Di Balik Meja Ross

1191 Words
Reginald Ross sedang menganalisis laporan-laporan dari beberapa divisi. Pekerjaan orang-orang di Divisi Intelijen dan Biro Informasi memang bersifat lintas divisi, sebab mereka akan menyaring informasi dan laporan penting dari setiap penyelidik kasus dan informan, menyaring, menganalisis, lalu menyajikannya dalam bentuk informasi bermanfaat yang berguna bagi keseluruhan satuan. Biasanya analisis dan pengolahan data ini akan dilakukan oleh anggota yang berada di bawah komando Ross, lantas pria itu akan mengoreksi atau meminta mereka melakukan analisa ulang atau tambahan jika diperlukan. Inspektur Kepala Senior itu baru saja selesai membaca sebuah laporan kebakaran yang belum terusut tuntas, berlanjut ke laporan pembunuhan tak jauh dari lokasi kebakaran. Ia memegangi kedua laporan itu bersisian, mengamati apa ada mungkin benang merah yang menghubungkannya, ketika pintunya diketuk dari luar oleh seseorang. “Masuk,” perintahnya. “Sir,” sapa seorang anggota dari Unit Narkotika. Ia melangkah masuk dan duduk di depan Ross. Di kota itu, kepolisian pusat terdiri atas unit-unit, dimana beberapa di antaranya terdiri atas divisi-divisi. Unit Operasi Khusus, contohnya, terdiri atas beberapa divisi seperti Divisi Lalu Lintas, Divisi SWAT, Divisi K-9, dan Divisi Bom dan Terorisme. Unit Khusus Kriminal mencakup Divisi Investigasi, Divisi Forensik, dan Divisi Kejahatan Dunia Maya. Uniknya, Unit Narkotika –juga Unit Kejahatan Terorganisir –tidak memiliki bagian yang lebih kecil karena tugas mereka sudah spesifik, sehingga kepala kedua unit ini akan melapor langsung pada jenjang teratas sekaligus langsung berhubungan dengan Biro Intelijen. “Saya mewakili Pak Kepala hari ini untuk memberikan informasi, Sir,” katanya seraya menyodorkan laporan beberapa halaman itu. “Berikut kasus-kasus yang baru dipecahkan, Sir. Ada dugaan melebarnya jaringan n*****a di bagian utara kota, informan kita memberitahukan. Ada di dua halaman terakhir.” Ross mengamati kertas-kertas itu sejenak lalu mengangguk. “Baik.” “Selain itu, Sir, ada desas-desus kegiatan mencurigakan di belakang teater Beldevere Playhouse di Moonlight Road. Dugaan kami antara n*****a, prostitusi, atau jual beli senjata ilegal. Skala kegiatannya pun masih kecil, jadi kami masih belum bisa memberikan penjelasan lebih lanjut soal itu. Ada beberapa hasil penyelidikan dari informan tertera di laporan soal itu, mungkin Anda dan anggota Biro Intelijen bisa membantu menganalisa.” “Apa ada dugaan keterlibatan DeLuca, menurut Kepala Unit Narkotika?” “Beliau tidak bisa menyimpulkan, Sir,” ujar si polisi itu ragu. “Jika bicara asumsi saja, terlalu sedikit informasi soal itu. Akhir-akhir ini DeLuca terlihat tidak terlalu banyak pergerakan.” DeLuca adalah nama sebuah keluarga yang memiliki bisnis di bidang ekspor-impor. Namun keluarga itu juga terkenal memiliki bisnis-bisnis sampingan yang ada di ranah abu-abu bahkan hitam. Keterkenalan keluarga itu sebagai ketua geng sebuah organisasi kejahatan jauh lebih besar daripada sebagai pemilik bisnis ekspor-impor, terlebih di masa Antonio DeLuca, kepala keluarga DeLuca sekarang. Kekuasaannya cukup luas dan keterlibatannya dalam berbagai level kriminalitas seakan sulit ditemukan, meski kemungkinan kontribusinya jelas terpampang. Dia adalah orang yang tak tersentuh. “Apa perlu kita menaruh informan, di sana, Sir? Jadi jika memang kegiatan itu terkait dengan n*****a, kami bisa langsung menangkap. Apalagi jika terkait DeLuca, pasti akan jadi tangkapan besar.” “Jangan dulu,” saran Ross. “Jika skalanya masih kecil, mata-mata kita akan lebih mudah dicurigai. Apalagi jika memang ada hubungannya dengan keluarga itu –mereka terkenal sangat berhati-hati, apalagi dengan orang baru.” Setelah pelaporan selesai, polisi tadi meninggalkan ruangan, dan pada saat ia melangkah keluar, giliran kepala Unit Kriminalitas Terorganisir yang masuk dan memberikan laporan mingguannya. “Kudengar DeLuca akhir-akhir ini tidak ada pergerakan?” tanya Ross. “Ah, Anda pasti mendengarnya dari Unit Narkotika, ya?” kata kepala itu. “Betul, Sir. Mungkin DeLuca sedang sibuk soal sesuatu, atau dia sedang sakit, atau hal lain. Tapi Anda tak usah khawatir, Sir. Kewaspadaan tidak kami turunkan.” *** Sudah sejak dua minggu lalu, alat-alat vital Jackie sudah dilepas sebab kondisi tubuhnya sudah stabil. Dia bisa meminta ponsel sejak saat itu jika ia mau, tapi sejak sadarkan diri, satu-satunya yang ada di pikiran Jackie adalah bagaimana untuk bisa menjadi Leona: menguasai apa yang diketahui Leona dan menjadi pimpinan sebagaimana gadis itu dulunya. Namun hari ini, tepatnya seminggu sebelum ia dipulangkan, Jackie baru kepikiran untuk mendapatkan ponsel. Ia memintakan pada Anna, yang pulang pagi ini untuk bertukar giliran dengan Tom, agar mengabarkan suaminya itu untuk membawakannya ponsel. Rupanya dulu Leona memiliki dua macam ponsel: ponsel rumah dan pekerjaan. Seperti selebriti, pikir Jackie. Jackie mencoba mengingat-ingat nomor Leona yang pernah ia salin dulu. Hmm… rasanya banyak angka 9 dan 7, jadi mungkin nomor pekerjaan. Jackie pun memeriksa pesan di kotak masuk Leona di ponsel pekerjaan, mulai dari pesan terbaru hingga lima-enam bulan lalu, namun ia tak bisa menemukan pesan yang pernah ia kirim pada Leona dulu. Saat ia memeriksa ponsel rumah, hasilnya pun nihil. Namun pesan-pesan lain, baik bersifat pribadi maupun kerja –termasuk pesan berbalas-balasan Leona denga Roger—masih ada di sana. Apa mungkin Leona menghapusnya? Atau orang lainkah yang menghapusnya? Jackie menghela napas, lalu lanjut membuka browser. ‘Detektif swasta Kota New Albion’ ‘Detektif swasta andal, rapi, dan rahasia di Kota New Albion’ Demikian bunyi kata-kata pencarian yang Jackie ketikkan di browser. Setelah menemukan apa yang diinginkan, dia menuliskannya di kertas. “Nona sedang mencari apa di ponsel?” tanya Tom yang tadi baru dari toilet seusai memberikan ponsel pada Jackie. “Bukan apa-apa,” senyum Jackie. “Hanya beberapa hal soal pelajaranku.” “Astaga, Nona ini rajin sekali. Terlalu rajin,” geleng Tom dengan rasa kasih seperti pada anaknya. “Nona ingin saya temani atau tidak?” “Boleh, jika kau ingin menemani,” kata Jackie seraya menyusun kertas-kertas itu. Ia tidak bisa menghubungi nomor-nomor itu sekarang. Mungkin dia bisa berkesempatan melakukannya saat pergantian giliran Tom dengan Anna untuk menemaninya saat sore nanti. Apa boleh buat, pikir Jackie. Ia meraih tiga buah folder yang ditinggalkan Mr. Branson sepekan yang lalu. Ia memang harus benar-benar belajar sekarang. “Oh, iya, Nona,” kata Tom saat Jackie baru membuka foldernya. “Tadi malam saya baru menyerahkan surat-surat milik Mr. Roger Wright yang dialamatkan ke kediaman Seymour kepada beliau. Oh, iya, saya lupa,” ujarnya, “Nona masih belum ingat apa-apa, ya?” Jackie menggeleng. “Saat kecelakaan Nona terjadi, Mr. Roger ketika itu sudah tinggal seminggu di kediaman Nona.” “Benarkah?” tanya Jackie tak percaya. “Apa… apa aku dengannya sudah menikah?” “Belum, belum Nona. Nona dan Mr. Roger masih sepasang kekasih, tapi kalau tak salah Nona memang menyebutkan niat untuk menikah dengannya, jadi ya sebentar lagi kalian berdua akan menikah.” Si sialan itu memang beanr-benar tidak membuang waktu, gerutu Jackie dalam hati. “Beliau tidak menempati bangunan utama keluarga, melainkan hanya bangunan yang biasa digunakan untuk bekerja. Jadi waktu itu Tuan Roger pernah menanyai Anda soal itu beberapa kali, hingga akhirnya Nona menyetujuinya seminggu sebelum kejadian. Sekarang Tuan Roger sedang tidak menempatinya, kata beliau tidak enak tinggal di kediaman Seymour ketika Nona masih di rumah sakit.” “Kau tahu dimana dia tinggal sebelum itu? Dan saat ini, ketika aku di rumah sakit?” “Hmm, setahu saya di apartemen, Nona. Tapi saya tidak tahu di apartemen mana.” Begitu. Jadi besar kemungkinan dia menanyaiku kapan kembali ke rumah agar dia diizinkan tinggal kembali di sana. Tapi mungkin masalah amnesia ini akan memperlambatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD