Okna berdiri di depan cermin memamerkan gaun pernikahan yang akan dikenakan bulan depan. Dia bergerak ke sisi kanan dan kiri lalu sedikit memutar. Rok gaunnya yang panjang menyentuh lantai dan bergelombang indah saat sedikit digerakkan.
Okna meminta ponsel pada Tasya, sahabatnya. Gadis dengan rambut pendek itu datang membawakan apa yang Okna inginkan. Kini keduanya berpose dengan kamera menghadap ke cermin yang menampilkan bayangan keduanya.
"Kamu cantik banget, Okna. Aku yakin Adras pasti kaget lihat kamu," komentar Tasya.
"Adras bentar lagi ke sini, kok. Dia masih ada kerjaan sama CEOnya yang busuk itu. Tadi bilangnya hanya tinggal pamit," jawab Okna masih mengusap kain rok gaun pengantinnya.
Tasya terkekeh. "Aku yakin bentar lagi Harpa Kariswana akan nangis darah lihat undangan pernikahan kamu. Akhirnya kamu yang memenangkan pertarungan ini." Tasya yang sejak dulu mengikuti Okna juga memendam rasa kesal tanpa alasan pada Harpa.
"Jelas. Biar dia kaya gimana pun, dia gak akan bisa mengalahkan Okna. Terutama di hati Adras. Selama bertahun-tahun Adras tetap ada di sisiku, kan?"
Tasya mengangguk-angguk. "Kamu emang hebat bisa nikahin pria paling tampan dan populer di kampus kita. Padahal banyak banget yang berharap ada di posisi kamu. Aku, dapetin temannya saja susah," keluh Tasya.
"Aku akan minta Adras deketin kamu sama Nolan. Tenang saja, kok." Okna tepuk pelan bahu Tasya. Jelas gadis di depannya merasa senang.
Sedang Adras membungkuk. "Memang kamu mau ke mana? Tumben banget kamu tidak berdedikasi pada pekerjaan," komentar Harpa dengan kejulidannya.
"Hari ini saya dan Okna akan mencoba pakaian pernikahan," jawab Adras.
Harpa mengangguk-angguk. "Tinggal sebulan lagi, ya? Kapan kamu mau sebar undangan? Aku mau tahu tanggal pernikahannya. Tentu aku harus kosongkan jadwal," tanya Harpa.
"Anda tak perlu sejauh itu. Lagipula pernikahan saya bukan sesuatu yang penting," tolak Adras.
"Bagaimana tidak penting. Kamu itu sekretaris aku, kan? Kalau begitu aku mau sekalian mikirin kado buat kalian!" Harpa kelihatan tak sabaran. Sambil tersenyum, dia terlihat berpikir. Namun, di sana Adras semakin nyeri. Dia bertahan dengan pernikahan yang tidak diinginkan demi Harpa dan ayahnya. "Kamu mau aku berikan Okna pakaian seksi?" tanya Harpa jahil.
"Lebih baik Anda pikirkan perihal album Diamond. Itu jauh lebih penting dari apa pun, Nona." Seperti biasanya Adras selalu datar.
"Kamu itu gak bisa diajak bercanda. Aku sudah bicarakan itu dengan anggota Diamond. Mereka setuju dengan caraku. Pokoknya aku yakin Gera akan syok karena ternyata aku ini pintar!" Harpa mengangkat kedua alis sambil sedikit memiringkan wajahnya ke kiri.
"Saya tidak tahu Anda mengadakan rapat dengan anggota Diamond." Jelas Adras bingung karena jadwal Harpa beberapa waktu ke belakang padat untuk bertemu relasi di luar.
"Jalur orang dalam. Aku minta ketemu Dios dan langsung datang satu paket. Aku juga harus dekat dengan temannya, kan? Namanya juga aku ini bagian dari masa depannya," jawab Harpa sambil tersenyum licik. Dia memutar-mutar kursi ke kanan dan kiri.
"Saya bersyukur hubungan Anda sudah sejauh itu. Jadi Anda memutuskan untuk menunggu kontrak Dios berakhir," komentar Adras.
"Memang aku gak bisa nikah diam-diam apa? Banyak artis yang tahu-tahu sudah punya anak," sanggah Harpa.
"Saya pamit pergi," ucap Adras memotong obrolan. Pria itu berbalik dan berjalan dengan langkah berat. Meski dalam hati, ia ingin Harpa menahannya. Namun, Adras merasa lega melihat Harpa bahagia dengan pria yang jauh lebih pantas dengan wanita itu.
Tiba di butik gaun pengantin, Adras langsung ke ruangan tempat Okna menunggu. Begitu calon suaminya masuk, Okna langsung memperlihatkan gaun pernikahannya. "Gimana? Bagus, gak?" tanya Okna.
"Cantik," jawab Adras. Sama sekali pria itu tak terlihat terkejut ataupun terpaku.
"Makasih banyak," ucap Okna. Dia peluk tubuh Adras dengan erat tanpa merasakan ada hati yang tengah beku di dalamnya.
Kini giliran Adras yang mencoba jas pengantinnya. Okna tertegun melihat betapa tampan dan gagah calon suaminya itu. Dia sampai menutup mulut dengan kedua tangan dan matanya terbelalak. "Kamu ganteng banget, Adras," komentar Okna.
"Makasih," jawab Adras singkat.
"Kalian berdua pasangan yang serasi. Yang pria sangat pintar dan wanitanya sangat cantik. Saya harap semuanya lancar hingga hari pernikahan," doa desainer pengantin keduanya.
"Terima kasih banyak, Bu," timpal Okna.
Setelah ini keduanya hendak pergi ke tempat percetakan undangan. Mereka sebelumnya sudah memesan desain undangan dan ini saatnya melihat sample serta membayar sebagian biaya percetakan.
Sambil menunggu Okna menyelesaikan semuanya, Adras duduk di ruang tunggu. Dia memainkan ponsel untuk bertukar pesan dengan temannya saat di Harvard dulu.
Saat itu Adras mendengar nama Callir muncul di televisi. Adras lekas mengangkat wajah. File-file yang ada dalam flashdisk miliknya bocor di media dan diklaim sebagai strategi Callir ke depannya. Jelas itu langsung menjadi bahan perbincangan fans. Mereka membahas tentang rencana itu yang dianggap akan gagal dan terlalu mengusung grup wanita baru serta posisi Dios dalam Diamond.
Okna tak lama menghampiri Adras. Dia bingung melihat calon suaminya berdiri menatap televisi. Ketika gadis itu melirik ke arah layar, dia yang kini jauh lebih kaget. "Kenapa Tuan Gera harus ungkap itu ke media? Gimana kalau Adras sadar flashdisk itu dicuri?" batinnya.
"Aku harus ke kantor sekarang juga." Adras meninggalkan Okna di sana.
Sama sekali Okna tak melakukan protes. Dia masih diam di sana ketakutan dengan tubuh yang gemetar. Sementara Harpa tak perlu ditanya. Tidak hanya badmood akibat pernikahan Adras yang tinggal sebentar lagi, kini ada berita hoax yang tak tahu darimana datangnya.
Harpa memijiti kepala. "Baru juga aku mau santai!" teriaknya dalam ruangan.
Jelas telepon langsung berdering hingga Harpa rasanya ingin menangis. Dia lekas menelepon Narvi dengan ponsel. "Cari tahu darimana asalnya semua file itu! Aku jelas gak tahu siapa yang buat," pinta Harpa sambil meratap.
Tak lama salah satu ajudannya datang menghadap. "CEO, Komisaris dan dewan direksi memanggil Anda ke ruangan rapat. Mereka bilang ingin Anda menjelaskan perihal berita yang tersebar," ungkap pria itu.
"Gimana mau jelasin? Aku juga gak tahu? Mereka ini ngada-ngada!" Harpa akhirnya berjalan dengan malas menuju ruangan rapat. Rupanya dia paling terlambat tahu. Gera tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya dia bisa menghancurkan Harpa yang kini tengah berada di atas, pikirnya.
"Apa maksud dengan semua ini Nona Harpa? Bagaimana bisa program kerja Anda tersebar ke media. Harusnya Anda bisa mengamankan dokumen penting itu. Apalagi masih berupa pengajuan," omel komisaris tertinggi.
"Begini. Aku baca-baca dan telaah file bocor itu. Sama sekali tidak ada yang benar-benar milikku. Itu hanya file buatan orang tak bertanggung jawab," jelas Harpa.
"Kenapa bisa ada stempel dan tanda tangan Anda di salah satu pdfnya?" tanya yang lain semakin menjadi.
"Itu juga yang jadi pertanyaan saya, Pak. Makanya pelaku utama itu harus saya tangkap!" tegas Harpa sambil menggebrak meja dengan kasar.