Devanrzka: gue tunggu lo di rooftop sekolah sekarang.
"Devan mau ngapain ya ngajak gue ketemuan di rooftop?" Batin Fanya.
Devanrzka: gausah banyak mikir.
Fanyazhra: gue kesana. (baca)
Fanya menutup handphonenna, lalu bergegas untuk menemui Devan ke rooftop sekolah.
Sesampainya di rooftop, Fanya melihat seorang lelaki yang sudah berdiri membawa sebuah buket bunga yang entah untuk siapa buket tersebut akan diberikan. Fanya pun langsung berlari menuju orang tersebut.
"Lo mau ngapain minta gue buat kesini?" tanyanya penasaran sambil sesekali melihat buket yang lelaki itu bawa.
"Lo suka sama bunga yang gue bawa gak?" bukannya menjawab, lelaki itu malah bertanya balik kepada Fanya .
Deg
Shitt ! Lelaki ini berhasil membuat jantung Fanya berdegup dengan kencang.
"Kenapa diem? "ucap lelaki itu membuyarkan lamunan Fanya.
"Lo suka ga?" tanyanya lagi.
Lelaki itu melangkah maju sedikit demi sedikit agar posisinya bisa lebih dekat berhadapan langsung dengan Fanya. Setelah mendapati posisi yang tepat, tangan lelaki itu beraksi melingkari pinggang Fanya dan sekarang wajah mereka beradu pandang.
Dekat
Lebih dekat
Sangat dekat
Sialnya, Fanya tidak bisa melakukan apapun pada apa yang diperbuat oleh lelaki di hadapannya itu. Rasanya pikiran dan suasana Fanya sudah terhipnotis oleh lelaki itu.
"Jawab Fanya" ucap lelaki itu lagi.
Fanya mulai berani membuka mulutnya dan, "Gue gak suka!" teriaknya sembari melepaskan kedua tangan yang melingkari pinggangnya.
***
Kringgggggggg
Fanya membuka matanya perlahan-lahan, dan berusaha untuk mematikan jam alarm sialan itu.
"Loh gue ko di kamar? Perasaan tadi..." gumamnya.
Fanya berpikir sejenak. "Astaga, ternyata cuma mimpi." ucap Fanya bernapas lega sambil memegang kening nya yang terasa berat.
Seperti biasa, Fanya segera bangkit dari tempat tidur nya untuk bersiap-siap sekolah.
***
Sesampainya di kelas.
"Fanyaaa ,gue kangen sama lo" sapa Nada sok akrab dengan suara cemprengnya.
Membuang napasnya "Heuhhh, lebay banget si lo." balas Fanya malas kemudian melipatkan kedua tangannya ke meja.
"Fanya, lo kenapa si kaya yang ada pikiran gitu?" Tanya Nada bingung.
Fanya masih bingung dengan mimpi yang tadi malam itu, ingin rasanya dia menceritakan mimpinya kepada Nada tapi Fanya takut Nada malah menertawakan nya.
"Oh itu, gaada ko Nad." balasnya berbohong.
"Lo boongin gue ya Fanya?" Tanya Nada dengan tatapan menyelidik.
"Tampang kaya gue emang kaya penipu ya?" Balas Fanya yang membuat Nada tertawa keras.
"Lagian si lo misterius banget orangnya. Ayo dong cerita."
Ketika Fanya akan menjawab, ada teman sekelasnya yang menghampiri mereka berdua.
"Fanya, ada yang nyariin lo tuh" kata perempuan itu kepada Fanya.
"Siapa?"
"Ka Devan"
Deg
"Ngapain dia nyariin gue, sampe harus ke kelas gue?" Fanya membatin lagi.
"Kok gue jadi gerah ya." Ucap Nada yang sengaja menyindir Fanya sambil mengibaskan tangannya.
Tanpa menghiraukan Nada, Fanya langsung berjalan keluar kelasnya untuk menemui Devan.
"Mau ngapain Lo kesini?" ucap Fanya memberanikan diri untuk memulai percakapannya dengan Devan, meskipun sebenarnya Fanya sangatlah gugup untuk mengobrol dengan Devan, terlebih setelah dirinya bermimpi dipeluk oleh Devan. Perasaannya sekarang sudah tidak karuan jika setiap hari harus selalu dihantui oleh Devan.
"Santai dong ngomongnya. Gue kesini cuma mau ngambil jaket gue yang udh Lo pinjem kemarin."
Damn !! Fanya lupa membawa jaket Devan yang sudah dipinjamnya kemarin sore.
"Mmm... gue lupa bawa." balasnya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Gue gamau tau sekarang juga lo balik kerumah lo dan ambil jaket gue!" pinta Devan menyentak.
"Belum gue cuci Ka." balasnya santai.
"Enteng banget lo ngomonya. Lo pikir lo bisa seenaknya make barang tanpa ada tanggung jawab sama sekali?" sungut Devan.
Nih orang mabok atau gimana? Perasaan gue, kemarin dia yang maksa nyuruh gue buat pake jaketnya deh.
"Lo tenang aja, gue bakalan ambil sekarang." Balasnya yang menekankan kata 'sekarang'.
Devan salah strategi, niatnya untuk bisa lebih dekat dengan Fanya gagal, dan ternyata Fanya malah meng iya kan untuk mengambil jaketnya itu, padahal jika Fanya tidak bisa mengambil jaketnya, Devan akan dengan mudah mendakati Fanya lagi.
"Lo pikir gue mau nerima jaket yg udh lo pake?" Tanya Devan yang mulai mengatur strategi nya kembali.
"Astaga, nih anak bikin gue kesel aja." Batin Fanya.
"Lah, tadi kan lo sendiri yang bilang buat nyuruh gue ngambil kerumah." Balas Fanya kesal.
Tanpa mereka berdua sadari, siswa siswi yang sedang berlalu lalang melihat kejadian yang sedang terjadi antara Devan dengan Fanya.
Ada beberapa siswi yang memang dengan sengaja melihat kejadian itu lewat jendela kelas mereka.
"Gue mau lo gantiin jaket gue,dengan jaket baru yang sama persis dengan jaket gue yang udah lo pinjam." Pinta nya
"Lo tuh ada ada aja, yakali gue ngubek mall yang ada di Jakarta cuma buat beli jaket yang sama persis kaya jaket lo."
"Kalo emang gamau, lo harus nanggung akibatnya" ancam Devan .
Sikap Fanya sekarang berubah yang tadinya sangat berani mengeluarkan kata-kata, kini diam seribu bahasa dan raut muka nya seperti orang ketakutan mendengar ancaman yang akan Devan berikan.
Seperti nya kini Devan sudah berhasil membuat Fanya kalah dalam percekcokan nya tadi.
"Oh... lo ngancem?" Balas nya berani.
"Lucu juga ya, orang kaya lo beraninya ngancem. Sama cewek lagi." Fanya tersenyum miring.
"Lo juga lucu ya, padahal gue cuma ngasih peringatan." Bela Devan tak mau kalah.
"Gimana, lo udh siap buat nanggung akibatnya?" Tanya Devan.
"Gue yakin bisa dapet jaket yang sama persis kaya punya lo. Jadi lo gausah so soan ngancem gua." balasnya lalu masuk ke dalam kelas nya dengan wajah yang ditekuk masam.
PASTI INI SEMUA GARA-GARA MIMPI ITU! KENAPA SI HIDUP GUE SELALU GA TENANG, KENAPA JUGA SI DEVAN SONGONG ITU ADA DI KEHIDUPAN GUE SEKARANG, KENAPA JADI KAYA GINI JALAN HIDUP GUE?