bc

Ranjang Panas Sugar Daddy

book_age18+
85
FOLLOW
1.0K
READ
billionaire
HE
age gap
bxg
campus
cruel
friends with benefits
seductive
like
intro-logo
Blurb

(WARNING MENGANDUNG KONTEN 21+)

Setelah diselingkuhi oleh pacar dan sahabat baiknya sendiri, Shevaya juga dituduh menjual diri pada laki-laki hidung belang oleh ibu tirinya. Hal itu membuat Shevaya diusir dari rumah dan hidup sebatang kara.

Di tengah perasaan marah yang menggebu, Shevaya memutuskan untuk bertemu Denver. Laki-laki kaya raya yang merupakan incaran kakak tirinya.

"Aku bersedia memberikan tubuhku, asal kamu bisa membalaskan dendamku pada ibu dan saudara tiriku," ucap Shevaya pada Denver di pertemuan pertama mereka.

"Puaskan aku di ranjang, sisanya kita bicarakan nanti." Denver menatap Sheva intens dengan seringainya.

Benarkah Denver akan membantu Shevaya, atau justru mengirimkan masalah baru di kemudian hari? Yang jelas, Shevaya begitu takut terjatuh pada pesona laki-laki tampan yang ternyata jauh lebih panas daripada yang dia bayangkan.

chap-preview
Free preview
Mengorbankan Tubuhnya Demi Membalas Dendam
"Apa yang terjadi? Kenapa semuanya berantakan seperti ini?" Sheva bingung ketika masuk ke dalam apartemen kekasihnya. Dia berniat memberikan kejutan anniversary hubungan mereka, tetapi kini dia dikejutkan dengan semua hal yang terjadi di depan matanya. Baju wanita dan lelaki berserakan. Sheva lemas hingga dia tidak sengaja menjatuhkan kue yang dia bawa. Sontak dua insan yang berpadu kasih kini terkejut melihat kehadiran Sheva. "Sheva," ujar David dan Liona secara bersamaan. Sheva pergi meninggalkan mereka tanpa kata, dia membawa kembali kado anniversary yang sudah dia persiapkan untuk David. Air matanya mengalir, dia hanya diam tanpa mengatakan apa pun. Sheva tidak perlu penjelasan, dia hanya mempercayai apa yang sudah dia lihat. "Sialan! Pasangan itu benar-benar membodohiku selama ini." Sheva mengumpat saking muak dengan dua orang itu. Sheva mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia tidak bisa menahan amarahnya dan merasa kesal dengan hidupnya. Tidak ada orang yang peduli, mereka hanya memanfaatkan Sheva karena harta yang dia miliki. "Ibu, sekarang Sheva tidak punya siapa pun. Sejak kematian ibu, ayah tidak pernah mau mendengarkan Sheva. Apa yang harus Sheva lakukan, Bu?" tanya Sheva dengan air matanya yang berlinang. Sheva Aurelita Lyman, gadis berusia 20 tahun, hidupnya berubah sejak kematian ibunya. Hidup yang awalnya bahagia kini mulai berubah sejak kedatangan ibu tirinya. Sheva baru saja sampai rumah, tetapi dia kembali dikejutkan ketika semua barang miliknya sudah berada di luar rumah. Koper dan boneka kesayangan pemberian ibunya kini sudah berada di teras. Tak terasa air matanya jatuh, dia merasa hidupnya semakin buruk. "Sheva, mulai hari ini kamu harus pergi dari rumah. Ayah tidak mau memiliki anak yang menjual diri pada lelaki hidung belang di luar sana!” bentak Renald. Sheva menatap ayahnya dengan pandangan nanar, entah apa lagi yang ibu tirinya katakan pada Renald. Sheva tidak pernah melakukan semua hal yang Renald tuduhkan, tega-teganya Renald mengusir Shevaya yang jelas-jelas anak kandungnya. "Ayah mengusirku?" tanya Shevaya lirih. "Apakah kamu tidak mendengar apa yang ayahmu katakan? Bukankah telingamu normal? Keluarga ini tidak membutuhkan orang yang hanya mencoreng nama keluarga!" Prita datang bersama anaknya dengan tatapan sinis. "Apakah kalian punya bukti? Kenapa menuduhku seperti ini?" tanya Sheva. Mala sebagai kakak tirinya melemparkan semua bukti yang dia miliki. Sheva tersenyum sinis, ayahnya tidak mempercayainya hanya karena foto editan yang bahkan terlihat tidak nyata. Shevaya tidak menyangka kentalnya darah bisa dipisahkan oleh orang yang tidak memiliki hubungan darah di antara mereka. "Tinggalkan mobil itu, kamu tidak berhak membawa apa pun dari rumah ini!" teriak Prita. Sheva tidak peduli, dia memasukkan semua barangnya. Sheva menerobos masuk ke dalam kamar dan mengambil semua harta peninggalan ibunya. Shevaya masih bisa bertahan tanpa uang dari ayahnya, dia akan membuktikan bahwa dia orang yang kuat dan mampu membalaskan semua dendam yang ada dalam hatinya. "Apa yang kamu lakukan Shevaya!" teriak Renald menghentikan anaknya. "Kamu tidak perlu tahu, aku hanya membawa apa yang menjadi milikku. Setelah kamu mengusirku, aku tidak akan pernah kembali ke rumah ini." Shevaya pergi membawa tas ransel berisi surat dan harta berharga miliknya. "Ingatlah, suatu saat nanti jika kamu mulai sadar dengan kesalahanmu jangan pernah mencariku. Anggap saja anakmu sudah mati," ujar Shevaya lalu masuk ke dalam mobilnya. Shevaya menangis, dia tidak menyangka jika malam itu adalah hari terburuk dalam hidupnya. Bagaikan jatuh tertimpa tangga, Sheva kehilangan kekasih, sahabat dan ayah yang dia miliki. Shevaya berjanji, dia akan membalaskan dendamnya. Shevaya tidak akan membiarkan mereka bahagia di atas penderitaannya. *** Renald terlihat linglung setelah kepergian Shevaya, dia tidak menyangka jika anaknya akan pergi tanpa meminta ampunan darinya. Renald merasa sedih karena sikap Shevaya sudah berubah. Shevaya tidak pernah mendengarkan ucapannya dan melakukan segala hal yang dia suka. "Apa yang Papa sesali, bukankah bagus jika anak itu pergi. Memangnya kamu ingin nama baik keluarga kita tercoreng begitu saja?" tanya Prita. Renald menggelengkan kepalanya, dia menghilangkan pikiran buruk dan mencoba berpikir positif bahwa anaknya akan kembali. Renald hanya ingin Shevaya merenungkan sikapnya dan kembali menjadi pribadi yang lebih baik. "Ayo kita makan malam, Pa." Mala menggandeng tangan Renald dengan senyum merekah di bibirnya. Mala merasa senang, sekarang dia menjadi anak satu-satunya di rumah itu. Dia bisa menguasai segala hal yang Sheva miliki. Setelah sekian lama Mala akhirnya berhasil menendang Shevaya dengan mudah karena papa tirinya benar-benar bodoh. "Kenapa Papa membiarkan Sheva membawa mobil itu? Padahal sejak awal Mala juga menginginkannya." Mala merajuk pada Renald. Umur Mala sudah dua puluh lima