Part 4

1083 Words
Suara alarm membangunkan tidur nyenyak Fanya, ia pun berusaha mencoba sedikit demi sedikit membuka matanya untuk bangun dan bersiap-siap sekolah. Setelah selesai mandi dan menyiapkan semuanya, ia berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil yang dikendarai oleh supir pribadinya. Ya, hari ini Iren tidak bisa mengantarnya ke sekolah. karena sedang ada 'urusan lagi". Sebenarnya ingin sekali Fanya membawa mobil sendiri karena dirinya sudah bisa mengendarainya, tapi Iren melarang keras agar Fanya tidak membawa mobil sampai dia mempunyai SIM. Selama diperjalanan, suasana sangatlah hening karena Fanya dan supirnya mempunyai kesibukan masing-masing. Fanya yang duduk di belakang dekat dengan jendela sebelah kiri sedang melihat-lihat jalanan lewat jendela mobilnya itu. Sampai waktu mobilnya melewati lampu merah, wajah Fanya menjadi seperti tak ada semangat karena memang lampu merah ini selalu pas menyala ketika mobilnya lewat. "Benar benar menyebalkan." Batin Fanya. Matanya tak henti-henti mengedarkan pandangan ke segala arah, sampai akhirnya Fanya melihat di sebelah kiri mobilnya tampak seorang lelaki memakai jaket berwarna hitam yang sedang mengendarai motor dan dia juga sedang menunggu nyalanya lampu hijau.   Fanya rasa itu adalah anak sekolah. Ya, memang benar dia adalah anak SMA. Karena dilihat dari celana yang ia pakai berwarna abu-abu.  Tanpa Fanya sadari ternyata lelaki itu sekarang sedang melihat kearah kanan mobil nya. Fanya dan lelaki itu sudah saling menatap. Fanya tercengang, karena lelaki itu adalah orang yang kemarin membuatnya kesal. Cepat. Fanya memalingkan pandangannya berharap lelaki itu tidak tau kalau dia memperhatikan nya tadi. Lampu hijau pun menyala, Fanyalihat  lagi lelaki itu lewat kaca mobil, tapi nihil orang itu sudah melaju lebih dulu dibandingkan mobilnya. "Akhirnya nyampe juga." gumamnya, lalu turun dari mobil dan berjalan menuju kelas. Selama Fanya berjalan dia merasakan sesuatu yang aneh, seperti ada orang yg sedang membuntutinya di belakang. Orang itu makin mendekat, Fanya pun mempercepat jalannya. "Gausah gugup kaya gitu kali, tadi aja lo merhatiin gue terus." ucap seseorang yang kini sudah ada disamping kiri Fanya. Fanya terkejut, wajah nya merah karena mendengar ucapan yang dilontarkan oleh lelaki itu. Pasalnya Fanya tertangkap basah saat sedang memperhatikan lelaki yang ada di sebelahnya ini. "Mati gue!" Batin Fanya. Devan tersenyum kearah Fanya yang dibalas tatapan sinis oleh Fanya. "Biasa aja liatnya, nanti suka." ucapnya dengan santai tanpa berhenti menatap mata Fanya. Fanya terhenyak dengan ucapan tadi, iapun segera memalingkan tatapannya agar tak terpancing oleh tampang rupawan lelaki di hadapan nya ini. "Ekspresi lo lucu ya pas merhatiin gue tadi." kata Devan kepada Fanya lagi. Ahhh Fanya sudah tidak tahan dengan ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh Devan. Wajah nya sudah seperti merah tomat yang sangat masak. Ingin sekali Fanya membalas perkataan Devan, tapi mungkin nanti dan bukan sekarang. "Muka lo udah merah tuh, gue ke kelas dulu ya Fanya" ucap Devan berlalu pergi. "Darimana dia tau nama gue?" Tanpa berpikir panjang, Fanya pun melanjutkan perjalanan ke kelas nya. Sesampainya di kelas, Fanya mendapati tempat duduk Nada yang ternyata masih kosong padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.50 pagi. Fanya pun segera membuka hp nya dan mengetik pesan untuk nada. Line on Fanyaarl : Nad lo dimana? Nadaarl. : Fanya sorry banget, sekarang gue gabisa sekolah soalnya nyokap gue sakit dan dirumah gaada siapa-siapa. Fanyaarl :  Oke. Nadaarl. : Thankyou Fanya Nadaarl. : Maaf ya ngerepotin.wkwkwk Fanyazhr: Nop. Nadaarl. : Okedeh. Semangat belajar Fanya (baca) Line off Fanya menutup kembali handphonenya dan menyimpannya kembali ke dalam saku rok nya. **** Selama pelajaran berlangsung tak henti-hentinya Fanya bergerak untuk mendapatkan posisi duduk yang nyaman, karena saat ini ia merasakan sesuatu yang basah di roknya. Apa Fanya sedang datang bulan? Setelah Fanya melihat kebelakang, roknya sudah banyak sekali bercak merah "Aduh gimana ini?" Ucapnya pelan. Pelajaran berakhir, Fanya terpaksa harus menunggu murid yang lain untuk keluar kelas terlebih dulu sebelumnya. Karena jujur ia sangat malu  dengan keadaannya sekarang. "Gue harus ngapain? Ga bawa jaket lagi." Setelah semua murid  sudah keluar, Fanya pun langsung bangkit dari tempat duduk nya, dan menggendong tasnya lalu mengendorkan tali tasnya agar dapat mundur kebawah menghalangi roknya yang kini sudah basah karena cairan merah. Dengan langkah ragu, Fanya berjalan pelan-pelan agar cairan merah tersebut tidak terlalu banyak keluar. Kemudian langkahnya terhenti saat melihat sudah ada orang berdiri tegak sambil bersender ditembok sekolah sembari mengepalkan tangannya. "Lo ngapain disini?" tanya nya gugup. "Lo ngapain jam segini belum pulang?" Devan balik bertanya. "Gue abis piket, lo?" jawabnya berbohong, sambil memegang tas nya agar dapat sempurna menutupi roknya. "Nunggu Lo" Balas Devan santai. "Lo..... Gila ya?"  "Awas, gue mau jalan" suruh Fanya, kemudian melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Devan, tak tinggal diam Devan pun langsung mengejar Fanya. "Nih pake, Lo pasti butuh ini buat nutupin rok Lo" tawar Devan sembari menyodorkan jaket hitam yang tadi pagi ia pakai. Fanya menoleh dan mau tak mau dia menerima tawaran Devan untuk memberinya pinjaman jaket. Lalu ia pun langsung memakai kan jaket itu dengan cara mengikatkan kedua tangan jaket itu kepingganggnya agar bagian tubuh jaket itu dapat menutupi cairan merah itu di rok nya. "Sekarang lo pulang sama gue" pinta Devan yang langsung menarik lengan Fanya. Fanya menepisnya dengan cepat. "Ga perlu. Gue diemput." "gausah ngeyel, lo mau nunggu supir lo berjam-jam buat jemput lo, hah?" celoteh Devan. "Gue ga butuh. Mending sekarang lo pulang!" Ucap Fanya dengan nada tinggi. Kalo lagi marah-marah kaya gini, bukannya ngebuat gue jadi pengen balik marah ke lo, tapi sebaliknya Fanya, Lo cantik kalo lagi marah, gemes gue. Batin Devan sambil melihat fanya yang sedang marah-marah di hadapannya. "Udah ngomong nya?" Tanya Devan "Pulang yuk, lagian udah sore juga." "Gua ga mau pulang bareng cowok songong kaya Lo!" tolak Fanya mentah-mentah. "Fanya?" "LO b***k? GUE BILANG GUE GAK MAU PULANG BARENG LO! NGERTI?" sentak Fanya. Melihat perlakuan Fanya tadi, Devan tidak balik menyentaknya, karena Devan mengerti sekarang fanya sedang datang bulan jadi wajar saja bila tingkat emosi nya lebih tinggi. Karena sepengatahuannya, ketika perempuan sedang datang bulan terjadi respon sel otak yang disebut reseptor GABA dan hormon progesteron akan mengubah bentuk reseptor GABA pada otak kecil. Perubahan bentuk yang terjadi saat menjelang menstruasi ini membuat sel GABA akan sulit mengontrol perasaannya. Jadi ya, wajar saja jika Fanya marah-marah seperti ini. "Udah ya, lo nurut aja sama gue. Gue janji gabakal ngapa-ngapain lo ko." ajaknya lagi dengan nada lembut dan senyum manis. Fanya pun meng iyakan ajakan Devan untuk pulang bersamanya. "Cepet naik" pinta Devan "Iya iya" balas nya lalu menaiki motor Devan. Selama diperjalanan  sampai kerumah Fanya, diantara mereka berdua tidak ada yang berani memulai pembicaraan karena saking gugupnya. Ketika sampai rumah, Fanya pun sama sekali tidak mengucapkan terimakasih kepada Devan yang sudah menolong nya.  Hari ini berjalan begitu menyebalkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD