersiap menghabiskan waktu bersama Sei.