Butuh waktu lima belas menit bagi Roger untuk memulihkan sebagian kesadaran yang tadi sudah diambil alih minuman dan bangkit berdiri dari lantai itu. Setelah membayar minumannya, langkahnya masih terhuyung saat keluar dari bar. Nomor Emma dengan hati-hati ia simpan di dalam dompet. Begitu ia sudah berada di luar, ia disambut tiupan angin dingin yang membuat otaknya benar-benar jernih. Namun sayangnya, tidak dengan perasaannya pada Emma. Begitu angin menerpa, hasratnya menginginkan gadis itu makin menjadi-jadi dan bagian bawah tubuhnya terus berdenyut memprotes.
Drttt. Drrt. Drttt.
Ponsel Roger bergetar di saku. Lelaki itu mengeluarkan ponsel dan menjawab panggilan.
“Ya?”
“Halo, Mr. Wright. Maaf, saya lupa menanyakan sesuatu tadi.”
“Apa itu?”
“Ada beberapa surat-surat Anda yang masih dialamatkan ke kediaman Seymour. Kurasa cukup penting, jadi apa Anda ingin menjemputnya sendiri ke rumah atau saya bawakan saat Anda berkunjung ke rumah sakit?”
“Biar aku jemput sendiri ke kediaman Seymour. Satu jam lagi,” tandas Roger. “Ada yang lain lagi?”
“Tidak ada lagi, Tuan. Terimakasih.”
“Baik,” Roger cepat menutup telepon.
Tanpa sedikit keraguan, Roger segera memesan taksi ke tempat yang biasa ia kunjungi. Tempat itu bahkan tak diketahui Jackie, Roger tertawa dalam hati. Meskipun kehidupan dan komunikasinya sepenuhnya diketahui wanita itu, tetap saja ia terkecoh, bahkan di hari lamaran pun Jackie tak punya persangkaan padanya.
Begitu sampai di tempat itu –yang merupakan sebuah akademi teater –Roger langsung disambut oleh petugas yang berjaga di depan pintunya. Ia dibawa masuk, tapi tidak untuk menyaksikan latihan drama—melainkan melewati lorong tersembunyi yang membawanya masuk lebih jauh menuju bagian lain.
Sebuah tempat penjualan jasa yang ilegal.
“Anda beruntung datang hari ini, Mr. Wright,” kata petugas itu seraya menyerahkannya pada seorang wanita berdandan menor. “Baru beberapa hari ini ada pendatang baru, cantik sekali, ya kan, Madam?”
Roger membelalak. “Benarkah?”
Yang dipanggil Madam mencopot batang rokok yang ia hirup dari mulutnya, lalu berkata, “Tapi dia masih baru, belum pandai apa-apa. Minggu lalu aku baru selesai mengajarinya.”
“Tidak masalah,” kata Roger lagi. Ia mulai tertarik.
“Kau yakin?” tanya Madam lagi. “Bukankah kau lebih suka Amara? Yang lebih berisi, cekatan, dan sudah berpengalaman. Atau Lindsay –bukannya dia lebih menyenangkan?”
Roger mengangkat bahu. “Tidak ada salahnya mencoba daun baru, bukan?”
Madam itu mengangguk. “Ya, memang benar. Dia masih tujuh belas tahun. Cantik. Tapi mungkin Anda akan mendapatinya masih gugup karena baru mulai bekerja beberapa hari ini, jadi kuberi diskon.”
Roger semakin tertarik, dan menyetujui pembayaran. Ia diberikan kunci kamar dengan nomor.
“Waah, Anda beruntung sekali, Mr. Wright,” sanjung petugas tadi. Dia menepuk bahu Roger, lalu kembali ke tempat berjaganya.
Sementara itu sang Madam sempat pergi sebentar dan kembali dengan seorang gadis muda tampak ketakutan. Tangannya mengepal erat dan gemetar hebat.
Roger, sementara itu, sibuk mematut-matut si gadis, dari ubun-ubun hingga ujung kaki. Ia tidak terlalu tinggi, berambut panjang hitam dengan kulit seputih susú. Matanya seperti bola kecil yang berbinar. Gadis itu mengenakan gaun merah pendek bermanik-manik yang tampak agak kurang pas dengan potongan tubuhnya. Kemungkinan gaun itu dipinjami oleh Madam.
“Siapa namamu?” tanyanya.
Bukan gadis itu yang menjawab, melainkan Madam. “Namanya Belinda.”
“Belinda, Belinda. Nama yang amat bagus.”
“Nah, ayo, Sayang,” ajak Madam, “Kau ikut dengan Tuan ini, ya?”
Gadis itu tidak berkomentar ataupun mengangguk, melainkan langsung melangkah mendekati Roger dengan pasrah.
“Wah, benar-benar kucing kecil yang manis,” ujarnya sembari terkekeh. Roger merangkul gadis itu, lalu membawanya ke kamar bernomor sama dengan kunci tadi, lalu pintu itu pun menutup.
Tak jauh dari sana, tepatnya di lorong yang menghubungkan ruangan teater dengan tempat jasa itu, seseorang berdiri mengintip.
“Dasar, pria menjijikkan,” gerutunya.
***
Roger pergi ke kediaman Seymour tepat satu jam kemudian dengan perasaan lebih enteng dan ringan. Dia sangat menikmati satu jam sebelumnya, dan dia sempat menyampaikan itu pada Madam.
“Saat aku berkunjung lagi, saya ingin dia ya. Saya sangat menyukainya,” ujar Roger dengan wajah letih namun senang.
“Kau yakin, Mr. Wright?”
“Ya,” jawab pria itu. “Aku suka kulitnya. Dia juga amat manis dan patuh.”
Madam memandangnya dengan menyeringai. “Ya, tak apa. Tapi beberapa bulan lagi harganya naik lho. Apalagi saat Anda bilang minta dia untuk seterusnya, tentu harus ada biaya berlangganan.”
“Tidak masalah, asalkan aku terus-terusan dengannya,” begitu jawab Roger.
Ya, jika dibandingkan dengan Emma, gadis itu masih terlalu kecil dalam segala hal, ujar Roger dalam hati seraya menikmati pemandangan di luar dari dalam taksi tanpa beban. Tapi dia masih beraroma kepolosan. Dan kulit muda yang kenyal itu... ah, aku rela bayar berapapun!
Setelah beberapa lama berangan-angan, tahu-tahu taksinya sudah sampai di kediaman Seymour. Setelah membayar ongkos taksi, Roger tak membuang waktu lalu mengetuk pintu.
“Ah, Mr. Wright,” sambut Tom. “Saya sudah menyisihkan surat-surat Anda. Silakan masuk.”
“Tidak apa, aku tunggu kau di sini.”
“Baik.”
Selang semenit kemudian, Tom pun kembali dengan setumpuk surat. “Ini, Tuan.”
Roger memeriksa sekilas pengirim-pengirim seluruh surat. Ia bernapas lega. Untunglah, tidak ada lagi surat dari Pengadilan Kota.
***
“Hah!” Jackie tiba-tiba membuka mata. Mimpinya terasa nyata: ia baru saja memimpikan percakapan Roger dan Leona, sesuatu yang tidak pernah ia alami. Di situ, ia bisa melihat Leona memang mempercayakan perusahaan BlueMan, Ltd. untuk membuat aplikasi internal perusahaan. Namun, kelanjutannya berbeda. Dan dia melihat itu seakan-akan dia adalah penonton.
Roger mengendarai SUV yang ia beli dengan Jackie. Sesekali Roger melirik ke kaca spion dalam di plafon, mengecek Leona yang duduk di bangku belakang.
“Miss Seymour,” katanya sambil terus fokus mengendarai mobil, “Tahukah Anda bahwa aplikasi yang Anda minta itu sangat standar?”
Leona tidak menjawab.
Roger melanjutkan, “Interface-nya memang memadai, tapi tak cukup luwes. Setiap kali kita menjelajahi sub menu, kita harus mengklik ‘back’ pada browser hingga sampai lagi ke halaman utama. Saat membuka tab absensi karyawan pun, nama-nama yang ditampilkan tidak clickable- tidak bisa diklik lebih jauh untuk menampilkan data perorangan. Lalu juga untuk mengecek kinerja, lebih baik juga ditampilkan kinerja dalam seminggu dan sebulan, sehingga bisa ditelusuri perkembangannya. Lalu...”
Leona Seymour memotong, “Apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan? Katakan secara langsung.”
Roger melirik lagi melalui spion dalam dan tersenyum. “Baiklah, maksud saya sebenarnya adalah saya bisa memperbaikinya sehingga aplikasinya lebih efektif dan luwes. Ah, Miss Seymour, saya tidak akan meminta tambahan biaya. Semua masalah ini akan saya atasi sendiri.”
Leona tampak penasaran. “Maksudmu?”
“Jadi setelah proyek itu selesai dan diserahkan kepada kepala IT perusahaan Anda, Anda bisa memberikan dulu pada saya, sehingga bantuan saya ini bukan bagian dari perusahaan, tapi murni dari saya sendiri. Dan karena ini bantuan, saya akan melakukannya dengan cuma-cuma.”
“Kenapa kau tidak ingin dibayar?”
Roger menghela napas sedikit. “Nona, karir saya tidak berjalan begitu bagus di sini. Saya merasa tidak bisa mengeluarkan potensi saya, sedangkan apapun yang saya lakukan harus seizin atasan. Sulit untuk berkembang. Jadi lewat bantuan kecil ini, saya ingin Anda mengenali bakat saya.”
Leona berpikir sesaat, lalu menjawab. “Apa kau ingin bergabung dengan perusahaanku?”
Roger menyengir. “Ya, kira-kira begitu.”
“Aku tidak suka merebut karyawan orang.”
“Tapi keputusan untuk mengundurkan diri atau melamar ke perusahaan lain adalah keputusan saya, Miss Seymour, bukan atas paksaan Anda atau siapapun.”
“Baiklah,” sahut Leona, “Tapi aku akan memberimu dua tambahan proyek untuk mengetes kemampuanmu. Kedua proyek ini akan berjangka waktu enam bulan. Jika kau mampu menyelesaikannya dalam tenggat waktu, aku akan menerimamu sebagai developer di Seymour Construction –satu-satunya pengembang aplikasi dan tentunya, gajimu tinggi.”
“Oke,” Roger menerima tantangan itu, “Saya akan menyelesaikannya tiga bulan lebih cepat dari tenggat waktunya.”
Mau tak mau, Leona tersenyum geli. “Kau benar-benar nekat.”
“Tidak,” tegas Roger seraya tersenyum menatap Leona melalui spion dalam. “Saya tidak nekat. Saya hanya ingin bersungguh-sungguh supaya mendapatkan posisi di dua tempat.”
“Dua tempat?”
“Ya. Pertama sebagai developer di Seymour Construction. Kedua, sebagai seseorang yang spesial di hati Anda, Miss Seymour.”
Wajah Leona memerah sedikit, namun ia kembali ke mode profesionalnya. “Apa menurutmu aku sedang ingin digombali sekarang?”
Roger sudah menepikan mobil SUV itu tepat di gerbang depan kediaman Seymour. Ia lalu menoleh ke belakang, ke arah Leona yang terlihat marah namun agak tersipu.
“Tidak, Miss Seymour. Aku tidak menggombal. Aku serius untuk keduanya,” katanya dengan wajah penuh tekad. Sesaat kemudian, wajah bertekad itu berubah jadi cerah dengan senyum maskulin. “Saya akan membawakan revisi pribadi untuk aplikasi internal ini langsung ke perusahaan konstruksi Anda. Tapi untuk kedua proyek tambahan, saya akan mengantarnya langsung ke kediaman Anda ini. Boleh, ‘kan?”
“Kenapa?”
“Ya, bukannya mencurigakan, kalau saya bolak-balik perusahaan Anda setelah permintaan klien selesai? Tapi tak akan ada yang curiga saya bolak-balik rumah Anda.”
Roger sudah melepas sabuk pengamannya sendiri, lalu melangkah ke belakang, membuat Leona terkejut. Rupanya lelaki itu berniat membantu melepas sabuk pengamannya juga.
“Palingan,” katanya dengan wajah begitu dekat dengan Leona, “Bila ada yang melihat saya ke rumah Anda, orang hanya mengira saya kekasih Anda,” ujar Roger, kembali tersenyum.
Ya, benar, percakapan itu terasa begitu nyata bagi Jackie, dan memang apa yang ia mimpikan barusan sesuai dengan penjelasan Leona di padang rumput itu.
Jackie memutar otak. Apa saat ini ia diberi akses pada ingatan Leona? Tapi bukankah Leona sudah meninggalkan tubuhnya dan pergi menjemput kematian?
Atau mungkin saja, yang menyimpan ingatan itu tak hanya jiaw tapi juga tubuh pemiliknya?
Jika ini benar ingatan Leona yang tertinggal di otak fisiknya, maka Roger memang seorang képarat sejak awal.