Harpa menatap Adras dengan tajam. Pelaku utama file hoax itu kini tak bisa berkutik apa pun. "Kamu ada dendam pribadi apa sama aku?" tanya Harpa sambil berkacak pinggang.
Adras hanya menggelengkan kepala. Tak dia duga, bisa tertangkap basah begitu saja. Awalnya Narvi menelusuri asal file. Sedang Adras tak langsung menghubungi Nolan sehingga tanpa dia sadari Narvi berhasil menemukan asal file tersebut disebarkan. Pelakunya salah satu karyawan. Tak ingin jatuh sendiri, karyawan itu langsung menunjuk Gera.
Tentu saja Gera panik saat itu, apalagi dia ketahuan hanya dalam hitungan jam. Gera mengakui asal file tersebut dan bagaimana cara mendapatkannya. "Adras, kamu tahu setelah ini aku harus melakukan apa? Wawancara! Aku paling malas tampil di televisi, apalagi untuk menjelaskan masalah yang berasal dari kejahilan sekretarisku sendiri!" omel Harpa.
"Saya benar tidak bermaksud menjatuhkan Anda. Saya juga kaget, Okna mengambil file tersebut bahkan memberikannya pada Tuan Gera," jelas Adras.
Harpa menggerakkan bibirnya ke sisi kanan dan kiri. Mengerut organ pink di wajah Harpa itu. "Terus tujuan kamu bikin kayak gitu apa?"
"Sengaja. Untuk mengelabui Tuan Gera," jawab Adras sambil menunduk pasrah. Dia memang selalu mati kutu setiap kali terkena omelan Harpa.
"Kalau sengaja, artinya kamu sengaja juga bikin file itu sampai ke dia!" terka Harpa.
Adras menggaruk kepala. "Awalnya hanya agar dia tertipu. Sama sekali tidak aku sangka dia malah ungkap ke media," jelas Adras.
Harpa memijiti kening. "Sekarang gimana? Hubungan kita tidak akan baik-baik saja selama masih ada tunangan kamu yang berpihak pada Gera!" tegas Harpa.
"Memang hubungan kita apa?" tanya Adras.
"Astaga, kamu lagi eror apa gimana, Dras? Tentu hubungan CEO dan sekretaris! Memang kamu mau aku jadi ibu tiri kamu!" omel Harpa.
"Saya akan menasihati Okna tentang itu," jelas Adras.
"Nasihati? Yang bener saja, Dras? Kamu kerja di sini sudah hampir mau enam bulan, apa calon istri kamu itu berubah? Enggak sama sekali! Kalau gini caranya mendingan aku protes sama Om Thyon saja!" ancam Harpa.
"Tapi saya melakukan itu untuk melindungi ide asli milik Anda dari Tuan Gera." Adras berusaha menolong dirinya sendiri.
"Tetap saja, memang kamu mau buka-bukaan begitu? Soal masalah ini biar aku yang selesaikan! Dan tugas kamu urus calon istri kamu itu!" titah Harpa.
Namun, kesedihan dan ketakutan Adras itu tak berlaku selamanya. Justru tujuan utama Adras telah teraih dengan mudah. Karena ini, Gera tidak akan membidiknya lagi dan lebih dari itu, tentu saja masalah ini membuat murka ayah Adras, Thyon.
"Bagaimana bisa kamu biarkan file milik CEO bocor ke media?" tegur Thyon.
Adras melirik Okna. "Kenapa tanya padaku? Apa Papa tidak punya keberanian menegur calon menantuan, Papa?" jawab Adras.
Thyon menaikkan sebelah alias. Masalah itu sepenuhnya belum sampai ke telinga Thyon. "File itu ada dalam flashdiskku dan itu aku simpan baik-baik di kamar sejak aku bawa dari kantor. Menurut Papa siapa pelakunya? Bibi? Memang ada urusan apa Bibi dengan Tuan Gera? Atau Papa sendiri?" tuduh Adras.
Lirikan mata Thyon beralih pada Okna. "Okna, aku izinkan kamu masuk kamar Adras hanya untuk mengenal calon suami kamu lebih baik. Bukan diam-diam mengambil barang pribadianya, apalagi kamu berikan pada orang lain. Dan itu berhubungan dengan pekerjaan," nasihat Thyon.
"Aku minta maaf, Om. Anda tahu sendiri bagaimana aku tidak nyamannya atas Harpa. Aku ingin bantu Tuan Gera agar Harpa turun dari jabatannya," pinta Okna.
Thyon menggelengkan kepala. "Kamu tahu siapa yang membiayai Adras kuliah di luar negeri? Memang beasiswa, tapi itu sama sekali tidak cukup. Tiga tahun dia tinggal di Amerika, di rumah yang nyaman tentu saja Om perlu jual semua aset, Om. Namun, semua dibantu orang tua Harpa," jelas Thyon.
"Jadi Om mau menjual anak Om hanya karena balas budi pada orang tuanya?" sindir Okna.
Jelas Thyon dan Adras sama-sama menggelengkan kepala. "Balas budi bukan artinya menjual, Okna. Sekarang lihat kamu sendiri. Kamu ingin jadi pegawai tetap di Callir, apa bisa? Bandingkan dengan Adras yang langsung diberikan posisi tinggi setara dengan manager. Kamu pikir semua itu bisa diraih dengan apa?"
"Orang dalam," jawab Adras dengan polosnya dan Thyon malah ikut mengangguk.
Saat itu dia meminta Fatur untuk hadir membicarakan hal ini karena sudah sangat rumit. "Sampai kapanpun Okna tidak akan bisa berubah kalau tidak diberi ketegasan. Sebagai istri, dia harus bisa menjaga martabat suami dan juga mendukung pekerjaan suaminya. Kalau seperti ini keadaannya, rumah tangga mereka tidak akan berjalan dengan baik," saran Berlian yang langsung diresapi suaminya.
"Lalu bagaimana? Okna sangat mencintai Adras," timpal Dewi sambil mengusap rambut putrinya.
"Cinta pun butuh logika. Lagipula kalau Adras punya posisi penting, gaji yang bagus, siapa yang akan menikmatinya nanti? Tentu Okna sebagai istri. Harusnya Okna tahu kalau Nona Kariswana tidak mungkin bisa bersama dengan Adras. Suatu hari dia harus menikahi pria yang sepadan demi kepentingan bisnis. Itu sudah menjadi aturan di keluarganya," timpal Thyon.
Adras rasanya semakin disadarkan. Sedang Okna masih saja ragu. "Kalau hatinya masih terkunci pada Adras gimana? Kalau mereka diam-diam berselingkuh di belakang? Aku yang akan menanggung beban batinnya," keluh Okna.
"Dia mencintai pria lain dan jelas aku tak ada apanya dibanding pria itu," ucap Adras dengan datar.
"Begini saja! Agar Okna bisa menyadari kesalahannya, pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan sampai Okna benar-benar bisa menerima posisi Adras di perusahaan," tegas Thyon.
"Pak, kedua anak ini sudah menyiapkan semuanya," kilah Fatur.
Thyon tetap menggelengkan kepala. "Dengar Tuan Fatur, keadaan Okna yang seperti ini akan terus mengguncang hubungan mereka. Mumpung baru tunangan, mereka masih bisa memilih. Kalau sudah menikah, apalagi punya anak. Pertengkaran akan mengorbankan lebih banyak lagi." Thyon mencoba menerangkan sesederhana mungkin.
Okna meneteskan air mata. Dia memeluk ibunya dengan erat dan mungkin hanya Adras yang bersorak dalam hati. "Masalah Okna sudah sampai pada petinggi di Callir. Tentu saja di sini posisi Adras akan mereka ragukan. Aku tidak ingin ini terjadi lagi. Masih mending Nona Kariswana tidak melakukan tuntutan hukum pada anak Anda." Thyon bersedekap.
Fatur melirik putrinya. Dia paling merasa bersalah karena dia yang membuat Okna terlibat hingga sejauh ini. "Saya benar-benar sangat meminta maaf. Sama sekali tidak ada niatan jahat pada putra Anda."
Jadilah Adras sibuk malam itu untuk membatalkan sewa gedung, undangan hingga jasa pernikahan lainnya. Meski begitu dia masih berkirim pesan dengan Nolan.
Walau gak sampai dibatalkan, setidaknya kita masih bisa mengulur waktu sampai Okna bosan dan mundur, Dras.