tahun, tetapi sikap manja dan kekanakannya benar-benar keterlaluan. Mala hidup dengan dimanjakan oleh ibunya, bahkan sampai sekarang dia masih mengandalkan orang tua tanpa mau bekerja untuk membiayai hidupnya. "Mobil itu milik ibunya, aku tidak mungkin memintanya." Renald mengatakan hal itu agar Mala diam dan tidak mengungkit semuanya. "Seharusnya Papa membelikan mobil yang sama untukku. Apakah karena aku anak tiri, jadi papa pilih kasih?" tanya Mala. "Papa tidak pernah membedakan kalian, belilah jika kamu ingin." Renald tidak ingin memperpanjang masalah dengan Mala, karena dia sudah cukup lelah. *** Sheva sampai di apartemen pukul sepuluh malam. Apartemen itu adalah peninggalan ibunya yang tidak diketahui oleh Renald sampai saat ini. Sampai kapan pun Sheva tidak akan kembali ke rumah itu, dia masih memiliki harga diri setelah diusir oleh ayahnya. "Ayah pikir aku akan tinggal di jalanan? Tentu tidak, anakmu bukan orang bodoh." Sheva bersyukur setidaknya dia memiliki tempat tinggal. Sebelumnya apartemen itu disewakan agar Sheva memiliki penghasilan tambahan. Dia bersyukur kontrak penyewa tersebut telah berakhir dan bisa dia tinggali mulai malam ini. "Jika wanita itu menuduhku menggoda lelaki hidung belang, bukankah aku harus mewujudkan fantasinya? Aku akan mendapatkan Denver walaupun harus mengorbankan tubuhku." Sheva segera menata baju dan barang-barang miliknya yang tidak terlalu banyak, setelah itu dia akan menuju klub dimana lelaki incarannya berada. "Aku tidak peduli dengan apa yang akan Denver lakukan padaku. Aku hanya ingin menghancurkan kalian." Sheva tersenyum sinis, membayangkan Mala marah karena dipermainkan olehnya. *** Gemerlap lampu dan suara bising tidak menggangu lelaki yang kini sedang asik b******u. Lelaki itu benar-benar terkenal playboy dan suka mempermainkan hati wanita. Dia akan mendapatkan wanita dengan mudah dan membuangnya begitu saja. "Aku menginginkanmu," bisik wanita itu lemah karena ciuman Denver membuatnya terangsang. Denver mendorong wanita itu, dia tidak menginginkan wanita yang tidak memiliki harga diri seperti ini. Denver bersedia jika memang ingin, dia tidak akan menerima wanita yang mudah didapatkan. Terlalu membosankan. "Sayang, bukankah sudah kukatakan jika kamu harus mengajakku ke sini. Apakah kamu tidak tahu jika aku marah melihat banyak wanita mendekatimu?" tanya wanita itu tersenyum lembut dan memeluk Denver erat. Denver merasa bingung, dia tidak pernah mengenal wanita itu. Wanita cantik yang belum pernah dia temui kini bersikap seolah-olah mereka sudah menjalin hubungan sejak lama. Denver berpikir sedikit lama dan masih tidak mengingat siapa wanita yang kini memeluknya. "Wah, apakah playboy sepertimu sudah tobat? Rupanya kau sudah berani menjalin hubungan.” Gandi bertanya dengan mengangkat sebelah alisnya seolah mengejek Denver yang sudah lama tidak menjalin hubungan. "Apa maksudmu? Aku tidak mengenalmu." Denver mendorong Sheva dengan keras hingga dia tersungkur. "Kenapa kamu begitu kasar? Apakah kamu tidak peduli dengan anak kita?" tanya Sheva yang kini mengusap perutnya dengan pandangan nanar. Gandi menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Denver menghamili seorang wanita dan dimintai pertanggung jawaban. Seumur hidupnya dia tidak pernah melihat Denver serius dengan satu wanita, lelaki itu adalah seorang pemain yang entah kapan akan taubat dengan kelakuannya. "Wah Gila! Bukankah ibumu meminta cucu? Ini hal bagus, aku harus memberi kabar tante Rosmala." Gandi mengambil ponsel berniat menghubungi Rosmala, tetapi langsung dihentikan oleh Denver. Denver tidak tahan lagi, dia langsung menarik tangan Shevaya dengan kasar. Wanita itu tersenyum karena jebakan yang dia pasang akhirnya mendapatkan mangsanya. Shevaya bersedia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Denver, dia tidak akan menarik ucapan yang sudah dia katakan. "Siapa kamu? Apakah kita pernah bertemu?" tanya Denver ketika mereka sudah berada di mobil. "Tidak, ini pertama kali kita bertemu." Sheva membuat Denver semakin sakit kepala. "Jadi apa maksudmu? Kenapa kamu mengatakan semua omong kosong itu?" tanya Denver dengan nada bicara yang mulai naik. "Mari kita membuat perjanjian. Aku bisa menjadi istrimu dan memberikan segala hal yang kamu inginkan," ujar Sheva dengan percaya diri. "Lalu apa yang kamu minta?" tanya Denver penasaran dengan apa yang wanita itu kejar. "Bantu aku membalas dendam!" Sheva menatap Denver dengan sungguh-sungguh. Denver berusaha mengusir Sheva dari mobilnya, dia sudah tidak tahan dengan kegilaan wanita yang baru saja dia temui. Sheva menolak dan langsung melompat ke dalam pangkuan Denver. Dia mencium lelaki itu dengan paksa. Denver tidak menyangka bertemu dengan wanita yang sangat langka. Dia mulai penasaran dan terbesit keinginan untuk menerima perjanjian yang diusulkan oleh wanita gila dipangkuannya. "Denver, aku bersedia memberikan tubuhku. Dengan syarat, kamu harus membantu membalaskan dendamku."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook